ASUHAN
KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN INFLUENZA
Dalam
Rangka Menyelesaikan Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah Respirasi
DISUSUN:
KELOMPOK 4
Anis Choeirunnisa (15004)
Dewi Ratna Sari (15008)
Kinta Vernendy Putri (15022)
Nurhalimah (15034)
Nur Wahid Windi Aris (15035)
AKADEMI KEPERAWATAN HARUM JAKARTA
TAHUN 2016
KATA
PENGANTAR
Kami panjantkan puji dan syukur
kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan hidayah-Nya kami dapat
menyusun makalah KMB I Sistem Respirasi yang berjudul Asuhan Keperawatan dengan
Infuenza. Selesainya penyusunan ini berkat bantuan dari berbagai pihak oleh
karena itu, pada kesempatan ini kami sampaikan terima kasih dan penghargaan
yang terhormat kepada :
1. Ibu
Rusmawati Sitorus S.Pd, S.Kep, MA Selaku Direktur Akademi Keperawatan Harum
Jakarta
2. Ibu
Ns. Ari Susiani, Mkep Selaku wali kelas tingkat II
3. Ns.
Nina Sunarti, S.Kep Selaku Dosen pembimbing mata ajar KMB I Sistem Respirasi yang
telah meluangkan waktu dalam pelaksanaan bimbingan, pengarahan, dorongan dalam
rangka penyelesaian penyusunan makalah ini.
4. Rekan-rekan
angkatan XVII Akademi Keperawatan Harum Jakarta
5. Keluarga
tercinta yang telah memberikan dorongan dan bantuann serta pengertian yang
besar kepada kami, baik selama mengikuti perkuliahan maupun dalam menyelesaikan
makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih jauh dari
kata sempurna, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami
harapkan dan sebagai umpan balik yang positif demi perbaikan dimasa mendatang.
Harapan kami semoga makalah ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan
khususnya di bidang Keperawatan.
Akhir kata, kami mengucapkan terima
kasih dan kami berharap makalah ini bermanfaat bagi semua pihak yang
membutuhkan.
Jakarta, Desember 2016
Kelompok 4
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Infeksi saluran pernapasan atas
(ISPA) termasuk flu rintis akut, sinusitis, tonsilitis akut dan latringitis
akut. Pilek adalah tipe infekis saluran napas atas yang paling sering
ditemukan. Orang dewasa rata-rata akan terserang flu 2-4 kali dalam setahun, dan
anak-anak akan rata-rata 4-12 kali pertahun. Insidennya berfariasi menurut
musim, kira-kira 50% dari penduduk akan mendapat penyakit pada musim dingin dan
25% pada musim panas. Biasanya, flu tidak dianggap sebagai penyakit yang
berbahaya tetapi penyakit ini menyebabkan rasa tidak nyaman baik secara fisik
maupun mental dan menyebabkan penderita tidak bekerja atau tidak masuk sekolah.
Dia merika serikat flu adalah suatu penyakit yang sangat mahal: setiap tahun
lebih dari 500 juta dolar amerika diabiskan untuk membeli obat-obat flu dan
batuk perjual belikan dengan bebas.
Influenza merupakan penyakit demam
yang mudah menular dan merata, disebabkan oleh virus yang menyerang jalan
pernafasan. Gejala yang paling umum dari penyakit ini adalah demam dan menggigil,
sakit kepala, nyeri tenggorokan, nyeri otot, batuk, lemah, dan memberikan rasa
tidak nyaman. Influenza ditularkan dengan cepat dari satu penderita kepada
orang lain melalui titik ludah yang infektif. Daya tahan tubuh orang yang telah
terinfeksi influenza akan menurun sehingga memudahkan terjadinya infeksi
sekunder pada sinus, telinga dan paru-paru yang dapat juga mengakibatkan
kematian. Terdapat tiga tipe virus influenza yaitu tipe A, B dan C, yang
tergolong dalam myxovirus seperti halnya virus-virus penyebab parotitis (mumps
virus), virus Newcastle penyebab konjungtivitis dan virus parainfluensa.
Influenza menyebar ke seluruh dunia dan menyerang berbagai kalangan masyarakat
dengan segala tingkatan usia baik pria maupun wanita tanpa memandang berbagai
jenis ras. Penyebaran influenza pada umumnya terjadi secara epidemi yang dapat
berkembang sangat luas hampir ke seluruh bagian dunia menjadi pandemi.Berbeda
dengan epidemi,
pandemi sangat jarang terjadi.
Pandemi terjadi setiap 10 sampai 50 tahun sekali. Epidemi influenza tercatat
pertama kali di Eropa pada tahun 1510. Selama abad ke-20, tiga pandemi
influenza telah terjadi di Indonesia. Pandemi influenza di Indonesia terjadi
tahun 1918, 1957 dan 1968 yang membawa dampak banyak kematian. Tahun 1918
merupakan pandemi influenza terburuk sepanjang abad ke-20 yang hampir terjadi
di seluruh dunia. Pandemi influenza pada tahun 1918 diperkirakan disebabkan
oleh virus influenza tipe A dengan subtipe H1N1 yang dengan cepat menyebar ke
dunia dan diperkirakan menjadi virus influenza terganas dalam sejarah
kesehatan. Perkiraan konservatif menyatakan kemungkinan 20-40 juta orang
meninggal, bahkan ada juga yang memperkirakan 100 juta orang meninggal akibat
terinfeksi influenza. Bahkan adapula yang memperkirakan sepertiga dari populasi
dunia terjangkit influenza pada waktu itu. Dampak wabah ini dapat dirasionalkan
dalam konteks matematika diibaratkan bahwa akan ada 1 orang meninggal dari 20
orang yang terjangkit pandemi influenza. Hal ini dapat menjelaskan bahwa wabah
influenza tahun 1918 delapan kali lebih ganas dibandingkan wabah flu musiman.6
Meskipun dalam catatan sejarah yang tersedia tentang pandemi influenza 1918 di
dunia lebih banyak menyoroti dampak yang terjadi di Eropa dan Amerika. Menurut
Farndon, Asia juga mencatat jumlah korban meninggal yang besar. Diperkirakan 20
juta orang meninggal di India, dan kemungkinan di Cina terdapat 10 juta orang
korban meninggal karena pandemi influenza. Wabah influenza juga melanda wilayah
Hindia-Belanda, khususnya paling parah menyerang di pulau Jawa. Pertengahan
tahun 1918 sampai pertengahan tahun 1919 merupakan sebuah fenomena penting
adanya pandemi dalam sejarah kesehatan negeri ini .7 Tingginya jumlah korban
baik yang tertular maupun meninggal, dan pesatnya penyebaran virus influenza
menjadikan wabah influenza ini menjadi masalah yang harus segera ditangani oleh
pemerintah Hindia Belanda. Penyebaran influenza di Hindia Belanda
diidentifikasi melalui kegiatan transportasi, adanya kontak langsung antara
masyarakat Hindia Belanda dengan masyarakat luar menyebabkan munculnya sebuah
bentuk interaksi sosial. Kemajuan dalam bidang ekspor impor menjadikan
pelabuhan sebagai pintu masuknya virus influenza di Hindia Belanda. Kapal yang
melakukan kegiatan ekspor-impor barang baik ke luar negeri maupun pengangkutan
dan pengiriman barang antar pulau diperkirakan menjadi salah satu sarana
penularan infeksi virus influenza. Hal ini dapat dipahami bahwa di dalam kapal
tersebut terdapat orang-orang yang telah terserang virus influenza H1N1,
sehingga virus tersebut berkembang pesat menjadi sebuah pandemi. Pulau Jawa
memiliki beberapa pelabuhan besar, yaitu di Batavia dan Surabaya yang menjadi
pusat perdagangan. Tidak hanya perdagangan antar pulau-pulau yang ada di
Indonesia tetapi juga perdagangan antara nusantara (Hindia Belanda) dengan luar
negeri. Meningkatnya kegiatan ekspor impor di Hindia Belanda pada abad ke- 20
juga berperan dalam penyebaran virus influenza di pulau Jawa.
B.
Tujuan
1. Tujuan
Umum
Untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah KMB I Sistem Respirasi
2. Tujuan
Khusus
a. Untuk
menambah pengetahuan pengertian tentang influenza
b. Untuk
mengetahui tentang etiologi terjadinya influenza
c. Untuk
menambah pengetahuan tentang pencegahan influenza
d. Untuk
menambah pengetahuan Asuhan Keperawatan dengan influenza
C.
Sistematika
Penulisan
Bab
I : terdiri dari pendahuluan: latar belakang, tujuan, sistematika penulisan.
Bab
II : terdiri dari pembahasan : pengertian, anatomi dan fisiologi, etiologi,
penatalaksanaan medis, dan asuhan keperawatan
Bab
III : terdiri dari penutup : kesimpulan dan saran
Daftar
pustaka.
BAB
II
TINJAUAN
TEORITIS
A.
Konsep
Dasar
1. Pengertian
Influenza atau biasa disebut "flu", merupakan penyakit tertua dan
paling sering didapat pada manusia. Influenza juga merupakan salah satu
penyakit yang mematikan Flu
disebabkan oleh rinovirus dan terutama menyerang saluran nasofaring. Flu paling
menular 1 sampai 4 hari sebelum onset (masa inkubasi) dan selama 3 hari pertama
dari penyakit ini. Tranmisi lebih sering terjadi melalui sentuhan pada
permukaan yang terkontaminasi dan menyutuh hidung atau mulut daripada melalui
droplet virus yang terhambat ketika bersin. Ada pepatah kuno yang mengatakan, dulu
jika diobati akan sembuh dalam waktu 1 minggu dan tanpa pengobatan sembuh dalam
waktu 7 hari “. Cara-cara umum seperti istirahat, sop mie ayam, minuman hangat (teh,
debatan) dan mengadosis vitamin (kontroversial) keempat golongan obat yang dipakai untuk mengatasi gejala flu adalah antihistamin,(penghambat H1), dekongestan (aminsimpatonimetik),
antitusif, dan ekspektoran. Obat-obatan ini dapat dipakai secara tersendiri
atau secara kombinasi. Gejala-gejala flu mencakup rinorea (sekret hidung yang
berair), hidung tersumbat, batuk, dan peningkatan sekresi mukosa. Jika terjadi
infeksi bakteri sekunder terhadap flu, bisa terjadi rintis infeksi dan sekret
hidung menjadi kental, mukoid dan berwarna kuning-hijau. Sekret hidung ini
akibat dari sel-sel darah putih dan sel-sel debris yang timbul sebagi produk
samping perperangan tubuh melawan infeksi bakteri. (Somantri,Irman.2008)
2. Anatomi
dan Fisiologi
Udara
biasanya bergerak dalam tubuh melalui hidung dan masuk ke dalam ronggas nasal
(hidung). Rambut hidung akan menangap dan menyaring zat asing yang mungin terdapat
udara yang dihirup udara dan dihangatan dan dilembabkan ketika udara bergerak
melewati pembuluh darah yang dekat dengan permukaan lapisan epitel dalam rongga
nasal (hidung) lapisan epitel terdiri dari sel gobet yang menghasilan
mukus,yang menangap debu,miroorganisme,serbu dan zat asing lainnya. Sel epitel
pada lapisan ini memiliki silia-tonjolan mirosopi seperti rambut pada membran
sel yang bergerak secara konstan dan mengarahkan mukus serta setiap zat yang
terperangkap untuk masuk ke dalam tenggorokan. Sepasang sinus (saluran berisi
udara yang melalui tulang tengorak) terbuka kedalam rongga nasal. Karena
lapisan pada saluran nasal dilanjutkan dengan lapisan dari sinus mengalir ke
rongga nasal. Dari rongga tersebut mukus mengalir kedalam tenggoroan ditelan kedalam
saluran cerna GI,tempat asam lambung menghancurkan zat asing yang terperangap
dalam mukus udara bergerak dari rongga hidung kedalam faring dan laring. Di
dalam laring terdapat pita suara dan epiglotis yang akan menutup ketia
aktifitas menelan untuk melindungi saluran napas bagian bawah dari zat asing.
Dari laring udara terus bergerak kedalam trakea,jalan napas konduksi terutama
ke arah paru.
Trakea
akan bercabang atau terbagi menjadi dua bronkus utama, yang selanjutnya aan
terbagi menjadi cabang yang kecil dan lebih kecil lagi.semua saluran napas ini
terdiri dari sel goblet penghasil mukus dan silia untuk menangkap setiap
partikel yang berhasil lolos dari meanisme pelindung di bagian atas silia yang
terdapat pada bagian ini akan menggerakkan mukus ke arah trakea dan kedaam
tenggrokan tempat mukus tersebut akan ditelan.Saluran bronkus terdiri atas tiga
lapisan : kartiago,otot,dan sel epitel. Kartilago mempertahanan salurran
tersebut tetap terbuka dan secara progresif menjadi lebih sedikit karena bronkus
tetap terbuka dan secara progresif menjadi lebih sedikit karena bronkus
bercabang dan menjadi semakin kecil. Lapisan otot mempertahankan bronkus tetap
terbuka otot dalam bronkus tetap terbuka otot dalam bronkus menjadi lebih kecil
dan lebih sedikit,hanya sedikit serat otot yang tetap berada dalam bronkus terminal dan aveolus. Sel epitel memiliki
struktur danfunggsi yang serupa dengan sel epitel dalam saluran hidung.Dinding
trakea dan bronkus konduksi merupakan bagian yang sangat sensitif terhadap
iritasi. Keika reseptor dalam dinding epitel tersimulasi refles sistem syaraf
pusat akan mulai bekerja dan menyebabkan batuk. Batuk ini akan mendorong udara
melewati cabang bronkus di bawah tekanan yang sangat besa,membersihkan
seuairitanasin.
Refleks
ini bersama dengan refleks bersin ( yang diawali oleh reseptor dalam rongga
hidung ) akan mendorong zat asing secara langsung keluar dari sistem
pernapasan, membuka sistem agar lebih efisien dakam mengalirkan gas.Sepanjang
jalan napas, beberapa makrofag akan bergerak bebas di eppitelium dan
menghancurkan penyusup sel mast terdapat dalam jumlah yang banyak dan
melepaskan histamin,serotinin,adenosin trifosfat(ATP) dan zat kimiawi lainya
untuk memastikan terjadi reaksi inflamasi yang cepat dan intens pada semua sel
yang mengalami cedera hasil akhir dari berbagai mekanisme pertahanan nafas
bagian bawah menjadi benar benar steril perlindungan yang penting
terhadap infeksi pernafasan yang dapat mengganggu pertukaran gas esensial.
B.
Etologi
Penyebab
dari timbulnya influenza adalah haemophillus influenza (tipe A, B dan C). Tipe A merupakan virus penyebab
influenza yang bersifat epidemik. Tipe B biasanya hanya menyebabkan penyakit
yang lebih ringan dari tipe A dan kadang-kadang saja sampai mengakibatkan epidemi.
Tipe C adalah tipe yang diragukan patogenitasnya untuk manusia, mungkin hanya
menyebabkan gangguan ringan saja.
C.
Patofisiologi
Droplet terinfeksi virus memasuki tubuh dan menyerang sel yang melapisi
tenggorok dan hidung. Partikel virus kemudian membelah dengan cepat
Sistem imun berespon dengan mengirimkan limfosit ke mukosa terinfeksi yang
menyebabkan pembuluh darah dimukosa hidung membengkak. Pembengkakan ini
menyebabkan sekresi cairan yang berlebihan, yakni hidung berair.
Beberapa limfosit menghentikan gerak partikel virus dengan
D.
Manifestasi
Klinis
Tanda
dan gejala yang timbul pada pasien dengan influenza antara lain:
1.
Nyeri kepala hebat
2.
Nyeri otot
3.
Demam dan mengigil
4.
Fatigue dan weakness
5.
Anoreksia
6.
Manifietas klinik pada sistem pernapasan
a.
Sakit tenggorokan
b.
Batuk, bersin, rinorrhea, dan hidung
tersumbat
c.
Terdapat beberapa keluhan perasaan lemas
selama 1-2 minggu setelah periode akut
E.
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium:
hitung leukosit dan diferensial berada dalam batas normal
F.
Penatalaksanaan
Medis
Tidak ada pengobatan yang spesifik
terhadap selesma. Penatalaksaan selesma terdiri atas terapi simptomatik.
Beberapa tindakan dapat mencakup pemberian cairan yang adekuat, istirahat,
pencegahan mengigil, dekongestan nasal aqueous, vitamin C, dan ekspekton sesuai
kebutuhan. Kumur air garam hangat dapat melegakan sakit tenggorok, dan aspirin
atau antibiotik tidak mempengaruhi virus atau mengurangi insiden komplikasi
bakteri: namun demikin, antibiotik mungkin digunakan sebagai profilatik bagi
pasien yang berisiko tinggi terhadap kondisi pernapasan.
G.
Potensial
komplikasi
Berdasarkan
pada data pengkajian, potensial komplikasi dapat mencakup:
1.
Sepsis
2.
Abses peritonsilar
3.
Otitis media
4.
Sinusitis
H.
Asuhan
Keperawatan
1.
Pengkajian
Riwayat kesehatan pasien yang lengkap
yang menunjukkan kemungkinan tanda dan gejala sakit kepala, sakit, tenggorokan,
dan nyeri sekitar mata dan pada kesua sisi hiudng, kesulitan menelan, batuk,
suara serak, demam, hidung tersumbat, dan rasa tidak nyaman umum dan kelitahan.
Menetapkan kapan gejala mulai timbul, apa yang menjadi pencetusnya, apa jika
ada yang dapat menghilangkan atau meringankan gejala tersebut, dan apa yang
memperburuk gejala tersebut adalah bagian dari pengkajian, juga
mengidentifikasi setiap riwayat alergi atau adanya penyakit yang timbul
bersamaan
Inspeksi menunjukkan pembengkakan, lesi,
atau lesi simetris hidung juga perdarahan atau rabas. Ukosa hidung diinspeksi
terhadap temuan abnormal seperti warna kemerahan, pembengkakan, atau eksudat,
dan polip hidung, yang mungkin terjadi dalam rintis kronis.
Sinus frontal dan maksilaris dipalpasi
terhadap nyeri tekan, yang menunjukan inflamasi. Tenggorokan diamati dengan
meminta klien membuka mulutnya lebar-lebar dan napas dalam. Tonsil dan faring
diinspeksi terhadap temuan abnormal seperti warna keerahan, asimetris, atau
adanya drainase, ulserasi, atau perbesaran.Trakea dipalpasi terhaddap posisi
garis tengah dalam leher, dan setiap masa atau deformitas diindentifikasi.
Nodus limfe leher juga dipalpasi terhadap perbesaran dan nyeri tekan yang
berkaitan.
2.
Diagnosa Keperawatan
Berdasarakan pada data pengkajian,
diagnosa keperawatan utama pasien dapat mencakup berikut ini:
a. Inefektif bersihan jalan napas yang
berhubungan dengan sekresi berlebihan sekunderakibat proses inflamasi
b.
Nyeri yang berhubungan dengan iritasi
jalan napas atas sekunder akibat infeksi
c. Kerusakan komunikasi verbal yang
berhubungan dengan iritasi jalan napas atas sekunder akibat nfeksi atau
pembengkakan
d. Definisi volume cairan yang berhubungan
dengan peringkatan kehilangan cairan sekunder akibat diaforesis yang berkaitan
dengan demam
e. Defisit pengetahuan mengenai pencegahan
infeksi pernapasan atas, regimen pengobatan, prosedur khusus, atau perawatan
pascaoperatif
3.
Perencanaan dan implementasi
Tujuan
utama pasien dapat mencakup pemeliharaan patensi jalan napas, menghilangkan
nyeri, pemeliharana cara efektif komunikasi, tidak terjadi defisit volume
cairan, an pengetahuan tentang pencegahan infeksi jalan napas atas, dan tidak
terdapat komplikasi. Intervensi keperawatan :
a. bernapas
yang dibutuhkan untuk dapat melewati sumbatan menjadi meningkat. Terdapat
beberapa tindakan yang dapat digunakan untuk megencerkan sekresi yang kenal
atau untuk menjaga sekresi basah sehingga Pembersihan jalan napas. Penumpukan
sekresi dapat menghambat jalan napas pada banyak pasien dengan infeksi jalan
napas atas. Perubahan pola pernapasan , dan upaya dapat dikeluarkan dengan
mudah. Meningkatkan masukan cairan dapat membantu mengencerkan lendir.
Melembabkan lingkungan dengan vaporizer ruang atau menghirup uap juga dapat
mengencerkan sekresi dan mengurangi inflamasi membran mukosa. Pasien
diinstruksikan tentang posisi yang terbaik untuk meningkatkan drainase dari
sinus, yang akan tergantung pada letak infeksi. Sebagai contoh drainase dari
sinusitis atau rintis dicapai dengan posisi tegak. Pada beberapa kondisi,
medikasi sistemik atau topikal, bila diresepkan, membantu untuk menghiangkan
kongseti nasal atau tenggorokan.
b. Tindakan
meningkatkan kenyamanan. Infeksi traktus respiratorius atas biasanya
menghasilkan rasa tidak nyama setempat. Pada sinusitis, nyeri dapat terjadi
dalam area sinus atau dapat menyebabkan sakit kepala umum. Pada faringitis,
laringitis, atau tonsilitis, terjadi sakit tenggorokan, perawat mendorong
pasien untuk menggunakan nalgesik, sperti asetaminofen dengan kodein, sesuia
yang diresepkan, yang akan memebantu menghilangkan rasa tidak nyaman ini.
Tindakan yang lain juga membantu termasuk anastesi topikal untuk menghilangkan
simptomatik lepuh herpes simpleks dan sakit tenggorokan, kantung panas untuk
menghilangan kongesti sinusitis dan meningkatkan drainase, dan kumur air hangat
atau irigasi untuk menghilangkan nyeri sakit tenggorok. Menyarankan pasien
untuk istirahat akan membantu menghilangkan rasa tidak nyaman umum atau demam
yang menyertai banyak gangguan jalan napas atas (terutama rinitis, faringitis,
dan laringitis) perawtan menginstruksikan pasien tentang teknik higiene umum
pada mulut dan hidung untuk membantu menghilangkan rasa tidak nyaman setempat
dan untuk mencegahan penyebaran infeksi. Perawatan pascaoperatif setelah
tonsilektomi dan adenoidektomi, pemasangan collar es dapat mengurangi
pembengkakan dan menurunkan perdarahan.
c. Peningkatan
informasi. Infeksi jalan napas atas dapt meningkatkan suara serak atau
kehilangan suara. Pasien diinstruksikan untuk tidak mencoba berbicara, untuk
menghindari pembicaraan sedapat mungkin, dan untuk berkomunikasi dengan cara
menuliskan bila memungkinkan. Regangan pita suara lebih lanjut dapat menghambat
pulihnya suara dengan sempurna.
d. Memperbanyak
Masukan Cairan. Pada infeksi jalan napas atas, upaya bernapas dan frekuensi
pernapasan meningkat karena terjadinya inflamasi dan pembentukan sekresi. Hal
ini selanjutnya, dapat meningkatkan kehilangan cairan tidak kasat mata. Demam
yang timbul meningkatkan laju metabolik, yang mengakibatkan diaforesis dan
peningkatan kehilangan cairan. Sakit tenggorok, malaise, dan demam dapat
mengganggu keinginan pasien untuk makan. Pasien dianjurkan untuk minum 2 sampai
3 1 cairan sehari selama infeksi jalan napas tahap akut, kecuali ada kontraindikasi,
untuk mengencerkan sekresi dan meningkatkan drainase. Cairan (dingin atau
hangat) dapat melegakan, tergantung pada penyakitnya.
e. Penyuluhan
Pasien. Penyuluhan pasien penting dalam mencegah infeksi dan penyebaran ke
orang lain dan meminimalkan komplikasi. Pencegahan dari hampir semua infeksi
jalan napas atas adalah sulit karena banyak potensial penyebab. Patogen yang
bertanggung jawab biasanya sukar diidentifikasi, dan vaksin tidak tersedia
kecuali untuk kasus yang sangat jarang. Kondisi alergi, patologi septum dan
turbinasi, masalah emosional, dan berbagai penyakit sistemik mungkin menjadi
faktor pencetus dalam kasus yang terisolasi. Mencuci tangan masih merupakan hal
penting dalam mencegah penyebaran infeksi.
4.
Evaluasi
a.
Mempertahankan jalan napas tetap paten
dengan mengatasi sekresi
1)
Melaporkan penurunan kongesti
2)
Mengambil posisi terbaik untuk
memudahkan drainase sekresi
b.
Melaporkan perasaan lebih nyaman
1)
Mengikuti tindakan untuk mencapai
kenyaman-analgesik,kantung panas,kumur,istirahat.
2)
Memperagakan higiene mulut yang adekuat.
c.
Menunjukkan kemampuan untuk
mengkomunikasikan kebutuhan,keinginan,dan tingkat kenyamanan.
d.
Mempertahankan masukkan cairan yang
adekuat.
e.
Mengidentifikasikan strategi untuk
mencegah infeksi jalan napas atas dan reaksi alergi
f.
Menunjukkan tingkat pengetahuan yang
cukup dan melakukan perawatan diri secara adekuat
g.
Bebas dari tanda dan gejala infeksi.
1)
Menunjukkan tanda-tanda vital normal
(suhu tubuh, frekuensi nadi dan pernapasan)
2)
Tidak terdapat drainase purulen
3)
Bebas dari nyeri pada telinga,sinus,dan
tenggorok
G.
Pendidikan
Kesehatan
Pendidikan
pasien.Artinya untuk menyuluh pasien bagaimana cara untuk memutus rantai
infeksi. Mencuci tangan masih merupakan tindakan yang paling efektif untuk
mencegah penyebaran organisme. Menggunakan kertas tisue sekali pakai dan dan
membuangnya dengan baik, menutup mulut ketika batuk,dan menghindari kerumunan
orang banyak adalah tindakan penting untuk mencegah penyebaran infeksi saluran
napas yang ditularkan melalui udara.
Perawat
menginstruksikan pasien tentang pentingnya tindakan kesehatan yang baik. Diet
yang bergizi, olahraga yang sesuai, dan istirahat serta tidur yang cukup
penting untuk mendukung daya tahan tubuh dan mengurangi kerentanan terhadap
infeksi pernapasan. Instruksi tentang cara mencegah infeksi silang pada anggota
keluarga yang lain juga penting. Mencuci tangan masih tetap cara terpenting
untuk mencegah penyebaran infeksi. Pembuangan tisu basah dengan baik untuk
menutup mulut saat batuk juga harus ditekankan. Hal-hal penting yang harus
ditekankan dalam program penyuluhan untuk mencegah infeksi pernapasan atas
disajikan dalam bagan 23-2.
Pemantauan
dan Penanganan Komplikasi Potensial.
Jika pasien mencari perawatan tambahan karena gejala menjadi lebih memburuk, perawat
akan memeriksa tanda-tanda vital dan mengamati lonjakan suhu tubuh, juga
peningkatan frekuensi nadi untuk mendeteksi sepsis, otitis media, atau
sinusitis. Kesulitan menelan dan sakit tenggorok yang berat dapat menjadi tanda
penting abses peritonsilar. Pasien diintruksikan untuk mengukur suhu tubuh pagi
dan sore hari sampai penyembuhan terjadi. Jika diresepkan antibiotik, pasien
dijelaskan tentang pemberiannya dengan tepat; selain itu, pasien diingatkan
untuk menghabiskan semua antibiotik yang didapatkan meski setelah gejala
menghilang segera setelah terapi diberikan. Pasien juga dijelaskan tentang
tanda dan gejala komplikasi dan pentingnya untuk menghubungi pemberi perawatan
kesehatan primer jika terjadi indikasi dini komplikasi.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Influenza atau biasa disebut "flu", merupakan penyakit tertua dan
paling sering didapat pada manusia. Influenza juga merupakan salah satu
penyakit yang mematikan Flu disebabkan oleh rinovirus dan
terutama menyerang saluran nasofaring. Flu paling menular 1 sampai 4 hari
sebelum onset (masa inkubasi) dan selama 3 hari pertama dari penyakit ini.
Tranmisi lebih sering terjadi melalui sentuhan pada permukaan yang terkontaminasi
dan menyutuh hidung atau mulut daripada melalui droplet virus yang terhambat
ketika bersin. Gejala-gejala flu mencakup rinorea (sekret hidung yang berair),
hidung tersumbat, batuk, dan peningkatan sekresi mukosa. Jika terjadi infeksi
bakteri sekunder terhadap flu, bisa terjadi rintis infeksi dan sekret hidung
menjadi kental, mukoid dan berwarna kuning-hijau. Sekret hidung ini akibat dari
sel-sel darah putih dan sel-sel debris yang timbul sebagi produk samping
perperangan tubuh melawan infeksi bakteri. (Somantri,Irman.2008)
B. Saran
1.
Mahasiswa-mahasiswi
Mahasiswa
dan mahasiswi dapat mengerti tentang pelajaran KMB Respirasi khususnya tentang
influenza
2.
Institusi
Institusi dapat memfasilitasi
dengan fasilitas yang memadai sehingga dapat mendukung tercapainya makalah yang
baik dan benar
DAFTAR PUSTAKA
Corwin.J
Elizabeth.2001.Patofisiologi.Jakarta.EGC
Somantri,Irman.2008.Asuhan
Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan
Suddarth dan Brunner.2002.Keperawatan
Medikal Bedah.Jakarta.EGC
0 komentar:
Posting Komentar