Jumat, 09 Desember 2016

Asuhan Keperawatan dengan influenza

Edit Posted by with No comments



ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN INFLUENZA
Dalam Rangka Menyelesaikan Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah  Respirasi



DISUSUN: KELOMPOK 4
Anis Choeirunnisa                   (15004)
Dewi Ratna Sari                      (15008)
Kinta Vernendy Putri              (15022)
Nurhalimah                              (15034)
Nur Wahid Windi Aris            (15035)





AKADEMI KEPERAWATAN HARUM JAKARTA

TAHUN 2016


KATA PENGANTAR

Kami panjantkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyusun makalah KMB I Sistem Respirasi yang berjudul Asuhan Keperawatan dengan Infuenza. Selesainya penyusunan ini berkat bantuan dari berbagai pihak oleh karena itu, pada kesempatan ini kami sampaikan terima kasih dan penghargaan yang terhormat kepada :

1.    Ibu Rusmawati Sitorus S.Pd, S.Kep, MA Selaku Direktur Akademi Keperawatan Harum Jakarta
2.    Ibu Ns. Ari Susiani, Mkep Selaku wali kelas tingkat II
3.    Ns. Nina Sunarti, S.Kep Selaku Dosen pembimbing mata ajar KMB I Sistem Respirasi yang telah meluangkan waktu dalam pelaksanaan bimbingan, pengarahan, dorongan dalam rangka penyelesaian penyusunan makalah ini.
4.    Rekan-rekan angkatan XVII Akademi Keperawatan Harum Jakarta
5.    Keluarga tercinta yang telah memberikan dorongan dan bantuann serta pengertian yang besar kepada kami, baik selama mengikuti perkuliahan maupun dalam menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa masih jauh dari kata sempurna, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan dan sebagai umpan balik yang positif demi perbaikan dimasa mendatang. Harapan kami semoga makalah ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang Keperawatan.

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih dan kami berharap makalah ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.


Jakarta,   Desember 2016



                                     Kelompok 4





BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang

Infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) termasuk flu rintis akut, sinusitis, tonsilitis akut dan latringitis akut. Pilek adalah tipe infekis saluran napas atas yang paling sering ditemukan. Orang dewasa rata-rata akan terserang flu 2-4 kali dalam setahun, dan anak-anak akan rata-rata 4-12 kali pertahun. Insidennya berfariasi menurut musim, kira-kira 50% dari penduduk akan mendapat penyakit pada musim dingin dan 25% pada musim panas. Biasanya, flu tidak dianggap sebagai penyakit yang berbahaya tetapi penyakit ini menyebabkan rasa tidak nyaman baik secara fisik maupun mental dan menyebabkan penderita tidak bekerja atau tidak masuk sekolah. Dia merika serikat flu adalah suatu penyakit yang sangat mahal: setiap tahun lebih dari 500 juta dolar amerika diabiskan untuk membeli obat-obat flu dan batuk perjual belikan dengan bebas.

Influenza merupakan penyakit demam yang mudah menular dan merata, disebabkan oleh virus yang menyerang jalan pernafasan. Gejala yang paling umum dari penyakit ini adalah demam dan menggigil, sakit kepala, nyeri tenggorokan, nyeri otot, batuk, lemah, dan memberikan rasa tidak nyaman. Influenza ditularkan dengan cepat dari satu penderita kepada orang lain melalui titik ludah yang infektif. Daya tahan tubuh orang yang telah terinfeksi influenza akan menurun sehingga memudahkan terjadinya infeksi sekunder pada sinus, telinga dan paru-paru yang dapat juga mengakibatkan kematian. Terdapat tiga tipe virus influenza yaitu tipe A, B dan C, yang tergolong dalam myxovirus seperti halnya virus-virus penyebab parotitis (mumps virus), virus Newcastle penyebab konjungtivitis dan virus parainfluensa. Influenza menyebar ke seluruh dunia dan menyerang berbagai kalangan masyarakat dengan segala tingkatan usia baik pria maupun wanita tanpa memandang berbagai jenis ras. Penyebaran influenza pada umumnya terjadi secara epidemi yang dapat berkembang sangat luas hampir ke seluruh bagian dunia menjadi pandemi.Berbeda dengan epidemi,

pandemi sangat jarang terjadi. Pandemi terjadi setiap 10 sampai 50 tahun sekali. Epidemi influenza tercatat pertama kali di Eropa pada tahun 1510. Selama abad ke-20, tiga pandemi influenza telah terjadi di Indonesia. Pandemi influenza di Indonesia terjadi tahun 1918, 1957 dan 1968 yang membawa dampak banyak kematian. Tahun 1918 merupakan pandemi influenza terburuk sepanjang abad ke-20 yang hampir terjadi di seluruh dunia. Pandemi influenza pada tahun 1918 diperkirakan disebabkan oleh virus influenza tipe A dengan subtipe H1N1 yang dengan cepat menyebar ke dunia dan diperkirakan menjadi virus influenza terganas dalam sejarah kesehatan. Perkiraan konservatif menyatakan kemungkinan 20-40 juta orang meninggal, bahkan ada juga yang memperkirakan 100 juta orang meninggal akibat terinfeksi influenza. Bahkan adapula yang memperkirakan sepertiga dari populasi dunia terjangkit influenza pada waktu itu. Dampak wabah ini dapat dirasionalkan dalam konteks matematika diibaratkan bahwa akan ada 1 orang meninggal dari 20 orang yang terjangkit pandemi influenza. Hal ini dapat menjelaskan bahwa wabah influenza tahun 1918 delapan kali lebih ganas dibandingkan wabah flu musiman.6 Meskipun dalam catatan sejarah yang tersedia tentang pandemi influenza 1918 di dunia lebih banyak menyoroti dampak yang terjadi di Eropa dan Amerika. Menurut Farndon, Asia juga mencatat jumlah korban meninggal yang besar. Diperkirakan 20 juta orang meninggal di India, dan kemungkinan di Cina terdapat 10 juta orang korban meninggal karena pandemi influenza. Wabah influenza juga melanda wilayah Hindia-Belanda, khususnya paling parah menyerang di pulau Jawa. Pertengahan tahun 1918 sampai pertengahan tahun 1919 merupakan sebuah fenomena penting adanya pandemi dalam sejarah kesehatan negeri ini .7 Tingginya jumlah korban baik yang tertular maupun meninggal, dan pesatnya penyebaran virus influenza menjadikan wabah influenza ini menjadi masalah yang harus segera ditangani oleh pemerintah Hindia Belanda. Penyebaran influenza di Hindia Belanda diidentifikasi melalui kegiatan transportasi, adanya kontak langsung antara masyarakat Hindia Belanda dengan masyarakat luar menyebabkan munculnya sebuah bentuk interaksi sosial. Kemajuan dalam bidang ekspor impor menjadikan pelabuhan sebagai pintu masuknya virus influenza di Hindia Belanda. Kapal yang melakukan kegiatan ekspor-impor barang baik ke luar negeri maupun pengangkutan dan pengiriman barang antar pulau diperkirakan menjadi salah satu sarana penularan infeksi virus influenza. Hal ini dapat dipahami bahwa di dalam kapal tersebut terdapat orang-orang yang telah terserang virus influenza H1N1, sehingga virus tersebut berkembang pesat menjadi sebuah pandemi. Pulau Jawa memiliki beberapa pelabuhan besar, yaitu di Batavia dan Surabaya yang menjadi pusat perdagangan. Tidak hanya perdagangan antar pulau-pulau yang ada di Indonesia tetapi juga perdagangan antara nusantara (Hindia Belanda) dengan luar negeri. Meningkatnya kegiatan ekspor impor di Hindia Belanda pada abad ke- 20 juga berperan dalam penyebaran virus influenza di pulau Jawa.

B.       Tujuan
1.      Tujuan Umum
Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah KMB I Sistem Respirasi
2.      Tujuan Khusus
a.    Untuk menambah pengetahuan pengertian tentang influenza
b.    Untuk mengetahui tentang etiologi terjadinya influenza
c.    Untuk menambah pengetahuan tentang pencegahan influenza
d.   Untuk menambah pengetahuan Asuhan Keperawatan dengan influenza

C.      Sistematika Penulisan
Bab I : terdiri dari pendahuluan: latar belakang, tujuan, sistematika penulisan.
Bab II : terdiri dari pembahasan : pengertian, anatomi dan fisiologi, etiologi, penatalaksanaan medis, dan asuhan keperawatan
Bab III : terdiri dari penutup : kesimpulan dan saran
Daftar pustaka.






BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A.      Konsep Dasar
1.      Pengertian
Influenza atau biasa disebut "flu", merupakan penyakit tertua dan paling sering didapat pada manusia. Influenza juga merupakan salah satu penyakit yang mematikan Flu disebabkan oleh rinovirus dan terutama menyerang saluran nasofaring. Flu paling menular 1 sampai 4 hari sebelum onset (masa inkubasi) dan selama 3 hari pertama dari penyakit ini. Tranmisi lebih sering terjadi melalui sentuhan pada permukaan yang terkontaminasi dan menyutuh hidung atau mulut daripada melalui droplet virus yang terhambat ketika bersin. Ada pepatah kuno yang mengatakan, dulu jika diobati akan sembuh dalam waktu 1 minggu dan tanpa pengobatan sembuh dalam waktu 7 hari “. Cara-cara umum seperti istirahat, sop mie ayam, minuman hangat (teh, debatan) dan mengadosis vitamin (kontroversial) keempat golongan obat yang dipakai untuk mengatasi gejala flu adalah antihistamin,(penghambat H1), dekongestan (aminsimpatonimetik), antitusif, dan ekspektoran. Obat-obatan ini dapat dipakai secara tersendiri atau secara kombinasi. Gejala-gejala flu mencakup rinorea (sekret hidung yang berair), hidung tersumbat, batuk, dan peningkatan sekresi mukosa. Jika terjadi infeksi bakteri sekunder terhadap flu, bisa terjadi rintis infeksi dan sekret hidung menjadi kental, mukoid dan berwarna kuning-hijau. Sekret hidung ini akibat dari sel-sel darah putih dan sel-sel debris yang timbul sebagi produk samping perperangan tubuh melawan infeksi bakteri. (Somantri,Irman.2008)

2.    Anatomi dan Fisiologi
Udara biasanya bergerak dalam tubuh melalui hidung dan masuk ke dalam ronggas nasal (hidung). Rambut hidung akan menangap dan menyaring zat asing yang mungin terdapat udara yang dihirup udara dan dihangatan dan dilembabkan ketika udara bergerak melewati pembuluh darah yang dekat dengan permukaan lapisan epitel dalam rongga nasal (hidung) lapisan epitel terdiri dari sel gobet yang menghasilan mukus,yang menangap debu,miroorganisme,serbu dan zat asing lainnya. Sel epitel pada lapisan ini memiliki silia-tonjolan mirosopi seperti rambut pada membran sel yang bergerak secara konstan dan mengarahkan mukus serta setiap zat yang terperangkap untuk masuk ke dalam tenggorokan. Sepasang sinus (saluran berisi udara yang melalui tulang tengorak) terbuka kedalam rongga nasal. Karena lapisan pada saluran nasal dilanjutkan dengan lapisan dari sinus mengalir ke rongga nasal. Dari rongga tersebut mukus mengalir kedalam tenggoroan ditelan kedalam saluran cerna GI,tempat asam lambung menghancurkan zat asing yang terperangap dalam mukus udara bergerak dari rongga hidung kedalam faring dan laring. Di dalam laring terdapat pita suara dan epiglotis yang akan menutup ketia aktifitas menelan untuk melindungi saluran napas bagian bawah dari zat asing. Dari laring udara terus bergerak kedalam trakea,jalan napas konduksi terutama ke arah paru.
Trakea akan bercabang atau terbagi menjadi dua bronkus utama, yang selanjutnya aan terbagi menjadi cabang yang kecil dan lebih kecil lagi.semua saluran napas ini terdiri dari sel goblet penghasil mukus dan silia untuk menangkap setiap partikel yang berhasil lolos dari meanisme pelindung di bagian atas silia yang terdapat pada bagian ini akan menggerakkan mukus ke arah trakea dan kedaam tenggrokan tempat mukus tersebut akan ditelan.Saluran bronkus terdiri atas tiga lapisan : kartiago,otot,dan sel epitel. Kartilago mempertahanan salurran tersebut tetap terbuka dan secara progresif menjadi lebih sedikit karena bronkus tetap terbuka dan secara progresif menjadi lebih sedikit karena bronkus bercabang dan menjadi semakin kecil. Lapisan otot mempertahankan bronkus tetap terbuka otot dalam bronkus tetap terbuka otot dalam bronkus menjadi lebih kecil dan lebih sedikit,hanya sedikit serat otot yang tetap berada dalam bronkus  terminal dan aveolus. Sel epitel memiliki struktur danfunggsi yang serupa dengan sel epitel dalam saluran hidung.Dinding trakea dan bronkus konduksi merupakan bagian yang sangat sensitif terhadap iritasi. Keika reseptor dalam dinding epitel tersimulasi refles sistem syaraf pusat akan mulai bekerja dan menyebabkan batuk. Batuk ini akan mendorong udara melewati cabang bronkus di bawah tekanan yang sangat besa,membersihkan seuairitanasin.
Refleks ini bersama dengan refleks bersin ( yang diawali oleh reseptor dalam rongga hidung ) akan mendorong zat asing secara langsung keluar dari sistem pernapasan, membuka sistem agar lebih efisien dakam mengalirkan gas.Sepanjang jalan napas, beberapa makrofag akan bergerak bebas di eppitelium dan menghancurkan penyusup sel mast terdapat dalam jumlah yang banyak dan melepaskan histamin,serotinin,adenosin trifosfat(ATP) dan zat kimiawi lainya untuk memastikan terjadi reaksi inflamasi yang cepat dan intens pada semua sel yang mengalami cedera hasil akhir dari berbagai mekanisme pertahanan nafas bagian bawah menjadi benar benar steril perlindungan yang penting terhadap infeksi pernafasan yang dapat mengganggu pertukaran gas esensial.


B.       Etologi
Penyebab dari timbulnya influenza adalah haemophillus influenza (tipe A, B dan C). Tipe A merupakan virus penyebab influenza yang bersifat epidemik. Tipe B biasanya hanya menyebabkan penyakit yang lebih ringan dari tipe A dan kadang-kadang saja sampai mengakibatkan epidemi. Tipe C adalah tipe yang diragukan patogenitasnya untuk manusia, mungkin hanya menyebabkan gangguan ringan saja.

C.        Patofisiologi
Droplet terinfeksi virus memasuki tubuh dan menyerang sel yang melapisi tenggorok dan hidung. Partikel virus kemudian membelah dengan cepat

Sistem imun berespon dengan mengirimkan limfosit ke mukosa terinfeksi yang menyebabkan pembuluh darah dimukosa hidung membengkak. Pembengkakan ini menyebabkan sekresi cairan yang berlebihan, yakni hidung berair.

Beberapa limfosit menghentikan gerak partikel virus dengan

D.      Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang timbul pada pasien dengan influenza antara lain:
1.         Nyeri kepala hebat
2.         Nyeri otot
3.         Demam dan mengigil
4.         Fatigue dan weakness
5.         Anoreksia
6.         Manifietas klinik pada sistem pernapasan
a.         Sakit tenggorokan
b.        Batuk, bersin, rinorrhea, dan hidung tersumbat
c.         Terdapat beberapa keluhan perasaan lemas selama 1-2 minggu setelah periode akut
E.     Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium: hitung leukosit dan diferensial berada dalam batas normal


F.        Penatalaksanaan Medis
Tidak ada pengobatan yang spesifik terhadap selesma. Penatalaksaan selesma terdiri atas terapi simptomatik. Beberapa tindakan dapat mencakup pemberian cairan yang adekuat, istirahat, pencegahan mengigil, dekongestan nasal aqueous, vitamin C, dan ekspekton sesuai kebutuhan. Kumur air garam hangat dapat melegakan sakit tenggorok, dan aspirin atau antibiotik tidak mempengaruhi virus atau mengurangi insiden komplikasi bakteri: namun demikin, antibiotik mungkin digunakan sebagai profilatik bagi pasien yang berisiko tinggi terhadap kondisi pernapasan.

G.      Potensial komplikasi
Berdasarkan pada data pengkajian, potensial komplikasi dapat mencakup:
1.         Sepsis
2.         Abses peritonsilar
3.         Otitis media
4.         Sinusitis

H.      Asuhan Keperawatan
1.         Pengkajian
Riwayat kesehatan pasien yang lengkap yang menunjukkan kemungkinan tanda dan gejala sakit kepala, sakit, tenggorokan, dan nyeri sekitar mata dan pada kesua sisi hiudng, kesulitan menelan, batuk, suara serak, demam, hidung tersumbat, dan rasa tidak nyaman umum dan kelitahan. Menetapkan kapan gejala mulai timbul, apa yang menjadi pencetusnya, apa jika ada yang dapat menghilangkan atau meringankan gejala tersebut, dan apa yang memperburuk gejala tersebut adalah bagian dari pengkajian, juga mengidentifikasi setiap riwayat alergi atau adanya penyakit yang timbul bersamaan

Inspeksi menunjukkan pembengkakan, lesi, atau lesi simetris hidung juga perdarahan atau rabas. Ukosa hidung diinspeksi terhadap temuan abnormal seperti warna kemerahan, pembengkakan, atau eksudat, dan polip hidung, yang mungkin terjadi dalam rintis kronis.

Sinus frontal dan maksilaris dipalpasi terhadap nyeri tekan, yang menunjukan inflamasi. Tenggorokan diamati dengan meminta klien membuka mulutnya lebar-lebar dan napas dalam. Tonsil dan faring diinspeksi terhadap temuan abnormal seperti warna keerahan, asimetris, atau adanya drainase, ulserasi, atau perbesaran.Trakea dipalpasi terhaddap posisi garis tengah dalam leher, dan setiap masa atau deformitas diindentifikasi. Nodus limfe leher juga dipalpasi terhadap perbesaran dan nyeri tekan yang berkaitan.

2.         Diagnosa Keperawatan
Berdasarakan pada data pengkajian, diagnosa keperawatan utama pasien dapat mencakup berikut ini:
a. Inefektif bersihan jalan napas yang berhubungan dengan sekresi berlebihan sekunderakibat proses inflamasi
b.        Nyeri yang berhubungan dengan iritasi jalan napas atas sekunder akibat infeksi
c.       Kerusakan komunikasi verbal yang berhubungan dengan iritasi jalan napas atas sekunder akibat nfeksi atau pembengkakan
d.   Definisi volume cairan yang berhubungan dengan peringkatan kehilangan cairan sekunder akibat diaforesis yang berkaitan dengan demam
e.        Defisit pengetahuan mengenai pencegahan infeksi pernapasan atas, regimen pengobatan, prosedur khusus, atau perawatan pascaoperatif

3.         Perencanaan dan implementasi
Tujuan utama pasien dapat mencakup pemeliharaan patensi jalan napas, menghilangkan nyeri, pemeliharana cara efektif komunikasi, tidak terjadi defisit volume cairan, an pengetahuan tentang pencegahan infeksi jalan napas atas, dan tidak terdapat komplikasi. Intervensi keperawatan :
a.       bernapas yang dibutuhkan untuk dapat melewati sumbatan menjadi meningkat. Terdapat beberapa tindakan yang dapat digunakan untuk megencerkan sekresi yang kenal atau untuk menjaga sekresi basah sehingga Pembersihan jalan napas. Penumpukan sekresi dapat menghambat jalan napas pada banyak pasien dengan infeksi jalan napas atas. Perubahan pola pernapasan , dan upaya dapat dikeluarkan dengan mudah. Meningkatkan masukan cairan dapat membantu mengencerkan lendir. Melembabkan lingkungan dengan vaporizer ruang atau menghirup uap juga dapat mengencerkan sekresi dan mengurangi inflamasi membran mukosa. Pasien diinstruksikan tentang posisi yang terbaik untuk meningkatkan drainase dari sinus, yang akan tergantung pada letak infeksi. Sebagai contoh drainase dari sinusitis atau rintis dicapai dengan posisi tegak. Pada beberapa kondisi, medikasi sistemik atau topikal, bila diresepkan, membantu untuk menghiangkan kongseti nasal atau tenggorokan.

b.      Tindakan meningkatkan kenyamanan. Infeksi traktus respiratorius atas biasanya menghasilkan rasa tidak nyama setempat. Pada sinusitis, nyeri dapat terjadi dalam area sinus atau dapat menyebabkan sakit kepala umum. Pada faringitis, laringitis, atau tonsilitis, terjadi sakit tenggorokan, perawat mendorong pasien untuk menggunakan nalgesik, sperti asetaminofen dengan kodein, sesuia yang diresepkan, yang akan memebantu menghilangkan rasa tidak nyaman ini. Tindakan yang lain juga membantu termasuk anastesi topikal untuk menghilangkan simptomatik lepuh herpes simpleks dan sakit tenggorokan, kantung panas untuk menghilangan kongesti sinusitis dan meningkatkan drainase, dan kumur air hangat atau irigasi untuk menghilangkan nyeri sakit tenggorok. Menyarankan pasien untuk istirahat akan membantu menghilangkan rasa tidak nyaman umum atau demam yang menyertai banyak gangguan jalan napas atas (terutama rinitis, faringitis, dan laringitis) perawtan menginstruksikan pasien tentang teknik higiene umum pada mulut dan hidung untuk membantu menghilangkan rasa tidak nyaman setempat dan untuk mencegahan penyebaran infeksi. Perawatan pascaoperatif setelah tonsilektomi dan adenoidektomi, pemasangan collar es dapat mengurangi pembengkakan dan menurunkan perdarahan.

c.       Peningkatan informasi. Infeksi jalan napas atas dapt meningkatkan suara serak atau kehilangan suara. Pasien diinstruksikan untuk tidak mencoba berbicara, untuk menghindari pembicaraan sedapat mungkin, dan untuk berkomunikasi dengan cara menuliskan bila memungkinkan. Regangan pita suara lebih lanjut dapat menghambat pulihnya suara dengan sempurna.

d.      Memperbanyak Masukan Cairan. Pada infeksi jalan napas atas, upaya bernapas dan frekuensi pernapasan meningkat karena terjadinya inflamasi dan pembentukan sekresi. Hal ini selanjutnya, dapat meningkatkan kehilangan cairan tidak kasat mata. Demam yang timbul meningkatkan laju metabolik, yang mengakibatkan diaforesis dan peningkatan kehilangan cairan. Sakit tenggorok, malaise, dan demam dapat mengganggu keinginan pasien untuk makan. Pasien dianjurkan untuk minum 2 sampai 3 1 cairan sehari selama infeksi jalan napas tahap akut, kecuali ada kontraindikasi, untuk mengencerkan sekresi dan meningkatkan drainase. Cairan (dingin atau hangat) dapat melegakan, tergantung pada penyakitnya.

e.       Penyuluhan Pasien. Penyuluhan pasien penting dalam mencegah infeksi dan penyebaran ke orang lain dan meminimalkan komplikasi. Pencegahan dari hampir semua infeksi jalan napas atas adalah sulit karena banyak potensial penyebab. Patogen yang bertanggung jawab biasanya sukar diidentifikasi, dan vaksin tidak tersedia kecuali untuk kasus yang sangat jarang. Kondisi alergi, patologi septum dan turbinasi, masalah emosional, dan berbagai penyakit sistemik mungkin menjadi faktor pencetus dalam kasus yang terisolasi. Mencuci tangan masih merupakan hal penting dalam mencegah penyebaran infeksi.

4.         Evaluasi
a.         Mempertahankan jalan napas tetap paten dengan mengatasi sekresi
1)        Melaporkan penurunan kongesti
2)        Mengambil posisi terbaik untuk memudahkan drainase sekresi
b.        Melaporkan perasaan lebih nyaman
1)        Mengikuti tindakan untuk mencapai kenyaman-analgesik,kantung panas,kumur,istirahat.
2)        Memperagakan higiene mulut yang adekuat.
c.         Menunjukkan kemampuan untuk mengkomunikasikan kebutuhan,keinginan,dan tingkat kenyamanan.
d.        Mempertahankan masukkan cairan yang adekuat.
e.         Mengidentifikasikan strategi untuk mencegah infeksi jalan napas atas dan reaksi alergi
f.         Menunjukkan tingkat pengetahuan yang cukup dan melakukan perawatan diri secara adekuat
g.        Bebas dari tanda dan gejala infeksi.
1)        Menunjukkan tanda-tanda vital normal (suhu tubuh, frekuensi nadi dan pernapasan)
2)        Tidak terdapat drainase purulen
3)        Bebas dari nyeri pada telinga,sinus,dan tenggorok

G.      Pendidikan Kesehatan
Pendidikan pasien.Artinya untuk menyuluh pasien bagaimana cara untuk memutus rantai infeksi. Mencuci tangan masih merupakan tindakan yang paling efektif untuk mencegah penyebaran organisme. Menggunakan kertas tisue sekali pakai dan dan membuangnya dengan baik, menutup mulut ketika batuk,dan menghindari kerumunan orang banyak adalah tindakan penting untuk mencegah penyebaran infeksi saluran napas yang ditularkan melalui udara.
Perawat menginstruksikan pasien tentang pentingnya tindakan kesehatan yang baik. Diet yang bergizi, olahraga yang sesuai, dan istirahat serta tidur yang cukup penting untuk mendukung daya tahan tubuh dan mengurangi kerentanan terhadap infeksi pernapasan. Instruksi tentang cara mencegah infeksi silang pada anggota keluarga yang lain juga penting. Mencuci tangan masih tetap cara terpenting untuk mencegah penyebaran infeksi. Pembuangan tisu basah dengan baik untuk menutup mulut saat batuk juga harus ditekankan. Hal-hal penting yang harus ditekankan dalam program penyuluhan untuk mencegah infeksi pernapasan atas disajikan dalam bagan 23-2. 
Pemantauan dan Penanganan  Komplikasi Potensial. Jika pasien mencari perawatan tambahan karena gejala menjadi lebih memburuk, perawat akan memeriksa tanda-tanda vital dan mengamati lonjakan suhu tubuh, juga peningkatan frekuensi nadi untuk mendeteksi sepsis, otitis media, atau sinusitis. Kesulitan menelan dan sakit tenggorok yang berat dapat menjadi tanda penting abses peritonsilar. Pasien diintruksikan untuk mengukur suhu tubuh pagi dan sore hari sampai penyembuhan terjadi. Jika diresepkan antibiotik, pasien dijelaskan tentang pemberiannya dengan tepat; selain itu, pasien diingatkan untuk menghabiskan semua antibiotik yang didapatkan meski setelah gejala menghilang segera setelah terapi diberikan. Pasien juga dijelaskan tentang tanda dan gejala komplikasi dan pentingnya untuk menghubungi pemberi perawatan kesehatan primer jika terjadi indikasi dini komplikasi.
























BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Influenza atau biasa disebut "flu", merupakan penyakit tertua dan paling sering didapat pada manusia. Influenza juga merupakan salah satu penyakit yang mematikan Flu disebabkan oleh rinovirus dan terutama menyerang saluran nasofaring. Flu paling menular 1 sampai 4 hari sebelum onset (masa inkubasi) dan selama 3 hari pertama dari penyakit ini. Tranmisi lebih sering terjadi melalui sentuhan pada permukaan yang terkontaminasi dan menyutuh hidung atau mulut daripada melalui droplet virus yang terhambat ketika bersin. Gejala-gejala flu mencakup rinorea (sekret hidung yang berair), hidung tersumbat, batuk, dan peningkatan sekresi mukosa. Jika terjadi infeksi bakteri sekunder terhadap flu, bisa terjadi rintis infeksi dan sekret hidung menjadi kental, mukoid dan berwarna kuning-hijau. Sekret hidung ini akibat dari sel-sel darah putih dan sel-sel debris yang timbul sebagi produk samping perperangan tubuh melawan infeksi bakteri. (Somantri,Irman.2008)

B.     Saran
1.      Mahasiswa-mahasiswi
Mahasiswa dan mahasiswi dapat mengerti tentang pelajaran KMB Respirasi khususnya tentang influenza
2.      Institusi
Institusi dapat memfasilitasi dengan fasilitas yang memadai sehingga dapat mendukung tercapainya makalah yang baik dan benar





DAFTAR PUSTAKA

Corwin.J Elizabeth.2001.Patofisiologi.Jakarta.EGC

Somantri,Irman.2008.Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan 

Suddarth dan Brunner.2002.Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta.EGC

0 komentar:

Posting Komentar