Rabu, 04 Januari 2017

Asuhan Keperawatan Stenosis Mitral

Edit Posted by with No comments
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN STENOSIS MITRAL
DALAM RANGKA
MENYELESAIKAN TUGAS MATA KULIAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB I) SISTEM KARDIOVASKULAR



Disusun : Kelompok IV
Anis Choeirunnisa         (15004)
Dewi Ratna Sari            (15008)
Kinta Vernendy Putri    (15022)
Nurhalimah                    (15034)
Nur Wahid Windi Aris  (15035)





AKADEMI KEPERAWATAN HARUM JAKARTA
TAHUN 2016
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur Alhamdulillah atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat rahmat dan Karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan dengan Stenosis Mitral”.
Kami menyusun makalah ini dalam rangka memenuhi persyaratan tugas KMB I Sistem Kardiovaskular  dengan bimbingan, pengarahan, dan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya untuk itu dalam kesempatan ini kami dengan segala rendah hati mengucapkan terimakasih kepada:
1.    Ibu Rusmawati Sitorus, S.Pd. S.Kep. M.A. Selaku Direktur Akademi Keperawatan Harum Jakarta
2.    Ibu Ns. Ari Susiani, M.kep. Selaku wali kelas tingkat II dan Selaku koordinator dan dosen mata ajar KMB I Sistem Kardiovaskular
3.    Seluruh staf Akademi Keperawatan Harum yang telah mendukung dalam proses pendidikan
4.    Kedua orang tua tercinta yang telah banyak memberikan dorongan moral maupun materil dan semangat serta doa kepala kami sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.

Dalam menyusun makalah sehingga kami dengan senang hati menerima segala bentuk saran dan kritik yang bersifat membangun demi peningkatan makalah ini. Kami berharap makalah ini bermanfaat bagi semua para pembaca.


Jakarta,  Desember 2016


Kelompok IV

                                                           





DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................................  i
DAFTAR ISI ............................................................................................................  ii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang ..............................................................................................  1
B.     Tujuan Penulisan ...........................................................................................  3
C.     Manfaat Penulisan .........................................................................................  3
D.    Metode Penulisan ..........................................................................................  4
E.     Ruang Lingkup Penulisan.............................................................................. 4
F.      Sistematika Penulisan ....................................................................................  4
BAB II TINJAUAN TEORITIS 
A.    Anatomi Fisiologi Jantung ...........................................................................  5
B.     Pengertian  ...................................................................................................  7
C.     Etiologi .........................................................................................................  7
D.    Patofisiologi .................................................................................................  9
E.     Manifestasi Klinis ........................................................................................ 11
F.      Pemerikasaan Penunjang .............................................................................. 11
G.    Komplikasi.................................................................................................... 12
H.    Pengobatan ................................................................................................... 12
I.       Pembedahan ................................................................................................. 12
J.       Pendidikan Kesehatan.................................................................................. 12
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
A.    Pengkajian .................................................................................................... 13
B.     Diagnosa Keperawatan ................................................................................ 18
C.     Rencana Keperawatan ................................................................................. 18
BAB III PENUTUP
A.       Kesimpulan ................................................................................................. 32
B.       Saran ........................................................................................................... 33
DAFTAR PUSTAKA


BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Stenosis mitral merupakan kasus yang sudah jarang ditemukan dalam praktek sehari-hari terutama diluar negeri. Sebagaimana diketahui stenosis mitral paling sering disebabkan oleh penyakit jantung rematik yang menggambarkan tingkat sosial ekonomi yang rendah. Oleh karena itu di negara maju seperti Amerika, penyakit ini jarang ditemukan walaupun ada kecenderungan meningkat karena meningkatnya jumlah imigran dan kasus infeksi streptokokus yang resisten. Sedangkan di Indonesia walaupun kasus baru juga cenderung menurun, namun kasus stenosis mitral ini masih banyak ditemukan.

Orang dewasa normal orifisium katup mitral adalah 4 sampai 6 cm2. Adanya obstruksi yang signifikan, misalnya jika orifisium kurang lebih kurang dari 2 cm2, darah dapat mengalir dari atrium kiri ke ventrikel kiri hanya jika didorong oleh gradien tekanan atrioventrikel kiri yang meningkat secara abnormal, tanda hemodinamik stenosis mitral. Apabila orifisium katup mitral berkurang sampai 1 cm 2, tekanan atrium kiri kurang lebih 25 mmHg diperlukan untuk mempertahankan curah jantung (cardiac output) yang normal. Tekanan atrium kiri yang meningkat, selanjutnya, meningkatkan tekanan vena dan kapiler pulmonalis, yang mengurangi daya kembang (compliance) paru dan menyebabkan dispnea pada waktu pengerahan tenaga (exertional dyspnea, dyspnea d’ effort).

meningkatkan kecepatan aliran darah melalui orifisium mitral, yang selanjutnya mengakibatkan elevasi tekanan atrium kiri. Untuk menilai beratnya obstruksi, penting untuk mengukur gradien tekanan transvalvuler maupun kecepatan aliran. Gradien tekanan bergantung tidak hanya pada curah jantung tapi juga denyut jantung. Kenaikan denyut jantung memperpendek diastolik secara proporsional lebih daripada sistolik dan mengurangi waktu yang tersedia untuk aliran yang melalui katup mitral.
Stenosis mitral adalah kondisi dimana terjadi hambatan aliran darah dari atrium kiri ke ventrikel kiri pada fase diastolik akibat penyempitan katup mitral. 1 Penyebab stenosis mitral paling sering adalah demam rematik, kemudian dapat juga disebabkan oleh gangguan katup kongenital, kalsifikasi anular katup yang masif, ataupun penyakit sistemik lainnya seperti karsinoid, SLE, arthritis rematik, dan mukopolisakaridosis.2 Kurang lebih 60% pasien dengan katup mitral rematik tidak memberikan riwayat adanya demam rematik. Hampir 50% dari karditis rematik akut belum memberikan dampak signifikan pada katup.3 Kira-kira 25% dari seluruh penyakit jantung rematik menyebabkan stenosis mitral, 40% kombinasi antara stenosis mitral dan regurgitasi mitral. Kurang lebih 38% dari seluruh stenosis mitral adalah multivalvuler, 35% melibatkan katup aorta dan 6% melibatkan katup trikuspidal. Katup pulmonal jarang terkena. Dua pertiga dari seluruh kasus rematik adalah wanita. Interval waktu terjadinya kerusakan katup akibat demam rematik bervariasi dari beberapa tahun sampai lebih dari 20 tahun.

Kejadian stenosis mitral semakin meningkat di kawasan Asia seiring dengan peningkatan penyakit demam rematik. Carapentis memperkirakan 15,6 juta penduduk dunia menderita penyakit jantung rematik, dengan kasus baru demam rematik akut 470 ribu penduduk dan 233 ribu orang meninggal akibat demam rematik akut dan penyakit jantung rematik. (Fachri,dkk. Hubungan Mitral Valve Area (Mva) Dengan Hipertensi Pulmonal Pada Stenosis Mitral. 2014)

Adapun peran perawat dalam asuhan keperawatan dengan stenosis mitral, peran perawat adalah sebagai berikut: promotif yaitu perawat berperan sebagai mengutamakan yang bersifat promosi kesehatan pada stenosis mitral dengan cara yang mudah dipahami oleh klien atau masyarakat, contohnya masyarakat mendapatkan pendidikan kesehatan tentang stenosis mitral, preventif yaitu perawat berperan sebagai pencegahan terhadap suatu masalah kesehatan atau penyakit yang berhubungan dengan stenosis mitral, contohnya perawat dapat memberikan informasi seperti menjaga makanan

dengan baik dan pola hidup sehat, kuratif yaitu perawat berperan sebagai pengobatan yang ditujukan untuk penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyakit, pengendalian kecacatan agar kualitas pasien dapat terjaga seoptimal mungkin, contohnya perawat memberikan pengobatan secara teratur hasil kolaborasi dengan dokter; rehabilitatif yaitu peran perawat sebagai untuk mengembalikan bekas pasien ke dalam masyarakat sehingga dapat berfungsi lagi sebagai anggota masyarakat yang berguna untuk dirinya dan masyarakat semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuannya, contohnya perawat memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang penyakit stenosis mitral. Dengan kejadian tersebut maka kelompok mengambil judul Asuhan Keperawatan dengan stenosis mitral.
B.       Tujuan Penulisan
1.      Tujuan umum
Untuk memenuhi tugas mata ajar KMB I Kardiovaskular “Asuhan Keperawatan dengan Stenosis Mitral
2.      Tujuan Khusus
a.       Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tentang “KMB I Kardiovaskular, Asuhan Keperawatan dengan Stenosis Mitral
b.      Agar mahasiswa dapat mengerti mengenai Stenosis Mitral
c.       Agar mahasiswa mengerti tentang etiologi, patofisiologi, komplikasi, dan pendidikan kesehatan mengenai stenosis mitral
d.      Agar mahasiswa mengerti, memahami dan dapat mengaplikasikan Asuhan Keperawatan dengan Stenosis Mitral.

C.    Manfaat Penulisan
Dengan adanya makalah ini diharapkan agar kita dapat memahami tentang ” Asuhan Keperawatan dengan Stenosis Mitral”

D.      Metode Penulisan
Metode Penulisan yang digunakan kelompok adalah menggunakan studi   kepustakaan dengan mengambil refrensi dari buku-buku, sebagai dasar untuk mengetahui dan memperkuat teori yang digunakan.
E.       Ruang Lingkup Penulisan
Ruang lingkup penulisan makalah ini adalah hanya membahas tentang “Asuhan Keperawatan dengan Stenosis Mitral”

F.       Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN terdiri dari : latar belakang, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, ruang lingkup penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN TEORITIS terdiri dari : Anatomi dan fisiologi, definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, pengobatan, komplikasi, pendidikan kesehatan pada penyakit stenosis mitral.
BAB III PENUTUP terdiri dari Asuhan Keperawatan mengenai Stenosis Mitral
BAB IV terdiri dari : kesimpulan dan saran
Daftar pustaka.



















BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A.      Anatomi dan Fisiologi
Jantung merupakan organ utama dalam sistem kardiovaskuler. Jantung dibentuk oleh organ-organ muscular, apex dan basis cordis, atrium kanan dan kiri, serta ventrikel kanan dan kiri. Jantung memiliki bentuk yang cenderung kerucut tumpul dengan panjang sekitar 12cm, lebar 8-9cm, dan tebal 6cm. berat jantung sekitar 7-15 ons atau 200-425 gram, dan sedikit lebih besar dari kepalan tangan pemiliknya. Setiap harinya, jantung berdetak 100.000x dan dalam masa periode jantung memompa 2.000 galon darah atau secara dengan 7.571 liter darah.

Posisi jantung terletak di antara kedua paru-paru dan berada di tengah-tengah dada, bertumpu pada diafragma thoracis. Letak jantung ini kira-kira 5cm di atas processus xiphoideus yang terlindungi oleh tulang rusuk. Pada tepi kanan cranial berada pada tepi cranialis pars cartilaginis casta III dextra, 1cm dari tepi lateral sternum. Pada tepi kanan caudal berada pada tepi cranialis pars cartilaginis costa VI dextra, 1cm dari tepi lateral sternum. Sedangkan, tepi kiri cranial jantung berada pada tepi caudal pars cartilaginis costa II sinistra di tepi lateral sternum. Sementara, tepi kiri caudal berada pada ruang intercostalis V, kira-kira 9 cm di kiri linea medioclavicularis.

Siklus Darah Dalam jantung yaitu atrium kanan menerima darah dari seluruh tubuh yang kaya akan COsebagai hasil metabolisme tubuh, menyimpan dan menyalurkannya ke ventrikel kanan melalui katup triskuspid. Dari ventrikel kanan darah mengalir ke ke paru-paru melalui Arteri Pulmonalis. CO2 yang dibuang melalui paru-paru. Atrium kiri menerima darah kaya oksigen dari paru-paru melalui empat vena pulmonalis. Dari atrium kiri, darah mengalir ke ventrikel kiri melalui katup bicuspid. Darah kaya oksigen yang sudah tersimpan di ventrikel kiri kemudian menuju aorta melalui katup aorta untuk kemudian disalurkan ke seluruh tubuh untuk proses metabolisme tubuh.

Selaput yang membungkus jantung disebut pericardium yang terdiri dari lapisan fibrosa dan serosa. Di dalam cavum pericardii, terdapat 50cc lapisan tersebut yang berfungsi sebagai pelumas agar tidak ada gesekan antara pericardium dan epicardium. Epicardium adalah lapisan paling luar dari jantung. Sedangkan, lapisan berikutnya adalah lapisan miokardium, lapisan yang paling tebal. Miokardium merupakan lapisan otot jantung yang berperan penting dalam memompa darah melalui pembuluh arteri. Sementara itu, lapisan terakhir jantung adalah lapisan endocardium.

Ada empat ruangan dalam jantung, dimana dua dari ruang itu disebut atrium dan sisanya adalah ventrikel. Pada orang awan, atrium dikenal dengan serambi dan ventrikel dikenal dengan bilik. Keempat rongga tersebut terbagi menjadi 2 bagian, yaitu bagian kanan dan kiri yang dipisahkan oleh dinding otot yang dikenal dengan istilah septum. Sesuai dengan etimologis, di dunia medis, jantung dikenal dengan istilah cardio/kardio. Cardio berasal dari bahasa Latin, cor, yang berarti rongga,sesuai bentuk jantung yang memiliki rongga berotot. Di dalam rongga jantung akan memompa darah melalui pembuluh darah dalam kontraksi berirama yang berulang dan konsisten.

Secara umum, ruang jantung terbagi atas empat ruang, yaitu serambi kanan dan serambi kiri yang dipisahkan oleh septum intratrial serta bilik kanan dan bilik kiri yang dipisahkan oleh septum interventrikular. Sementara, ada empat tipe katup jantung yang mengatur aliran darah dalam jantung yaitu:
1.    Katup tricuspid, yaitu katup yang mengatur aliran darah antara atrium kanan dan ventrikel kanan.
2.    Katup pulmonalis, yaitu katup yang mengontrol aliran darah dari ventrikel kanan ke arteri pulmonalis dan membawa darah ke paru-paru untuk mengambil oksigen.
3.    Katup mitral,yaitu katup yang membiarkan darah kaya akan oksigen dari paru-paru dan masuk ke atrium kiri menuju ventrikel kiri. (Naga S.Sholeh. Ilmu Penyakit Dalam. Hal 156)

B.       Pengertian Katup Jantung
Secara kasar jantung terdiri dari tiga daun katup yaitu atrioventriculer dan katup semiluner. Katup-katup tersebut berfungsi mempertahankan aliran darah melalui keempat rongga jantung dengan satu arah yang tetap. Katup atrioventriculer memisahkan atrium dan ventrikel, sedangkan katup semiluner memisahkan arteria pulmonalis dan aorta dari ventrikel. Katup-katup ini membuka dan menutup secara pasif dan ritmit, ketika jantung konstraksi maupun relaksasi menanggapi tekanan dan perubahan isi dalam bagian jantung itu sendiri.
(Sudarta, Wayan I. Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler. Hal 48 )

Stenosis mitral (stenosis katup mitral) adalah penyempitan pada lubang katup mitral yang menyebabkan meningkatnya tahanan aliran darah dari atrium kiri ke ventrikel kiri. Pada stenosis mitral, terdapat sebuah hambatan aliran darah ke ventrikel kiri pada tingkat katup mitral, akibat adanya kelainan struktur aparatus katup mitral, yang mencegah pembukaan pada saat diastolik. (Naga S.Sholeh. Ilmu Penyakit Dalam. Hal 156)

C.      Etiologi
Stenosis mitral terutama karena demam reumatik, walaupun riwayat satu serangan demam reumatik akut atau lebih ada hanya dalam setengah pasien stenosis mitral. Karena alasan yang tak diketahui, lesi ini jauh lebih lazim dalam wanita. Stenosis mitral dengan dasar reumatik dapat disertai cacat septum atrial (sindrom Lutembacher). Stenosis mitral terisolasi terisolasi timbul dalam sekitar 40 % dari semua pasien penyakit katup jantung reumatik. Karena profilaksis efektif yang luas dari demam reumatik selama beberapa dasawarsa yang lalu, maka frekuensi stenosis mitral telah jelas menurun. Jarang ditemukan stenosis mitral kongenital, yang diamati hampir hanya pada bayi dan anak. Penyebab jarang lain dari stenosis mitral mencakup karsinoid maligna, lupus eritematosus sistemik dan fibrosis endomiokardium.

Valvulitis reumatik menyebabkan jumlah perubahan patologi yang menyokong penyempitan orifisium mitral. Proses ini progresif, dengan perubahan patologi timbul dalam beberapa tahun setelah serangan awal demam reumatik. Fase eksudatif-degeneratif berlangsung 2 sampai 3 minggu, yang diikuti oleh perkembangan lesi histologi yang khas bagi demam reumatik,jisim Aschoff. Fase proliferatif dan penyembuhan kemudian dimulai serta berlangsung beberapa tahun. Jisim Aschoff bisa menetap dalam biopsi bedah aurikula atrial beberapa tahun setelah resolusi demam reumatik.

Kebanyakan pasien tetap simtomatik dalam fase laten selama dua dasawarsa sebelum mulainya gejala. Fusi daun katup pada komisura merupakan hasil terlazim radang reumatik, yang timbul sendiri dalam 30% katup yang terlibat. Permukaan endokardium berulserasi di tempat dua daun normal merapat dalam sistole. Daun katup menjadi menebal, berkalsifikasi dan kaku dengan pertumbuhan jaringan fibrosa ke dalam. Secara bersamaan,chordae tendinea bisa menjadi menebal, beretraksi dan berfusi dengan pergeseran katup ke dalam ruangan ventrikel kiri. Proses kombinasi menyebabkan katup mitral menyempit kaku yang berbentuk saluran dan dengan orifisium yang sering digambarkan sebagai “mulut ikan”. Derajat perubahan patologi, penting dalam menentukan pendekatan bedah. Jika fusi komisura saja ada, maka hasil memuaskan dapat diperoleh dengan komisurotomi. Lebih lazim fibrosis dan kalsifikasi luas disertai retraksi daun dan fusi chordae memerlukan penggantian katup mitral.
( Sabiton, David C. Buku Ajar Bedah. Hal 860)









Gambar 2.1
Katup Jantung










(Sabiton, David C. Buku Ajar Bedah)

D.      Patofisiologi 
1.         Daun katup menebal secara difus akibat adanya fibrosis dan kalsifikasi.
2.         Komisura mitral dan dan korda tendinae menyatu dan memendek,daun katup menjadi kaku, dan apeks katup menjadi sempit.
3.         Hal ini menghambat aliran darah dari atrium kiri ke ventrikel kiri, mengakibatkan pengosongan yang tidak sempurna.
4.         Volume dan tekanan atrium kiri meningkat, dan ruang atrium berdilatasi.
5.         Peningkatan resistansi terhadap aliran darah menyebabkan hipertensi paru, hipertrofi ventrikel kanan, dan pada akhirnya terjadi gagal jantung kanan dan penurunan curah jantung. (Kimberly A.J. Bilotta. Kapita Selekta Penyakit. Hal 975)





Skema 2.1
Patofisiologi Stenosis mitral
Komisuria mitral dan korda tendinae menyatu dan memendek
Daun katup menebal
Menghambat aliran darah dari atrium kiri ke ventrikel kiri
Ruang atrium berdilatasi
Hipertensi paru
Kelebihan volume cairan
nyeri
Ansietas
Intoleransi aktivitas
Curah jantung menurun
Peningkatan resistensi terhadap aliran darah
Hipertrofi ventrikel kanan
Volume dan tekanan atrium  kiri meningkat
Pengosongan yang tidak sempurna
Daun katup menjadi kaku dan sempit
Adanya fibrosis
Demam rematik
 





















(Kimberly A.J. Bilotta. Kapita Selekta Penyakit. Hal 975)









E.       Manifestasi Klinis
Jika stenosisnya berat, tekanan darah di dalam atrium kiri dan tekanan darah di dalam vena paru-paru meningkat, sehingga terjadi gagal jantung, dimana cairan tertimbun di dalam paru-paru (edema pulmoner). Jika seorang wanita dengan stenosis katup mitral yang berat hamil, gagal jantung akan berkembang dengan cepat. Penderita yang mengalami gagal jantung akan mudah merasakan lelah dan sesak napas. Pada awalnya, sesak nafas terjadi hanya sewaktu melakukan aktivitas, tetapi lama-lama sesak juga akan timbui dalam keadaan istirahat.

Sebagian penderita akan merasa lebih nyaman jika berbaring dengan disangga oleh beberapa buah bantal atau duduk tegak. Warna semu kemerahan di pipi menunjukan bahwa seseorang menderita stenosis katup mitral. Tekanan tinggi pada vena paru-paru dapat menyebabkan vena atau kapiler pecah dan terjadi perdarahan ringan atau berat ke dalam paru-paru. Pembesaran atrium kiri bisa mengakibatkan fibrilasi atrium, dimana denyut jantung menjadi cepat dan tidak teratur. (Chang,Ester,Dkk. Patofisiologi Aplikasi dan Praktek Keperawatan. Hal 198)

F.       Pemeriksaan Penunjang
1.    Foto toraks menunjukkan pembesaran atrium dan ventrikel kiri (pada stenosis mitral berat), batas kiri siluet jantung menjadi lurus, pembesaran arteri pulmoner,dilatasi vena pulmoner lobus atas, dan kalsifikasi katup mitral.
2.    Ekokardiografi menunjukkan penebalan daun katup mitral dan pembesaran atrium kiri.
3.    Kateterisasi jantung menunjukkan gradien tekanan diastolik melintang katup, peningkatan tekanan baji arteri pulmoner (lebih dari 15 mmHg), dan tekanan arteri pulmoner di atrium kiri dengan hipertensi paru berat.
4.    Elektrokardiografi menunjukkan pembesaran atrium kiri, hipertrofi ventrikel kanan, deviasi aksis kanan, dan fibrilasi atrium (pada 40% hingga 50% kasus) (Kimberly A.J. Bilotta. Kapita Selekta Penyakit. Hal 975)


G.      Komplikasi
1.      Aritmia jantung, terutama fibrilasi atrial
2.      Tromboembolisme (Kimberly A.J. Bilotta. Kapita Selekta Penyakit. Hal 975)

H.      Pengobatan
1.      Digoksin
2.      Diuretik
3.      Oksigen
4.      Penghambat beta-adrenergik, seperti metoprolol
5.      Penghambat saluran kalsium, seperti diltiazem
6.      Antikoagulan, seperti warfarin
7.      Profilaksis antibiotik endokarditis infektif
8.      Nitrat (Kimberly A.J. Bilotta. Kapita Selekta Penyakit. Hal 976)

I.         Pembedahan
1.      komisurotomi atau penggantian katup
2.      valvulopasti balon perkutan (Kimberly A.J. Bilotta. Kapita Selekta Penyakit. Hal 976)

J.        Pendidikan Kesehatan Pasien
1.      Penyakit,diagnosis,dan terapi
2.      Perlunya perencanaan periode istirahat yang teratur pada rutinitas sehari-hari
3.      Cara menghitung nadi
4.      Pembatasan diet
5.      Pemberian obat,dosis,dan kemungkinan efek samping
6.      Tanda dan gejala yang harus dilaporkan
7.      Pentingnya perawatan lanjutan yang konsisten
8.      Kapan harus menghubungi dokter
9.      Penggunaan antibiotik profilaksis untuk beberapa prosedur.
(Kimberly A.J. Bilotta. Kapita Selekta Penyakit. Hal 976)

 K.Video 



BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A.      Pengkajian
1.    Aktivitas atau istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan, pusing, rasa berdenyut, dispnea karena kerja, palpitasi, gangguan tidur (ortopnea, dispnea paroksimalnokturnal, nokturia, keringat malam hari)
Tanda : takikardi, gangguan pada TD, pingsan karena kerja, takipnea, dispnea

2.      Sikulasi
Gejala : riwayat kondisi pencetus, contoh demam reumatik, endokarditis bakterial subakut, infeksi streptokokal, hipertensi, kondisi kogenital (contoh kerusakan atrial septal, sindrom marfal, trauma dada, hipertensi pulmonal, riwayat murmur jantung, palpitasi, serak, hemoptisis, batuk dengan/tanpa produksi sputum. 
Tanda: sistolik TD menurun (AS lambat).
Tekanan nadi : penyempitan (SA) ; luas (IA)
Nadi karotid : lambat dengan volume nadi kecil (SA);bendungan dengan pulsasi arteri terlihat (IA)
Getaran : getaran diastolik pada aspek (SM) getaran diastolik pada dasar (SA) getaran sepanjang batas sternal kiri;getaran sistolik pada vena jugular dan sepanjang arteri karotis (IA)
Dorongan : dorongan apikal selama sistolik (SM).penurunan atau tidak ada S1,bunyi robekan luas,adanya S3,S4 (IM berat). Bunyi ejeksi sistolik (SA) . bunyi sistolik ditonjolkan oleh berdiri/jongkok (MPV)
Kecepatan : takikardi (MVP),takikardi pada istirahat (SM)
Irama : tak teratur , fibrilasi atrial (SMdanIM), disritmia dan derajat pertama blok AV
Murmur : murmur diastolik pada area pulmonik (IP). Bunyi rendah, murmur diastolik gaduh(SM). Murmur sistolik terdengar baik pada apek (MR). Murmur sistolik terdengar baik pada dasar dengan penyebaran ke leher (SA). murmur sistolik pada dasar kiri batas ternal (SP)meningkat selama inspirasi (IT). Murmur diastoik (tiupan), bunyi tinggi dan terdengar baik pada dasar (IA). Murmur diastolik pada dasar kiri sternal meningkat dengan inspirasi (ST)
DVJ : mungkin ada pada adanya gagal ventrikel kanan(IA,SA,IM,IT,SM)
Warna/sianosis : kulit hangat lembab dan kemerahan (IA). Kapiler kemerahan dan pucat pada tiap nadi (IA)

3.      Integritas ego
Gejala : tanda kecemasan, contoh gelisah, pucat,berkeringat, fokus menyempit, gemetar.

4.      Makanan atau cairan
Gejala : disfagia (IM kronis), perubahan berat badan,penggunaan diuretik.
Tanda : edema umum atau dependen, hepatomegali dan asites (SM,IM,IT)hangat,kemerahan dan kulit lembap (IA),pernafasan payah dan bising dengan terdengar kreles dan mengi.

5.      Neurosensori
Gejala : episode pusing/pingsan berkenaan dengan beban kerja.

6.      Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri dada, angina (SA,IA). nyeri dada non angina/tidak khas (MPV)

7.      Pernapasan
Gejala : dispnea (kerja,ottopnea,paroksimal,nokturnal).batuk menetap atau  nokturnal (sputum mungkin/tidak produktif)
Tanda : takipnea, bunyi nafas adventisius(krekels dan mengi),sputum banyak dan bercakdaarah (edema pulmonal), gelisah atau ketakutan ( pada adanya edema pulmonal )


8.      Keamanan
Gejala : proses infeksi/sepsis, kemoterapi radiasi, adanya perawatan gigi (pembersihan, pengisian dan lain sebagainya), perlu perawatan gigi/mulut.

9.      Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : penggunaan obat IV (terlarang) baru/kronis
Pertimbangan DRG menunjukan rerata lama dirawat :4,9 hari
Rencana pemulangan : bantuan dengan kebutuhan perawatan diri tugas tugas rumah tangga / pemeliharaan perubahan dalam terapi obat, susunan perabot dirumah.

10.  Pemeriksaan diagnostik
Radionuclide studies (MUGA) : menentukan fraksi ejeksi ventrikel istirahat dan latihan.
a.         Kateterisasi jantung : memberikan informasi diagnostik sebagai berikut
SM : Gradien tekanan (pada diastole) antara atrium kiri dan ventrikel kiri melewati katup mitral, penurunan orifisium katup (1,2cm), peningkatan tekanan atrium kiri arteri pulmonal dan ventrikel kanan , penurunan curah jantung.
IM : Aliran baik media kontras melalui katup mitral selama sistole, peningkatan tekanan atrium kiri dan arteri pulmonal.
SA : Peningkatan gradien tekan pada sistole melewati katup aortik, peningkatan LVEDP
IA : Aliran balik media kontras melalui katup aortik selama diastole, peningkatan LVEDP
ST : Peningkatan gradien tekanan melewati katup , peningkatan atrium kanan, menurunan curah jantung.
IT : Aliran balik media kontras melalui katup trikuspid, peningkatan tekanan atrium kanan, penurunan curah jantung.
SP : Penurunan orifisium katup, peningkatan tekanan ventrikel kanan, penurunan tekanan arteri pulmonal.
IP : Peningkatan tekanan ventrikel kanan, aliran balik media kontras melalui katup.
Ventrikulografi kiri : Digunakan untuk mendemonstrasikan prolaps katup mitral (MVP)

b.         EKG :      
IM : Hipertrofi atrium dan ventrikel kiri, sinus takikardia, kontraksi atrium premature, fibrilasi atrium.
MVP : Abnormalitas gelombang T
SM : Pembesaran atrium kiri hipertrofi ventrikel kanan, fibrilasi atrium kronis.
SA : Aritmia ventrikel dan atrium hipertrofi atrium kiri, hipertrofi ventrikel kanan, deviasi aksis kanan, perubahan gelombang ST/T, defek konduksi (blok AV derajat pertama blok cabang berkas kiri )
IA : Hipertrofi ventrikel kiri ada fibrilasi atrium bila gagal kongestif berat.
ST : Hipertrofi atrium kanan, hipertrofi ventrikel kiri atau kanan, fibrilasi atrium.
IT : Hipertrofi ventrikel dan atrium kanan, fibrilasi atrium
SP : Hipertrofi ventrikel dan atrium kanan, deviasi aksis kanan, fibrilasi atrium.
IP : Dilatasi ventrikel kanan dan mungkin atrium kanan.

c.         Sinar x dada :
SM : Pembesaran ventrikel kanan dan atrium kiri, peningkatan vaskulatur, tanda tanda kongesti/edema pulmonal.
IM : klasifikasi anulus mitral, dilatasi serambi jantung, peningkatan vaskularitaspada lobus paru atas, tanda tanda edema pulmonal.
SA : Dilatasi/hipertrofi ventrikel kiri dan aortik klasifikasi katup aortik.
IA : Pembesaran ventrikel kiri, dilatasi aorta asenden.
ST : Pembesaran atrium kanan

IT : Pembesaran ventrikel kanan dan atrium.
IP : Pembesaran ventrikel kanan, dilatasi arteri pulmonal.

d.        Ekokardiogram : dua dimensi dan ekokardiografi doppler dapat memastikan masalah katup miss :
SM : Pembesaran atrium kiri perubahan gerakan daun daun katup.
IM : Pembesaran atrium kiri, hiperdinamik, ventrikel kiri, prolaps daun katup mitral
SA : Pembatasan gerakan katup aortik.
IA : Dilatasi ventrikel kiri, klasifikasi atau vegetasi pada katup aortik pembesaran katup aortik dari akar aorta asenden.
MVP : Penonjolan daun daun secara posterior dalam atrium kiri selama sistole ventrikel.
ST : Dilatasi atrium kanan,perubahan gerakan gerakan daun trikuspid.
IT : Dilatasi atrium kanan prolaps daun trikuspid.

11.  Prioritas keperawatan
a.         Mempertahankan tugas jantung adekuat.
b.         Mempertahankan dan atau meningkatkan toleransi aktivitas.
c.         Menghilangkan atau mengontrol nyeri.
d.        Memberikan informasi tentang proses penyakit, manajemen, dan pencegahan komplikasi.

12.  Tujuan pemulangan
a.         Bebas tanda atau gejala dekompensasi jantung.
b.         Memenuhi kebutuhan perawatandiri dengan perbaikan toleransi aktivitas.
c.         Nyeri atau ketidaknyamanan dikurangi atau dikontrol.
d.        Proses penyakit, manajemen, dan pencegahan komplikasi dipahami.




B.       Diagnosa Keperawatan
1.    Curah jantung menurun berhubungan dengan Perubahan dalam preload/ peningkatan tekanan atrium dan kongesti vena
2.    Kelebihan volume cairan berhubungan dengan Peningkatan retensi cairan dan natrium
3.    Nyeri akut berhubungan dengan iskemia jaringan miokard
4.    Intoleran aktivitas berhubungan dengan Ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan
5.    Ansietas berhubungan dengan status kesehatan
6.    Kurang pengetahuan berhubungan dengan Kurangnya informasi tentang penyakit katup jantung

C.      Intervensi
Diagnosa Keperawatan
Curah jantung menurun berhubungan dengan Perubahan dalam preload/ peningkatan tekanan atrium dan kongesti vena.

Hasil yang diharapkan/ kriteria evaluasi- pasien akan
Melaporkan/menunjukan penurunan episode dyspnea, nyeri dada, dan distritmia berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan beban kerja jantung
Mendemonstrasikan peningkatan toleransi aktivitas Mengidetifikasi tanda dini dekompensasi jantung, cara untuk mengubah aktivitas dan kapan mencari bantuan





Tindakan/intervensi
Rasional
Mandiri
Pantau TD, nadi apikal, nadi perifer
Indikator klinis dari keadaan curah jantung. Pemantauan memungkinkan deteksi dini/tindakan terhadap dekompensasi

Pantau irama jantung sesuai indikasi
Disritmia umum pada pasien dengan penyakit katup. Distritmia atrium paling umum, berkenan dengan peningkatan tekanan darah volume atrium. Abnormalitas konduksi dapat juga terjadi, mis, pada penyakit katup aortic, karena penurunan perfusi arteri coroner

Tingkatkan/dorong tirah baring dengan kepala tempat tidur ditinggikan 45 derajat
Menurunkan volume darah yang kembali ke jantung (preload) yang memungkinkan oksigenasi, menurunkan dyspnea dan regangan jantung

Bantu dengan aktivitas sesuai indikasi (mis, berjalan) bila pasien mempu turun ditempat tidur

Melakukan kembali aktivitas secara bertahap mencegah pemaksaan terhadap cadang jantung
Diskusikan/demonstrasikan teknik manajemen stress (rujuk pada DK: ansietas)

Reduksi ansietas dapat menurunkan stimulasi jantung simpatis dan beban kerja jantung
Kolaborasi
Berikan oksigen suplemen sesuai indikasi. Pantau DGA/ nadi oksimetri
Memberikan oksigen untuk ambilan miokard dalam upaya untuk mengkompensasi peningkatan kebutuhan oksigen.
Berikan obat-obatan sesuai indikasi mis, antidisritmia, obat inotropic, vasodilator, diuretik
Pengobatan distritmia atrial ventrikuler khsusnya mendasari dasar kodisi dan simtomatologi tetapi ditunjukan pada berlangsung/meningkatnya efisiensi/curah jantung. Vasodilator digunakan untuk menurunkan hipertensi dengan menurunkan tahanan vaskuler sistemik, penurunan ini mengambilkan dan menghilangkan tahanan diuretic menurunkan TD lewat katup yang tak berfungsi meskipun memperbaiki fungsi jantung dan menurunkan kongesti vena


Siapkan untuk bedah sesuai indikasi
Penanganan/perbaikan penyakit katup jantung mungkin perlu untuk meningkatkan curah jantung atau mengontrol/mengatasi dekompensasi jantung


Diagnosa keperawatan
Kelebihan volume cairan berhubungan dengan Peningkatan retensi cairan dan natrium
Hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi-pasien akan
Menunjukan keseimbangan masukan dan haluran, berat badan stabil, tanda vital dalam rentang normal dan tak ada edema
Menyatakan pemahaman diet individual/ pembatasan cairan

Tindakan/intervensi
Rasional
Mandiri
Pantau pemasukan dan pengeluaran catat keseimbangan cairan (positif atau negatif ) timbang berat badan tiap hari
Penting pada pengkajian jantung dan fungsi ginjal dan efektifan terapi diuretic. Keseiimbangan cairan positif berlanjut  (pemasukan lebih besar dari pengeluaran ) dan berat badan meningkat menunjukkan makin buruknya gagal jantung

Auskultasi bunyi napas jantung
Tambahanya bunyi napas (krekles) dapat menunjukkan timbulnya edema paru akut atau GJK kronis. Terdengarnya S3 adalah salah satu temuan klinik pertama sehubungan dengan dekompensasi. Ini mungkin sementara (gagal paru kongestif) akut) atau permanen (gagal jantung luas atau kronis sehubungan dengan penyakit katup berat)

Kaji adanya distensi vena jugularis/peninggian CVP
Indikator klinik gagal jantung sisi kanan dan kongesti sistemik pada perluasan penyakit katup (2-3 katup)

Pantau TD
Hipertensi umum sebagai akibat gangguan katup, contoh stenosisi aorta. Namum peninggian TD diatas normal dapat menunjukkan kelebihan cairan, khusunya bila terjadi tiba-tiba sepanjang tanda kongesti pulmonal

Catat laporan dyspnea, ortopnea,evalusi adanya/derajat edema (dependen/umum)
Terjadinya/teratasinya gejala menunjukkan situasi keseimbangan  cairan dan keefektifan terapi

Jelaskan tujuan pembatasan cairan/natrium pada pasien/ orang terdekat. Libatkan dalam rencana jadwal pemasukan/pilihan diet yang rendah

Dapat meningkatkan kerjasama pasien. Memberikan beberapa rasa kontrol dalam menghadapi upaya pembatasan
Kolaborasi
Berikan diuretic contoh furosemide (lazix), asam etakrinik (edecrin) sesuai indikasi

Menghambat reabsorpsi natrium/klorida yang meningkatkan ekskresi klorida, dan menurunkan kelebihan cairan total tubuh dan edema paru.
Pantau elektrolit serum, khusunya kalium, berikan kalium pada diet dan kalium tambahnya bila diindikasikan
Nilai elektrolit berubah sebagai respons diuresis dan Gangguan oksigenasi dan metabolisme. Hypokalemia mencetus pasien pada gangguan irama jantung

Berikan cairan IV memalui alat pengontrol
Pompa IV mencegah kelebihan pemberian cairan

Betasi cairan sesuai indikasi (oral dan intravena)
Dapat diperlukan untuk menurunkan volume cairan ekstrasel/edema

Berikan batasan diet dan natrium sesuai indikasi
Menurunkan retensi cairan

Diagnosa keperawatan
Nyeri akut berhubungan dengan iskemia jaringan miokard
Hasil yang diharapkan/ kriteria evaluasi- pasien akan
Melaporkan nyeri hilang/terkontrol
Menyatakan metode yang membuat nyeri hilang

Tindakan/intervensi
Rasional
Mandiri
Selidiki laporan nyeri dada dan bandingkan dengan episode     sebelumnya. gunakan skala nyeri (0-10) untuk rentang intensitas catat ekspresi verbal/non verbal nyeri. Respons peningkatan atau penurunan frekuensi pernapasan)

Perbedaan gejala perlu untuk mengidentifikasi penyebab nyeri. Perilaku dan perubahan tanda vital membantu menetukan derajat/adanya ketidaknyamanan pasien khususnya bila pasien menolak adanya nyeri
Evaluasi respons terhadap obat
Penggunaan terapi obat dan dosisi. Catat nyeri yang tidak hilang atau menurun dengan nitrat menunjukkan MVP. Berhubungan dengan nyeri dada tidak khas/non-angina

Berikan lingkungan istirahat dan batasi aktivitas sesuai kebutuhan
Aktivitas yang meningkat kebutuhan oksigen miokardia (contoh kerja tiba-tiba stress, makan banyak, terpajang dingin) dan mencetuskan nyeri dada

Anjurkan pasien berespons tepat terhadap angina (contoh berhenti aktivitas yang menyebabkan angina. Istirahat, dan minum obat antianginal yang tepat
Penghentian aktivitas menurunkan kebutuhan oksigen dan kerja jantung dan sering menghentikan angina
Kolaborasi
Berikan vasodilator, contoh nitrogliserin, nifedipin (Procardia) sesuai indikasi
Obat diberikan untuk meningkatkan sirkulasi miokardia (vasodilator) menurunkan angina sehubungan dengan iskemia miokardia

Diagnosa keperawatan
Intoleran aktivitas berhubungan dengan Ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan

Hasil yang diharapkan/ kriteria evaluasi-pasien akan
Menunjukan peningkatan yang dapat diukur dalam toleransi aktivitas
Mengidentifikasi factor yang mempengaruhi toleransi aktivitas dan penurunnya dengan efek negatif
           
Tindakan/intervensi
Rasional
Mandiri
Kaji toleransi pasien terhadap aktivitas menggunakan parameter berikut : frekuensi nadi20 permenit diatas frekuensi istirahat, catat peningkatan TD, dispnea atau nyeri dada, kelelahan berat dan kelemahan, berkeringat, pusing atau pingsan.

Parameter menunjukkan respon fisiologis pasien terhadap stres aktivitas dan indikator derajat pengaruh kelebihan kerja/jantung.
Kaji kesiapan untuk meningkatkan aktivitas contoh penurunan kelemahan
Kelelahan TD stabil/frekuensi nadi, peningkatan perhatian pada aktivitasdan perawatan diri.

Stabilitas fisiologis pada istirahat penting untuk menunjukkan tingkat aktivitas individual.

Dorong memajukan aktivitas/toleransi aktivitas diri
Konsumsi oksigen miokardia selama berbagai aktivitas dapat meningkatkan jumlah oksigen yang ada. Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan tiba-tiba pada kerja jantung.

Berikan bantuan sesuai kebutuhan dan anjurkan penggunaan kursi mandi, menyikat gigi/rambut dengan duduk dan sebagainya.
Teknik penghematan energi menurunkan penggunaan energi dan sehingga membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
Dorong pasien untuk berpartisipasi dalm memilih periode aktivitas
Seperti jadwal meningkatkan toleransi terhadap kemajun aktivitas dan mencegah kelemahan.

Diagnosa keperawatan
Ansietas berhubungan dengan status kesehatan
Hasil yang diharapkan/ kriteria evaluasi pasien akan :
Menyatakan kesadaran perasaan ansietas.
Melaporkan penurunan/terkontrol
Menunjukan relaksasi.
Menunjukan perilaku untuk menangani stres

Tindakan/intervensi
rasional
Mandiri
Identivikasi atau evaluasi persepsi pengobatan yang ditunjukan oleh situasi

Alat untuk mendefinisikan lingkup masalah dan pilihan intervensi.
Pantau respons fisik, contoh palpitasi, takikardi, gerakan berulang, gelisah
Membantu menentukan derajat cemas sesuai jantung. Penggunaan evaluasi seirama dengan respon verbal dan nonverbal

Berikan tindakan kenyamanan (contoh mandi, gosokan punggung, perubahan posisi)
Membantu perhatian mengarahkan kembali dan meningkatkan relaksasi, meningkatkan kemampuan koping

Koordinasikan waktu istirahat dan aktivitas saat senggang tepat untuk kondisi
Memberikan rasa kontrol pasien untuk menangani beberapa aspek pengobatan (contoh, aktivitas perawatan, waktu pribadi) menurunkan kelemahan, meningkatakan energi.

Dorong ventilasi perasaan tentang penyakit efeknya terhadap pola hidup dan status kesehatan akan datang kaji keefektifakn koping dengan stresor
Mekanisme adaptif perlu untuk mengkoping dengan penyakit katup jantung kronis dan secara tepat mengganggu pola hidup seseorang sehubungan dengan terapi pada aktivitas sehari-hari

Libatkan pasien/orang terdekat dalam rencana perawatan dan dorong partisipasi maksimum pada rencana pengobatan

Keterlibatan akan membantu memfokuskan perhatian pasien dalam arti positif dan memberikan rasa kontrol
Anjurkan pasien melakukan teknik relaksasi, contoh napas dalam, bimbingan imajinasi, relaksasi progresif
Memberikan arti penghilangan respon ansietas, menurunkan perhatian, meningkatkan relaksasi meningkatkan kemampuan koping





Diagnosa keperawatan
Kurang pengetahuan berhubungan dengan Kurangnya informasi tentang penyakit katup jantung

Hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi pasien akan
Menyatakan pemahaman proses penyakit, program pengobatan dan potensial komplikasi Mengidentifikasi perilaku/perubahan pola hidup untuk mencegah komplikasi. Mengenali kebutuhan untuk kerja sama dan mengikuti perawatan

Tindakan/intervensi
Rasional
Madiri
Jelaskan rasional pengobatan, dosis, efek samping, dan pentingnya minum obat sesuai resep contoh diuretik antidisritmia, agen inotropik, vasodilator

Dapat meningkatkan kerja sama dengan terapi obat dan mencegah penghentian pada obat/ dan interkasi obat yang merugikan
Anjurkan pasien minum diuretik dosis harian (atau dosis lebih besar) pada pagi hari
Penjadwalan meminimalkan berkemih malam hari/mengganggu tidur

Anjurkan memantau berat badan sendiri dan mempertahankan pencatatan. Dorong pelaporan berat badan meningkat 1 kg dalam 1 hari atau 2,5 kg dalam 1 minggu ; kehilangan berat badan 2,5 kg dalam 1 minggu .

Berat badan indikator utama keefektifan terapi diuretik dan harus diukur pada dasar teratur untuk memantau kecenderungan.
Tekankan pentingnya melaporkan rasa haus berlebihan. Pusing berat, atau episode berdenyut.

Dapat mengidikasikan kebutuhan evaluasi status elektrolit (khususnya kalium) dan gangguan program obat
Anjurkan dan biarkan pasien menunjukan keterampilan pemantauan sendiri nadi bila pulang dengan digitalis
Adanya perubahan pada frekuensi nadi (khususnya dibawah 60 kali permenit pada orang dewasa) dan irama (timbul tidak teratur) mungkin indikasi toksisitas digitalis dan harus dilaporkan pada dokter untuk evaluasi

Diskusikan keamanan pencegahan yang meminimalkan hipotensi ortostatik bila pasien pulang dengan vasodilator, contoh bangun perlahan dari posisi tidur ke berdiri dan duduk beberapa menit sebelum berdiri, hindari berdiri lama gunakan stoking penyongkong bila berdiri dan jalan

Tindakan ini membantu meminimalkan efek samping vasodilator meningkatkan TD postural (dapat mencegah pingsan atau jatuh)
Jelaskan rasional program diet (biasanya diet rendah natrium)
Meningkatnya natrium mengakibatkan retensi air dan meningkatkan kerja jantung

Diskusikan kebutuhan pasien untuk keseimbangan aktivitas dan istirahat. Jelaskan pentingnya konsitensi dalam aktivitas/ olahraga
Program aktivitas bertahap yang konsisten dan tepat paling baik untuk meminimalkan kondisi dan kelemahan dan mencegah kelebihan kerja, yang meningkatkan jantung/dekompensasi


Berikan intruksi program aktivitas yang tepat latihan intensitas rendah teratur, contoh program jalan (pasien stabil/asimtomatik) aktivitas perawatan diri, tentang gerak aktif atau dengan bantuan, dan teknik penghemat energy   (pasiensimtomatik)

Kebutuhan program aktivitas individual seperti beberapa pasien yang toleran hanya dengan rentang gerak latihan sementara yang lain berpartisipasi pada program yang lebih aktif
Anjurkan pasien untuk memantau respon fisiologisnya sendiri terhadap aktivitas, contoh frekuensi nadi, napas pendek, hentikan aktivitas yang menyebabkan nyeri dada napas pedek, pusing, kelelahan atau kelemahan berat, laporkan penurunana toleranis terhadap aktivitas.

Keterlibatan pasien dalam memantau toleransi terhadap aktivitasnya sendiri adalah penting untuk keamanan dan atau mengubah aktivitas seharian
Tekankan pentingnya menginformasikan pada pemberi perawatan  adanya pingsan karena kerja atau nyeri dada.
Ini indikasi toleransi terhadap aktivitas yang berhubungan dengan tidak adekuatnya curah jantung/ memburuknya disfungsi katup
Berikan informasi arti endokaritis
Pasien dengan penyakit katup jantung beresiko terhadap endokarditis (sehubungan denga pelengketan pegetasi struktur jantung yang menimbulkan jaringan perut lanjut pada katup, retraksi lembaran dan kehilangan fungsi memerlukan intervensi bedah



Tindakan/intervensi
Rasional
Mandiri
Beritahu pasien yang memerlukan terapi antitrombotik tentang tujuan dosis dan efek samping obat yg diberikan, contoh warfarin (coumadin) dipiridamol 1(persantine) dan ASA
Pasien dengan atrium kiri fibrilasi atrial kronis, dan adanya katup buatan beresiko tinggi mengalami embolisasi dan juga dapat pulang dengan obat anti koagulan

Tekankan pentingnya menggunakkan antikoagulan sehubung dengan intruksi dokter dan laporan rutin ke laboratorium untuk masa protrombin
Obat perlu dipakai pada waktu yang sama tiap hari untuk mempertahankan kadar terapeutik coumadine berdasarkan masa protombin pasien

Identifikasi tanda paling umum perdarahan dini contoh terjadianya kemerahan tanpa trauma. Tekankan pentingnya melaporkan perdarahan pada pemberi perawat

Upaya evaluasi dan mencegah komplikasi lebih serius
Anjurkan pasien menghindari obat yang dijual bebas, penggunaan pencukur jenggot elektrik dari pada manual, membersihkan menyikat gigi perlahan, menggunting kuku hati hati dan menghindari saat defekasi

Kerja antikoagulan dipengaruhi banyak produk obat yang dijual bebas. Perhatian pada tindak keamanan akan membantu meminimalkan risiko perdarahan traumatic
Tekankan pentingnya memepertahankan pemasukan cairan minimum 2500ml /hari (kecuali kontaindikasi).
Ini membantu mencegah peningkatan viskositas darah yang menimbulkan hiperkoagulasi dan pontesial pembentukan thrombus
Kaji ulang perlunya perubahan diet
Alkohol dan makanan tinggi vitamin K mengganggu masa protrombin dan harus dihindari

Dorong pasien dengan menggunakan gelang identifikasi
Mewaspadakan petugas darurat bahwa pasien mengunakan antikoagulan .

Identifikasi/rujuk sumber masyarakat dan kelompok pendukung
Kondisi alamiah kronis dapat mempengaruhi keampuan memenuhi kebutuhan diri sendiri/ pemeliharan di rumah, meningkatkan risiko isolosai sosial/ depresi


















BAB IV
PENUTUP


Setelah kelompok menguraikan Asuhan Keperawatan dengan stenosis mitral, maka pada bab ini kelompok akan menarik beberapa kesimpulan serta saran-saran yang mungkin berguna untuk peningkatan mutu asuhan keperawatan khususnya pada klien dengan stenosis mitral.

A.      Kesimpulan
Secara kasar jantung terdiri dari tiga daun katup yaitu atrioventriculer dan katup semiluner. Katup-katup tersebut berfungsi mempertahankan aliran darah melalui keempat rongga jantung dengan satu arah yang tetap. Katup atrioventriculer memisahkan atrium dan ventrikel, sedangkan katup semiluner memisahkan arteria pulmonalis dan aorta dari ventrikel. Katup-katup ini membuka dan menutup secara pasif dan ritmit, ketika jantung konstraksi maupun relaksasi menanggapi tekanan dan perubahan isi dalam bagian jantung itu sendiri.

Stenosis mitral (stenosis katup mitral) adalah penyempitan pada lubang katup mitral yang menyebabkan meningkatnya tahanan aliran darah dari atrium kiri ke ventrikel kiri. Pada stenosis mitral, terdapat sebuah hambatan aliran darah ke ventrikel kiri pada tingkat katup mitral, akibat adanya kelainan struktur aparatus katup mitral, yang mencegah pembukaan pada saat diastolik.

Stenosis katup mitral hampir selalu disebabkan oleh demam rematik. Yang pada saat ini sudah jarang ditemukan di amerika utara dan eropa barat. Karena itu di wilayah tersebut, stenosis katup mitral terjadi terutama pada orang tua yang pernah menderita demam rematik pada masa kanak-kanak dan mereka tidak mendapatkan antibiotik. Dibagian dunia lainnya, demam rematik sering terjadi dan menyebabkan stenosis katup mitral pada dewasa, daun katup mitral sebagian bergabung menjadi satu.

B.       Saran
1.         Mahasiswa-mahasiswi
Mahasiswa dan mahasiswi dapat mengerti tentang Asuhan Keperawatan dengan Stenosis Mitra
2.         Institusi
Institusi dapat memfasilitasi dengan fasilitas yang memadai sehingga dapat mendukung tercapainya makalah yang baik dan benar























Catatan

TD                   : Tekanan Darah
SA                   : sinoatrial
AS                   : Stenosis Katup aortik
IM                   : Intra Muskular
MVP               : Prolapsus katup mitral
AV                  : Atrioventrikular
IP                    : Identified Patient
MR                  : Regurgitasi mitral
ST                    : Sinus takikardia
DRG               : Kelompok diagnosis yang berhubungan
IV                    : Intravena
MUGA            : Multigated acquisition  ( sken jatung radioaktif )
LVEDP           : Tekanan diastolik akhir ventrikular kiri
CVP                : Tekanan vena sentral
















DAFTAR PUSTAKA

Chang,Esther.2010.Patofisiologi Aplikasi dan Praktek Keperawatan.Jakarta:EGC
Doenges,E Marilynn,dkk.2014.Rencana Asuhan Keperawatan.Jakarta:ECG
Kimberly A.J. Bilotta. 2011 Kapita Selekta Penyakit.Jakarta:EGC
Sabiton, David C. 1994 Buku Ajar Bedah.Jakarta : EGC
Sholeh S. Naga . 2014, ilmu penyakit dalam.Yogyakarta :DIVA
Sudarta, Wayan I.2013.Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler.Yogyakarta:Goyen Publishing

Udjianti,Juni Wajan.2010.Keperawatan Kardiovaskuer .Jakarta:Salemba Medika

0 komentar:

Posting Komentar