ASUHAN
KEPERAWATAN DENGAN
STENOSIS MITRAL
DALAM RANGKA
MENYELESAIKAN TUGAS MATA KULIAH KEPERAWATAN MEDIKAL
BEDAH (KMB I) SISTEM KARDIOVASKULAR
Disusun
: Kelompok IV
Anis
Choeirunnisa (15004)
Dewi
Ratna Sari (15008)
Kinta
Vernendy Putri (15022)
Nurhalimah (15034)
Nur
Wahid Windi Aris (15035)
AKADEMI
KEPERAWATAN HARUM JAKARTA
TAHUN
2016
KATA
PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji
syukur Alhamdulillah atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat rahmat dan
Karunia-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Asuhan
Keperawatan dengan Stenosis Mitral”.
Kami
menyusun makalah ini dalam rangka memenuhi persyaratan tugas KMB I Sistem
Kardiovaskular dengan bimbingan,
pengarahan, dan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya untuk itu dalam kesempatan ini kami dengan segala rendah hati
mengucapkan terimakasih kepada:
1.
Ibu Rusmawati Sitorus, S.Pd. S.Kep. M.A.
Selaku Direktur Akademi Keperawatan Harum Jakarta
2.
Ibu Ns. Ari Susiani, M.kep. Selaku wali kelas tingkat II dan Selaku koordinator dan dosen mata
ajar KMB I Sistem Kardiovaskular
3.
Seluruh staf Akademi Keperawatan Harum
yang telah mendukung dalam proses pendidikan
4.
Kedua orang tua tercinta yang telah
banyak memberikan dorongan moral maupun materil dan semangat serta doa kepala kami sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.
Dalam menyusun makalah sehingga kami dengan senang hati menerima segala
bentuk saran dan kritik yang bersifat membangun demi peningkatan makalah ini.
Kami berharap makalah ini bermanfaat bagi semua para pembaca.
Jakarta, Desember 2016
Kelompok IV
|
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang .............................................................................................. 1
B.
Tujuan Penulisan ........................................................................................... 3
C.
Manfaat Penulisan ......................................................................................... 3
D.
Metode Penulisan .......................................................................................... 4
E.
Ruang Lingkup Penulisan..............................................................................
4
F.
Sistematika Penulisan .................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Anatomi
Fisiologi Jantung ........................................................................... 5
B. Pengertian ................................................................................................... 7
C. Etiologi
......................................................................................................... 7
D. Patofisiologi
................................................................................................. 9
E. Manifestasi
Klinis ........................................................................................ 11
F. Pemerikasaan
Penunjang .............................................................................. 11
G. Komplikasi.................................................................................................... 12
H. Pengobatan
................................................................................................... 12
I. Pembedahan
................................................................................................. 12
J. Pendidikan
Kesehatan.................................................................................. 12
BAB
III ASUHAN
KEPERAWATAN
A. Pengkajian
.................................................................................................... 13
B. Diagnosa
Keperawatan ................................................................................ 18
C. Rencana
Keperawatan ................................................................................. 18
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
................................................................................................. 32
B. Saran
........................................................................................................... 33
DAFTAR PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Stenosis mitral merupakan kasus
yang sudah jarang ditemukan dalam praktek sehari-hari terutama diluar negeri.
Sebagaimana diketahui stenosis mitral paling sering disebabkan oleh penyakit
jantung rematik yang menggambarkan tingkat sosial ekonomi yang rendah. Oleh
karena itu di negara maju seperti Amerika, penyakit ini jarang ditemukan
walaupun ada kecenderungan meningkat karena meningkatnya jumlah imigran dan
kasus infeksi streptokokus yang resisten. Sedangkan di Indonesia walaupun kasus
baru juga cenderung menurun, namun kasus stenosis mitral ini masih banyak
ditemukan.
Orang dewasa normal orifisium katup
mitral adalah 4 sampai 6 cm2. Adanya obstruksi yang signifikan, misalnya jika
orifisium kurang lebih kurang dari 2 cm2, darah dapat mengalir dari atrium kiri
ke ventrikel kiri hanya jika didorong oleh gradien tekanan atrioventrikel kiri
yang meningkat secara abnormal, tanda hemodinamik stenosis mitral. Apabila
orifisium katup mitral berkurang sampai 1 cm 2, tekanan atrium kiri kurang
lebih 25 mmHg diperlukan untuk mempertahankan curah jantung (cardiac output) yang normal. Tekanan
atrium kiri yang meningkat, selanjutnya, meningkatkan tekanan vena dan kapiler
pulmonalis, yang mengurangi daya kembang (compliance) paru dan menyebabkan dispnea pada waktu pengerahan
tenaga (exertional dyspnea, dyspnea d’
effort).
meningkatkan
kecepatan aliran darah melalui orifisium mitral, yang selanjutnya mengakibatkan
elevasi tekanan atrium kiri. Untuk menilai beratnya obstruksi, penting untuk
mengukur gradien tekanan transvalvuler maupun kecepatan aliran. Gradien tekanan
bergantung tidak hanya pada curah jantung tapi juga denyut jantung. Kenaikan
denyut jantung memperpendek diastolik secara proporsional lebih daripada
sistolik dan mengurangi waktu yang tersedia untuk aliran yang melalui katup
mitral.
Stenosis
mitral adalah kondisi dimana terjadi hambatan aliran darah dari atrium kiri ke
ventrikel kiri pada fase diastolik akibat penyempitan katup mitral. 1 Penyebab
stenosis mitral paling sering adalah demam rematik, kemudian dapat juga
disebabkan oleh gangguan katup kongenital, kalsifikasi anular katup yang masif,
ataupun penyakit sistemik lainnya seperti karsinoid, SLE, arthritis rematik,
dan mukopolisakaridosis.2 Kurang lebih 60% pasien dengan katup mitral rematik
tidak memberikan riwayat adanya demam rematik. Hampir 50% dari karditis rematik
akut belum memberikan dampak signifikan pada katup.3 Kira-kira 25% dari seluruh
penyakit jantung rematik menyebabkan stenosis mitral, 40% kombinasi antara
stenosis mitral dan regurgitasi mitral. Kurang lebih 38% dari seluruh stenosis
mitral adalah multivalvuler, 35% melibatkan katup aorta dan 6% melibatkan katup
trikuspidal. Katup pulmonal jarang terkena. Dua pertiga dari seluruh kasus
rematik adalah wanita. Interval waktu terjadinya kerusakan katup akibat demam
rematik bervariasi dari beberapa tahun sampai lebih dari 20 tahun.
Kejadian
stenosis mitral semakin meningkat di kawasan Asia seiring dengan peningkatan
penyakit demam rematik. Carapentis memperkirakan 15,6 juta penduduk dunia
menderita penyakit jantung rematik, dengan kasus baru demam rematik akut 470
ribu penduduk dan 233 ribu orang meninggal akibat demam rematik akut dan
penyakit jantung rematik. (Fachri,dkk. Hubungan
Mitral Valve Area (Mva) Dengan Hipertensi Pulmonal Pada Stenosis Mitral. 2014)
Adapun peran perawat dalam asuhan keperawatan dengan
stenosis mitral, peran perawat adalah sebagai
berikut: promotif yaitu perawat berperan sebagai mengutamakan yang bersifat
promosi kesehatan pada stenosis mitral dengan cara yang mudah dipahami oleh
klien atau masyarakat, contohnya
masyarakat mendapatkan pendidikan kesehatan tentang stenosis
mitral, preventif yaitu perawat
berperan sebagai pencegahan terhadap suatu masalah kesehatan atau penyakit yang
berhubungan dengan stenosis mitral, contohnya perawat dapat memberikan informasi seperti menjaga makanan
dengan baik dan pola hidup sehat, kuratif yaitu perawat berperan sebagai pengobatan yang ditujukan untuk
penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyakit, pengendalian
kecacatan agar kualitas pasien dapat terjaga seoptimal mungkin, contohnya
perawat memberikan pengobatan secara teratur hasil kolaborasi dengan dokter;
rehabilitatif yaitu peran perawat sebagai untuk mengembalikan bekas pasien ke
dalam masyarakat sehingga dapat berfungsi lagi sebagai anggota masyarakat yang
berguna untuk dirinya dan masyarakat semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuannya,
contohnya perawat memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang penyakit stenosis
mitral. Dengan
kejadian tersebut maka kelompok mengambil judul
Asuhan Keperawatan dengan stenosis mitral.
B.
Tujuan
Penulisan
1.
Tujuan umum
Untuk
memenuhi tugas mata ajar KMB I Kardiovaskular “Asuhan
Keperawatan dengan Stenosis Mitral”
2.
Tujuan Khusus
a. Agar
mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tentang “KMB I Kardiovaskular, Asuhan Keperawatan dengan Stenosis Mitral”
b. Agar
mahasiswa dapat mengerti mengenai Stenosis Mitral
c. Agar
mahasiswa mengerti tentang etiologi, patofisiologi, komplikasi, dan pendidikan
kesehatan mengenai stenosis mitral
d. Agar
mahasiswa mengerti, memahami dan dapat mengaplikasikan Asuhan Keperawatan dengan
Stenosis Mitral.
C.
Manfaat
Penulisan
Dengan adanya makalah ini
diharapkan agar kita dapat memahami tentang ” Asuhan
Keperawatan dengan Stenosis Mitral”
D.
Metode
Penulisan
Metode Penulisan yang digunakan
kelompok adalah menggunakan studi
kepustakaan dengan mengambil refrensi dari buku-buku, sebagai dasar
untuk mengetahui dan memperkuat teori yang digunakan.
E.
Ruang
Lingkup Penulisan
Ruang lingkup penulisan makalah ini
adalah hanya membahas tentang “Asuhan Keperawatan dengan Stenosis Mitral”
F.
Sistematika
Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
terdiri dari : latar belakang, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode
penulisan, ruang lingkup penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN TEORITIS terdiri
dari : Anatomi dan fisiologi, definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi
klinis, pengobatan, komplikasi, pendidikan kesehatan pada penyakit stenosis
mitral.
BAB III PENUTUP terdiri dari Asuhan
Keperawatan mengenai Stenosis Mitral
BAB IV terdiri dari : kesimpulan
dan saran
Daftar pustaka.
BAB
II
TINJAUAN
TEORITIS
A.
Anatomi
dan Fisiologi
Jantung merupakan organ utama dalam
sistem kardiovaskuler. Jantung dibentuk oleh organ-organ muscular, apex dan
basis cordis, atrium kanan dan kiri, serta ventrikel kanan dan kiri. Jantung
memiliki bentuk yang cenderung kerucut tumpul dengan panjang sekitar 12cm,
lebar 8-9cm, dan tebal 6cm. berat jantung sekitar 7-15 ons atau 200-425 gram,
dan sedikit lebih besar dari kepalan tangan pemiliknya. Setiap harinya, jantung
berdetak 100.000x dan dalam masa periode jantung memompa 2.000 galon darah atau
secara dengan 7.571 liter darah.
Posisi jantung terletak di antara
kedua paru-paru dan berada di tengah-tengah dada, bertumpu pada diafragma
thoracis. Letak jantung ini kira-kira 5cm di atas processus xiphoideus yang
terlindungi oleh tulang rusuk. Pada tepi kanan cranial berada pada tepi
cranialis pars cartilaginis casta III dextra, 1cm dari tepi lateral sternum.
Pada tepi kanan caudal berada pada tepi cranialis pars cartilaginis costa VI
dextra, 1cm dari tepi lateral sternum. Sedangkan, tepi kiri cranial jantung berada
pada tepi caudal pars cartilaginis costa II sinistra di tepi lateral sternum.
Sementara, tepi kiri caudal berada pada ruang intercostalis V, kira-kira 9 cm
di kiri linea medioclavicularis.
Siklus Darah Dalam jantung yaitu atrium kanan menerima darah dari seluruh tubuh yang
kaya akan CO2 sebagai hasil metabolisme tubuh, menyimpan dan
menyalurkannya ke ventrikel kanan melalui katup triskuspid. Dari ventrikel
kanan darah mengalir ke ke paru-paru melalui Arteri Pulmonalis. CO2 yang
dibuang melalui paru-paru. Atrium kiri menerima darah kaya oksigen dari
paru-paru melalui empat vena pulmonalis. Dari atrium kiri, darah mengalir ke
ventrikel kiri melalui katup bicuspid. Darah kaya oksigen yang sudah
tersimpan di ventrikel kiri kemudian menuju aorta melalui katup aorta untuk kemudian disalurkan ke seluruh tubuh untuk
proses metabolisme tubuh.
Selaput
yang membungkus jantung disebut pericardium yang terdiri dari lapisan fibrosa
dan serosa. Di dalam cavum pericardii, terdapat 50cc lapisan tersebut yang
berfungsi sebagai pelumas agar tidak ada gesekan antara pericardium dan
epicardium. Epicardium adalah lapisan paling luar dari jantung. Sedangkan,
lapisan berikutnya adalah lapisan miokardium, lapisan yang paling tebal.
Miokardium merupakan lapisan otot jantung yang berperan penting dalam memompa
darah melalui pembuluh arteri. Sementara itu, lapisan terakhir jantung adalah
lapisan endocardium.
Ada empat ruangan dalam jantung,
dimana dua dari ruang itu disebut atrium dan sisanya adalah ventrikel. Pada
orang awan, atrium dikenal dengan serambi dan ventrikel dikenal dengan bilik.
Keempat rongga tersebut terbagi menjadi 2 bagian, yaitu bagian kanan dan kiri
yang dipisahkan oleh dinding otot yang dikenal dengan istilah septum. Sesuai
dengan etimologis, di dunia medis, jantung dikenal dengan istilah
cardio/kardio. Cardio berasal dari bahasa Latin, cor, yang berarti
rongga,sesuai bentuk jantung yang memiliki rongga berotot. Di dalam rongga
jantung akan memompa darah melalui pembuluh darah dalam kontraksi berirama yang
berulang dan konsisten.
Secara umum, ruang jantung terbagi
atas empat ruang, yaitu serambi kanan dan serambi kiri yang dipisahkan oleh
septum intratrial serta bilik kanan dan bilik kiri yang dipisahkan oleh septum
interventrikular. Sementara, ada empat tipe katup jantung yang mengatur aliran
darah dalam jantung yaitu:
1. Katup
tricuspid, yaitu katup yang mengatur aliran darah antara atrium kanan dan
ventrikel kanan.
2. Katup
pulmonalis, yaitu katup yang mengontrol aliran darah dari ventrikel kanan ke
arteri pulmonalis dan membawa darah ke paru-paru untuk mengambil oksigen.
3. Katup
mitral,yaitu katup yang membiarkan darah kaya akan oksigen dari paru-paru dan
masuk ke atrium kiri menuju ventrikel kiri. (Naga S.Sholeh. Ilmu Penyakit
Dalam. Hal 156)
B.
Pengertian
Katup Jantung
Secara
kasar jantung terdiri dari tiga daun katup yaitu atrioventriculer dan katup
semiluner. Katup-katup tersebut berfungsi mempertahankan aliran darah melalui
keempat rongga jantung dengan satu arah yang tetap. Katup atrioventriculer
memisahkan atrium dan ventrikel, sedangkan katup semiluner memisahkan arteria
pulmonalis dan aorta dari ventrikel. Katup-katup ini membuka dan menutup secara
pasif dan ritmit, ketika jantung konstraksi maupun relaksasi menanggapi tekanan
dan perubahan isi dalam bagian jantung itu sendiri.
(Sudarta,
Wayan I. Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler. Hal 48 )
Stenosis
mitral (stenosis katup mitral) adalah penyempitan pada lubang katup mitral yang
menyebabkan meningkatnya tahanan aliran darah dari atrium kiri ke ventrikel
kiri. Pada stenosis mitral, terdapat sebuah hambatan aliran darah ke ventrikel
kiri pada tingkat katup mitral, akibat adanya kelainan struktur aparatus katup
mitral, yang mencegah pembukaan pada saat diastolik. (Naga S.Sholeh. Ilmu
Penyakit Dalam. Hal 156)
C.
Etiologi
Stenosis
mitral terutama karena demam reumatik, walaupun riwayat satu serangan demam
reumatik akut atau lebih ada hanya dalam setengah pasien stenosis mitral.
Karena alasan yang tak diketahui, lesi ini jauh lebih lazim dalam wanita.
Stenosis mitral dengan dasar reumatik dapat disertai cacat septum atrial
(sindrom Lutembacher). Stenosis mitral terisolasi terisolasi timbul dalam
sekitar 40 % dari semua pasien penyakit katup jantung reumatik. Karena
profilaksis efektif yang luas dari demam reumatik selama beberapa dasawarsa
yang lalu, maka frekuensi stenosis mitral telah jelas menurun. Jarang ditemukan
stenosis mitral kongenital, yang diamati hampir hanya pada bayi dan anak.
Penyebab jarang lain dari stenosis mitral mencakup karsinoid maligna, lupus
eritematosus sistemik dan fibrosis endomiokardium.
Valvulitis
reumatik menyebabkan jumlah perubahan patologi yang menyokong penyempitan
orifisium mitral. Proses ini progresif, dengan perubahan patologi timbul dalam
beberapa tahun setelah serangan awal demam reumatik. Fase eksudatif-degeneratif
berlangsung 2 sampai 3 minggu, yang diikuti oleh perkembangan lesi histologi
yang khas bagi demam reumatik,jisim Aschoff. Fase proliferatif dan penyembuhan
kemudian dimulai serta berlangsung beberapa tahun. Jisim Aschoff bisa menetap
dalam biopsi bedah aurikula atrial beberapa tahun setelah resolusi demam
reumatik.
Kebanyakan
pasien tetap simtomatik dalam fase laten selama dua dasawarsa sebelum mulainya
gejala. Fusi daun katup pada komisura merupakan hasil terlazim radang reumatik,
yang timbul sendiri dalam 30% katup yang terlibat. Permukaan endokardium
berulserasi di tempat dua daun normal merapat dalam sistole. Daun katup menjadi
menebal, berkalsifikasi dan kaku dengan pertumbuhan jaringan fibrosa ke dalam.
Secara bersamaan,chordae tendinea bisa menjadi menebal, beretraksi dan berfusi
dengan pergeseran katup ke dalam ruangan ventrikel kiri. Proses kombinasi
menyebabkan katup mitral menyempit kaku yang berbentuk saluran dan dengan orifisium
yang sering digambarkan sebagai “mulut ikan”. Derajat perubahan patologi,
penting dalam menentukan pendekatan bedah. Jika fusi komisura saja ada, maka
hasil memuaskan dapat diperoleh dengan komisurotomi. Lebih lazim fibrosis dan
kalsifikasi luas disertai retraksi daun dan fusi chordae memerlukan penggantian
katup mitral.
(
Sabiton, David C. Buku Ajar Bedah. Hal 860)
Gambar
2.1
Katup Jantung
(Sabiton, David C. Buku
Ajar Bedah)
D.
Patofisiologi
1.
Daun katup menebal secara difus akibat
adanya fibrosis dan kalsifikasi.
2.
Komisura mitral dan dan korda tendinae
menyatu dan memendek,daun katup menjadi kaku, dan apeks katup menjadi sempit.
3.
Hal ini menghambat aliran darah dari
atrium kiri ke ventrikel kiri, mengakibatkan pengosongan yang tidak sempurna.
4.
Volume dan tekanan atrium kiri
meningkat, dan ruang atrium berdilatasi.
5.
Peningkatan resistansi terhadap aliran
darah menyebabkan hipertensi paru, hipertrofi ventrikel kanan, dan pada
akhirnya terjadi gagal jantung kanan dan penurunan curah jantung. (Kimberly
A.J. Bilotta. Kapita Selekta Penyakit. Hal 975)
Skema
2.1
Patofisiologi
Stenosis mitral
Komisuria mitral
dan korda tendinae menyatu dan memendek
|
Daun katup
menebal
|
Menghambat aliran darah dari atrium kiri ke ventrikel
kiri
|
Ruang atrium berdilatasi
|
Hipertensi paru
|
Kelebihan volume cairan
|
nyeri
|
Ansietas
|
Intoleransi aktivitas
|
Curah jantung menurun
|
Peningkatan resistensi terhadap aliran darah
|
Hipertrofi ventrikel kanan
|
Volume dan tekanan atrium kiri meningkat
|
Pengosongan yang tidak sempurna
|
Daun katup
menjadi kaku dan sempit
|
Adanya fibrosis
|
Demam rematik
|
(Kimberly
A.J. Bilotta. Kapita Selekta Penyakit. Hal 975)
E.
Manifestasi
Klinis
Jika
stenosisnya berat, tekanan darah di dalam atrium kiri dan tekanan darah di
dalam vena paru-paru meningkat, sehingga terjadi gagal jantung, dimana cairan
tertimbun di dalam paru-paru (edema pulmoner). Jika seorang wanita dengan
stenosis katup mitral yang berat hamil, gagal jantung akan berkembang dengan
cepat. Penderita yang mengalami gagal jantung akan mudah merasakan lelah dan
sesak napas. Pada awalnya, sesak nafas terjadi hanya sewaktu melakukan
aktivitas, tetapi lama-lama sesak juga akan timbui dalam keadaan istirahat.
Sebagian
penderita akan merasa lebih nyaman jika berbaring dengan disangga oleh beberapa
buah bantal atau duduk tegak. Warna semu kemerahan di pipi menunjukan bahwa
seseorang menderita stenosis katup mitral. Tekanan tinggi pada vena paru-paru
dapat menyebabkan vena atau kapiler pecah dan terjadi perdarahan ringan atau
berat ke dalam paru-paru. Pembesaran atrium kiri bisa mengakibatkan fibrilasi
atrium, dimana denyut jantung menjadi cepat dan tidak teratur.
(Chang,Ester,Dkk. Patofisiologi Aplikasi dan Praktek Keperawatan. Hal 198)
F.
Pemeriksaan
Penunjang
1.
Foto toraks menunjukkan pembesaran
atrium dan ventrikel kiri (pada stenosis mitral berat), batas kiri siluet
jantung menjadi lurus, pembesaran arteri pulmoner,dilatasi vena pulmoner lobus
atas, dan kalsifikasi katup mitral.
2.
Ekokardiografi menunjukkan penebalan
daun katup mitral dan pembesaran atrium kiri.
3.
Kateterisasi jantung menunjukkan gradien
tekanan diastolik melintang katup, peningkatan tekanan baji arteri pulmoner
(lebih dari 15 mmHg), dan tekanan arteri pulmoner di atrium kiri dengan
hipertensi paru berat.
4.
Elektrokardiografi menunjukkan
pembesaran atrium kiri, hipertrofi ventrikel kanan, deviasi aksis kanan, dan
fibrilasi atrium (pada 40% hingga 50% kasus) (Kimberly A.J. Bilotta. Kapita
Selekta Penyakit. Hal 975)
G.
Komplikasi
1.
Aritmia jantung, terutama fibrilasi
atrial
2.
Tromboembolisme (Kimberly A.J. Bilotta.
Kapita Selekta Penyakit. Hal 975)
H.
Pengobatan
1.
Digoksin
2.
Diuretik
3.
Oksigen
4.
Penghambat beta-adrenergik, seperti
metoprolol
5.
Penghambat saluran kalsium, seperti
diltiazem
6.
Antikoagulan, seperti warfarin
7.
Profilaksis antibiotik endokarditis
infektif
8.
Nitrat (Kimberly A.J. Bilotta. Kapita
Selekta Penyakit. Hal 976)
I.
Pembedahan
1.
komisurotomi atau penggantian katup
2.
valvulopasti balon perkutan (Kimberly
A.J. Bilotta. Kapita Selekta Penyakit. Hal 976)
J.
Pendidikan
Kesehatan Pasien
1.
Penyakit,diagnosis,dan terapi
2.
Perlunya perencanaan periode istirahat
yang teratur pada rutinitas sehari-hari
3.
Cara menghitung nadi
4.
Pembatasan diet
5.
Pemberian obat,dosis,dan kemungkinan
efek samping
6.
Tanda dan gejala yang harus dilaporkan
7.
Pentingnya perawatan lanjutan yang
konsisten
8.
Kapan harus menghubungi dokter
9.
Penggunaan antibiotik profilaksis untuk
beberapa prosedur.
(Kimberly A.J.
Bilotta. Kapita Selekta Penyakit. Hal 976)
K.Video
BAB
III
ASUHAN
KEPERAWATAN
A.
Pengkajian
1. Aktivitas
atau istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan,
pusing, rasa berdenyut, dispnea karena kerja,
palpitasi, gangguan tidur (ortopnea, dispnea paroksimalnokturnal, nokturia,
keringat malam hari)
Tanda : takikardi, gangguan pada TD, pingsan karena kerja, takipnea, dispnea
2.
Sikulasi
Gejala : riwayat kondisi pencetus, contoh demam reumatik, endokarditis bakterial subakut,
infeksi streptokokal, hipertensi, kondisi kogenital (contoh kerusakan atrial septal, sindrom marfal, trauma dada, hipertensi pulmonal, riwayat
murmur jantung, palpitasi, serak, hemoptisis, batuk dengan/tanpa produksi
sputum.
Tanda:
sistolik TD menurun (AS lambat).
Tekanan
nadi : penyempitan (SA) ; luas (IA)
Nadi karotid :
lambat dengan volume nadi kecil (SA);bendungan dengan pulsasi arteri terlihat
(IA)
Getaran
: getaran diastolik pada aspek (SM) getaran diastolik pada dasar (SA) getaran
sepanjang batas sternal kiri;getaran sistolik pada vena jugular dan sepanjang arteri
karotis (IA)
Dorongan
: dorongan apikal selama sistolik (SM).penurunan atau tidak ada S1,bunyi
robekan luas,adanya S3,S4 (IM berat). Bunyi ejeksi sistolik (SA) . bunyi
sistolik ditonjolkan oleh berdiri/jongkok (MPV)
Kecepatan
: takikardi (MVP),takikardi pada istirahat (SM)
Irama
: tak teratur , fibrilasi atrial (SMdanIM), disritmia dan derajat pertama blok
AV
Murmur
: murmur diastolik pada area pulmonik (IP). Bunyi rendah, murmur diastolik
gaduh(SM). Murmur sistolik terdengar baik pada apek (MR). Murmur sistolik
terdengar baik pada dasar dengan penyebaran ke leher (SA). murmur sistolik pada
dasar kiri batas ternal (SP)meningkat selama inspirasi (IT). Murmur diastoik
(tiupan), bunyi tinggi dan terdengar baik pada dasar (IA). Murmur diastolik
pada dasar kiri sternal meningkat dengan inspirasi (ST)
DVJ
: mungkin ada pada adanya gagal ventrikel kanan(IA,SA,IM,IT,SM)
Warna/sianosis
: kulit hangat lembab dan kemerahan (IA). Kapiler kemerahan dan pucat pada tiap
nadi (IA)
3.
Integritas ego
Gejala
: tanda kecemasan, contoh gelisah, pucat,berkeringat, fokus menyempit, gemetar.
4.
Makanan atau cairan
Gejala : disfagia (IM
kronis), perubahan berat badan,penggunaan diuretik.
Tanda
: edema umum atau dependen, hepatomegali dan asites (SM,IM,IT)hangat,kemerahan
dan kulit lembap (IA),pernafasan payah dan bising dengan terdengar kreles dan
mengi.
5.
Neurosensori
Gejala : episode pusing/pingsan berkenaan dengan
beban kerja.
6.
Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri dada, angina (SA,IA). nyeri dada non
angina/tidak khas (MPV)
7.
Pernapasan
Gejala
: dispnea (kerja,ottopnea,paroksimal,nokturnal).batuk menetap atau nokturnal (sputum mungkin/tidak produktif)
Tanda : takipnea, bunyi nafas adventisius(krekels
dan mengi),sputum banyak dan bercakdaarah (edema pulmonal), gelisah atau
ketakutan ( pada adanya edema pulmonal )
8.
Keamanan
Gejala : proses infeksi/sepsis, kemoterapi radiasi, adanya
perawatan gigi (pembersihan, pengisian dan lain sebagainya), perlu perawatan
gigi/mulut.
9.
Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : penggunaan obat IV (terlarang) baru/kronis
Pertimbangan DRG menunjukan rerata lama dirawat :4,9
hari
Rencana
pemulangan : bantuan dengan kebutuhan perawatan diri tugas tugas rumah tangga /
pemeliharaan perubahan dalam terapi obat, susunan perabot dirumah.
10.
Pemeriksaan diagnostik
Radionuclide
studies (MUGA) : menentukan fraksi ejeksi ventrikel istirahat dan latihan.
a.
Kateterisasi jantung : memberikan
informasi diagnostik sebagai berikut
SM
: Gradien tekanan (pada diastole) antara atrium kiri dan ventrikel kiri
melewati katup mitral, penurunan orifisium katup (1,2cm), peningkatan tekanan
atrium kiri arteri pulmonal dan ventrikel kanan , penurunan curah jantung.
IM
: Aliran baik media kontras melalui katup mitral selama sistole, peningkatan
tekanan atrium kiri dan arteri pulmonal.
SA
: Peningkatan gradien tekan pada sistole melewati katup aortik, peningkatan
LVEDP
IA
: Aliran balik media kontras melalui katup aortik selama diastole, peningkatan
LVEDP
ST
: Peningkatan gradien tekanan melewati katup , peningkatan atrium kanan, menurunan
curah jantung.
IT
: Aliran balik media kontras melalui katup trikuspid, peningkatan tekanan
atrium kanan, penurunan curah jantung.
SP
: Penurunan orifisium katup, peningkatan tekanan ventrikel kanan, penurunan
tekanan arteri pulmonal.
IP
: Peningkatan tekanan ventrikel kanan, aliran balik media kontras melalui
katup.
Ventrikulografi
kiri : Digunakan untuk mendemonstrasikan prolaps katup mitral (MVP)
b.
EKG :
IM : Hipertrofi atrium dan
ventrikel kiri, sinus takikardia, kontraksi atrium premature, fibrilasi atrium.
MVP : Abnormalitas gelombang T
SM : Pembesaran atrium kiri
hipertrofi ventrikel kanan, fibrilasi atrium kronis.
SA : Aritmia ventrikel dan atrium
hipertrofi atrium kiri, hipertrofi ventrikel kanan, deviasi aksis kanan, perubahan
gelombang ST/T, defek konduksi (blok AV derajat pertama blok cabang berkas kiri
)
IA : Hipertrofi ventrikel kiri ada
fibrilasi atrium bila gagal kongestif berat.
ST : Hipertrofi atrium kanan, hipertrofi
ventrikel kiri atau kanan, fibrilasi atrium.
IT : Hipertrofi ventrikel dan
atrium kanan, fibrilasi atrium
SP : Hipertrofi ventrikel dan
atrium kanan, deviasi aksis kanan, fibrilasi atrium.
IP : Dilatasi ventrikel kanan dan
mungkin atrium kanan.
c.
Sinar x dada :
SM : Pembesaran ventrikel kanan dan
atrium kiri, peningkatan vaskulatur, tanda tanda kongesti/edema pulmonal.
IM : klasifikasi anulus mitral, dilatasi
serambi jantung, peningkatan vaskularitaspada lobus paru atas, tanda tanda
edema pulmonal.
SA : Dilatasi/hipertrofi ventrikel
kiri dan aortik klasifikasi katup aortik.
IA : Pembesaran ventrikel kiri, dilatasi
aorta asenden.
ST : Pembesaran atrium kanan
IT : Pembesaran ventrikel kanan dan
atrium.
IP : Pembesaran ventrikel kanan, dilatasi
arteri pulmonal.
d.
Ekokardiogram : dua dimensi dan
ekokardiografi doppler dapat memastikan masalah katup miss :
SM : Pembesaran atrium kiri
perubahan gerakan daun daun katup.
IM : Pembesaran atrium kiri, hiperdinamik,
ventrikel kiri, prolaps daun katup mitral
SA : Pembatasan gerakan katup
aortik.
IA : Dilatasi ventrikel kiri,
klasifikasi atau vegetasi pada katup aortik pembesaran katup aortik dari akar
aorta asenden.
MVP : Penonjolan daun daun secara
posterior dalam atrium kiri selama sistole ventrikel.
ST : Dilatasi atrium
kanan,perubahan gerakan gerakan daun trikuspid.
IT : Dilatasi atrium kanan prolaps
daun trikuspid.
11.
Prioritas keperawatan
a.
Mempertahankan tugas jantung adekuat.
b.
Mempertahankan dan atau meningkatkan
toleransi aktivitas.
c.
Menghilangkan atau mengontrol nyeri.
d.
Memberikan informasi tentang proses
penyakit, manajemen, dan pencegahan komplikasi.
12.
Tujuan pemulangan
a.
Bebas tanda atau gejala dekompensasi
jantung.
b.
Memenuhi kebutuhan perawatandiri dengan
perbaikan toleransi aktivitas.
c.
Nyeri atau ketidaknyamanan dikurangi
atau dikontrol.
d.
Proses penyakit, manajemen, dan
pencegahan komplikasi dipahami.
B.
Diagnosa
Keperawatan
1. Curah jantung menurun berhubungan dengan Perubahan dalam preload/
peningkatan tekanan atrium dan kongesti vena
2. Kelebihan
volume cairan berhubungan dengan Peningkatan retensi cairan dan natrium
3. Nyeri
akut berhubungan dengan iskemia jaringan miokard
4. Intoleran
aktivitas berhubungan dengan Ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan
kebutuhan
5. Ansietas
berhubungan dengan status kesehatan
6. Kurang
pengetahuan berhubungan dengan Kurangnya informasi tentang penyakit katup
jantung
C.
Intervensi
Diagnosa Keperawatan
|
Curah jantung menurun berhubungan dengan Perubahan dalam preload/ peningkatan tekanan atrium dan kongesti vena.
|
Hasil yang diharapkan/ kriteria evaluasi- pasien akan
|
Melaporkan/menunjukan penurunan episode dyspnea, nyeri dada, dan
distritmia berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan beban kerja jantung
Mendemonstrasikan peningkatan toleransi aktivitas Mengidetifikasi tanda dini dekompensasi jantung, cara untuk mengubah aktivitas
dan kapan mencari bantuan
|
Tindakan/intervensi
|
Rasional
|
Mandiri
|
|
Pantau TD, nadi apikal, nadi perifer
|
Indikator klinis dari keadaan curah jantung. Pemantauan memungkinkan
deteksi dini/tindakan terhadap dekompensasi
|
Pantau irama jantung sesuai indikasi
|
Disritmia umum pada pasien dengan penyakit katup. Distritmia atrium
paling umum, berkenan dengan peningkatan tekanan darah volume atrium.
Abnormalitas konduksi dapat juga terjadi, mis, pada penyakit katup aortic,
karena penurunan perfusi arteri coroner
|
Tingkatkan/dorong tirah baring dengan kepala tempat tidur ditinggikan
45 derajat
|
Menurunkan volume darah yang kembali ke jantung (preload) yang
memungkinkan oksigenasi, menurunkan dyspnea dan regangan jantung
|
Bantu dengan aktivitas sesuai indikasi (mis, berjalan) bila pasien mempu turun
ditempat tidur
|
Melakukan kembali aktivitas secara bertahap mencegah pemaksaan
terhadap cadang jantung
|
Diskusikan/demonstrasikan teknik manajemen stress (rujuk pada DK:
ansietas)
|
Reduksi ansietas dapat menurunkan stimulasi jantung simpatis dan beban
kerja jantung
|
Kolaborasi
|
|
Berikan oksigen suplemen sesuai indikasi. Pantau DGA/ nadi oksimetri
|
Memberikan oksigen untuk ambilan miokard dalam upaya untuk mengkompensasi peningkatan
kebutuhan oksigen.
|
Berikan obat-obatan sesuai indikasi mis, antidisritmia, obat
inotropic, vasodilator, diuretik
|
Pengobatan distritmia atrial ventrikuler khsusnya mendasari dasar
kodisi dan simtomatologi tetapi ditunjukan pada berlangsung/meningkatnya
efisiensi/curah jantung. Vasodilator digunakan untuk menurunkan hipertensi
dengan menurunkan tahanan vaskuler sistemik, penurunan ini mengambilkan dan
menghilangkan tahanan diuretic menurunkan TD lewat katup yang tak berfungsi
meskipun memperbaiki fungsi jantung dan menurunkan kongesti
vena
|
Siapkan untuk bedah sesuai indikasi
|
Penanganan/perbaikan penyakit katup jantung mungkin perlu untuk
meningkatkan curah jantung atau mengontrol/mengatasi dekompensasi jantung
|
Diagnosa keperawatan
|
Kelebihan volume cairan berhubungan dengan Peningkatan retensi cairan dan natrium
|
Hasil yang
diharapkan/kriteria evaluasi-pasien akan
|
Menunjukan keseimbangan masukan dan haluran, berat badan stabil, tanda vital dalam rentang
normal dan tak ada edema
Menyatakan pemahaman diet individual/ pembatasan cairan
|
Tindakan/intervensi
|
Rasional
|
Mandiri
|
|
Pantau pemasukan dan
pengeluaran catat keseimbangan cairan (positif atau negatif ) timbang berat badan tiap hari
|
Penting pada pengkajian jantung dan fungsi ginjal dan efektifan terapi
diuretic. Keseiimbangan cairan positif berlanjut (pemasukan lebih besar dari pengeluaran ) dan
berat badan meningkat
menunjukkan makin buruknya gagal jantung
|
Auskultasi bunyi napas
jantung
|
Tambahanya bunyi napas (krekles) dapat menunjukkan timbulnya edema paru
akut atau GJK kronis. Terdengarnya S3 adalah salah satu temuan klinik pertama
sehubungan dengan dekompensasi. Ini mungkin sementara (gagal paru kongestif)
akut) atau permanen (gagal jantung luas atau kronis sehubungan dengan penyakit katup berat)
|
Kaji adanya distensi vena
jugularis/peninggian CVP
|
Indikator klinik gagal jantung sisi kanan dan kongesti sistemik pada
perluasan penyakit katup (2-3 katup)
|
Pantau TD
|
Hipertensi umum sebagai akibat gangguan katup, contoh stenosisi aorta.
Namum peninggian TD diatas normal dapat menunjukkan kelebihan cairan,
khusunya bila terjadi tiba-tiba sepanjang tanda kongesti pulmonal
|
Catat laporan dyspnea,
ortopnea,evalusi adanya/derajat edema (dependen/umum)
|
Terjadinya/teratasinya gejala menunjukkan situasi keseimbangan cairan dan keefektifan terapi
|
Jelaskan tujuan pembatasan
cairan/natrium pada pasien/ orang terdekat. Libatkan dalam rencana jadwal pemasukan/pilihan diet yang rendah
|
Dapat meningkatkan kerjasama pasien. Memberikan beberapa rasa kontrol dalam menghadapi upaya pembatasan
|
Kolaborasi
|
|
Berikan diuretic contoh furosemide (lazix), asam etakrinik (edecrin)
sesuai indikasi
|
Menghambat reabsorpsi natrium/klorida
yang meningkatkan ekskresi klorida, dan menurunkan kelebihan cairan total
tubuh dan edema paru.
|
Pantau elektrolit serum, khusunya kalium, berikan kalium pada diet dan
kalium tambahnya bila diindikasikan
|
Nilai elektrolit berubah sebagai respons diuresis dan Gangguan
oksigenasi dan metabolisme. Hypokalemia mencetus pasien pada gangguan irama jantung
|
Berikan cairan IV memalui alat pengontrol
|
Pompa IV mencegah kelebihan pemberian cairan
|
Betasi cairan sesuai indikasi (oral dan intravena)
|
Dapat diperlukan untuk menurunkan volume cairan ekstrasel/edema
|
Berikan batasan diet dan natrium sesuai indikasi
|
Menurunkan retensi cairan
|
Diagnosa keperawatan
|
Nyeri akut berhubungan dengan iskemia
jaringan miokard
|
Hasil yang diharapkan/ kriteria evaluasi- pasien akan
|
Melaporkan nyeri hilang/terkontrol
Menyatakan metode yang membuat nyeri
hilang
|
Tindakan/intervensi
|
Rasional
|
Mandiri
|
|
Selidiki laporan nyeri dada dan bandingkan dengan episode sebelumnya. gunakan skala nyeri (0-10) untuk rentang intensitas
catat ekspresi verbal/non verbal nyeri. Respons peningkatan atau penurunan frekuensi pernapasan)
|
Perbedaan gejala perlu untuk mengidentifikasi penyebab nyeri. Perilaku
dan perubahan tanda vital membantu menetukan derajat/adanya ketidaknyamanan pasien khususnya bila
pasien menolak adanya nyeri
|
Evaluasi respons terhadap obat
|
Penggunaan terapi obat dan dosisi. Catat nyeri yang tidak hilang atau
menurun dengan nitrat menunjukkan MVP. Berhubungan dengan nyeri dada tidak
khas/non-angina
|
Berikan lingkungan istirahat dan batasi aktivitas sesuai kebutuhan
|
Aktivitas yang meningkat kebutuhan oksigen miokardia (contoh kerja tiba-tiba
stress, makan banyak, terpajang dingin) dan mencetuskan nyeri dada
|
Anjurkan pasien berespons tepat terhadap angina (contoh berhenti
aktivitas yang menyebabkan angina. Istirahat, dan minum obat antianginal yang
tepat
|
Penghentian aktivitas menurunkan kebutuhan oksigen dan kerja jantung dan sering
menghentikan angina
|
Kolaborasi
|
|
Berikan vasodilator, contoh nitrogliserin, nifedipin (Procardia)
sesuai indikasi
|
Obat diberikan untuk meningkatkan sirkulasi miokardia
(vasodilator) menurunkan angina sehubungan dengan iskemia miokardia
|
Diagnosa keperawatan
|
Intoleran aktivitas berhubungan dengan Ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan
kebutuhan
|
Hasil yang diharapkan/
kriteria evaluasi-pasien akan
|
Menunjukan peningkatan yang dapat diukur dalam toleransi aktivitas
Mengidentifikasi factor yang mempengaruhi toleransi aktivitas dan
penurunnya dengan efek negatif
|
Tindakan/intervensi
|
Rasional
|
Mandiri
|
|
Kaji toleransi pasien terhadap
aktivitas menggunakan parameter berikut : frekuensi nadi20 permenit diatas
frekuensi istirahat, catat peningkatan TD, dispnea atau nyeri dada, kelelahan
berat dan kelemahan, berkeringat, pusing atau pingsan.
|
Parameter menunjukkan respon
fisiologis pasien terhadap stres aktivitas dan indikator derajat pengaruh
kelebihan kerja/jantung.
|
Kaji kesiapan untuk meningkatkan
aktivitas contoh penurunan kelemahan
Kelelahan TD stabil/frekuensi nadi,
peningkatan perhatian pada aktivitasdan perawatan diri.
|
Stabilitas fisiologis pada istirahat
penting untuk menunjukkan tingkat aktivitas individual.
|
Dorong
memajukan aktivitas/toleransi aktivitas diri
|
Konsumsi oksigen miokardia selama
berbagai aktivitas dapat meningkatkan jumlah oksigen yang ada. Kemajuan
aktivitas bertahap mencegah peningkatan tiba-tiba pada kerja jantung.
|
Berikan bantuan sesuai kebutuhan dan
anjurkan penggunaan kursi mandi, menyikat gigi/rambut dengan duduk dan
sebagainya.
|
Teknik penghematan energi menurunkan
penggunaan energi dan sehingga membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan
oksigen.
|
Dorong pasien untuk berpartisipasi
dalm memilih periode aktivitas
|
Seperti jadwal meningkatkan toleransi
terhadap kemajun aktivitas dan mencegah kelemahan.
|
Diagnosa keperawatan
|
Ansietas berhubungan dengan status kesehatan
|
Hasil yang diharapkan/
kriteria evaluasi pasien akan :
|
Menyatakan kesadaran perasaan ansietas.
Melaporkan penurunan/terkontrol
Menunjukan relaksasi.
Menunjukan perilaku untuk menangani stres
|
Tindakan/intervensi
|
rasional
|
Mandiri
|
|
Identivikasi atau evaluasi persepsi
pengobatan yang ditunjukan oleh situasi
|
Alat untuk mendefinisikan lingkup
masalah dan pilihan intervensi.
|
Pantau respons fisik, contoh palpitasi, takikardi, gerakan
berulang, gelisah
|
Membantu menentukan derajat cemas sesuai jantung.
Penggunaan evaluasi seirama dengan respon verbal dan nonverbal
|
Berikan tindakan kenyamanan (contoh mandi, gosokan punggung, perubahan
posisi)
|
Membantu perhatian mengarahkan kembali dan meningkatkan relaksasi, meningkatkan kemampuan
koping
|
Koordinasikan waktu istirahat dan aktivitas saat senggang tepat untuk
kondisi
|
Memberikan rasa kontrol pasien untuk menangani beberapa aspek
pengobatan (contoh, aktivitas perawatan, waktu pribadi) menurunkan kelemahan,
meningkatakan energi.
|
Dorong ventilasi perasaan tentang penyakit efeknya terhadap pola hidup
dan status kesehatan akan datang kaji keefektifakn koping dengan stresor
|
Mekanisme adaptif perlu untuk mengkoping dengan penyakit katup jantung
kronis dan secara tepat mengganggu pola hidup seseorang sehubungan dengan
terapi pada aktivitas sehari-hari
|
Libatkan pasien/orang terdekat dalam rencana perawatan dan dorong
partisipasi maksimum pada rencana pengobatan
|
Keterlibatan akan membantu memfokuskan perhatian pasien dalam arti
positif dan memberikan rasa kontrol
|
Anjurkan pasien melakukan teknik relaksasi, contoh napas dalam,
bimbingan imajinasi, relaksasi progresif
|
Memberikan arti penghilangan respon ansietas, menurunkan perhatian,
meningkatkan relaksasi meningkatkan kemampuan koping
|
Diagnosa keperawatan
|
Kurang pengetahuan berhubungan dengan Kurangnya informasi tentang penyakit katup jantung
|
Hasil yang
diharapkan/kriteria evaluasi pasien akan
|
Menyatakan pemahaman proses penyakit, program pengobatan dan potensial
komplikasi Mengidentifikasi perilaku/perubahan pola hidup untuk
mencegah komplikasi. Mengenali kebutuhan untuk kerja sama dan mengikuti
perawatan
|
Tindakan/intervensi
|
Rasional
|
Madiri
|
|
Jelaskan rasional pengobatan, dosis, efek samping, dan pentingnya
minum obat sesuai resep contoh diuretik antidisritmia, agen inotropik,
vasodilator
|
Dapat meningkatkan kerja sama dengan terapi obat dan mencegah penghentian pada obat/ dan interkasi obat
yang merugikan
|
Anjurkan pasien minum diuretik dosis harian (atau dosis lebih besar)
pada pagi hari
|
Penjadwalan meminimalkan berkemih malam hari/mengganggu
tidur
|
Anjurkan memantau berat badan sendiri dan mempertahankan pencatatan.
Dorong pelaporan berat badan meningkat 1 kg dalam 1 hari atau 2,5 kg dalam 1 minggu ;
kehilangan berat badan 2,5 kg dalam 1 minggu .
|
Berat badan indikator utama
keefektifan terapi diuretik dan harus diukur pada dasar teratur untuk
memantau kecenderungan.
|
Tekankan pentingnya melaporkan rasa haus berlebihan. Pusing berat,
atau episode berdenyut.
|
Dapat mengidikasikan kebutuhan evaluasi status elektrolit (khususnya
kalium) dan gangguan program obat
|
Anjurkan dan biarkan pasien menunjukan keterampilan pemantauan sendiri nadi bila pulang
dengan digitalis
|
Adanya perubahan pada frekuensi nadi (khususnya dibawah 60
kali permenit pada orang
dewasa) dan irama (timbul tidak teratur) mungkin indikasi toksisitas
digitalis dan harus dilaporkan pada dokter untuk evaluasi
|
Diskusikan keamanan pencegahan yang meminimalkan hipotensi ortostatik
bila pasien pulang dengan vasodilator, contoh bangun perlahan dari posisi
tidur ke berdiri dan duduk beberapa menit sebelum berdiri, hindari berdiri
lama gunakan stoking penyongkong bila berdiri dan jalan
|
Tindakan ini membantu meminimalkan efek samping vasodilator
meningkatkan TD postural (dapat mencegah pingsan atau jatuh)
|
Jelaskan rasional program diet (biasanya diet rendah natrium)
|
Meningkatnya natrium mengakibatkan retensi air dan meningkatkan kerja
jantung
|
Diskusikan kebutuhan pasien untuk keseimbangan aktivitas dan
istirahat. Jelaskan pentingnya konsitensi dalam aktivitas/ olahraga
|
Program aktivitas bertahap yang konsisten dan tepat paling baik untuk
meminimalkan kondisi dan kelemahan dan mencegah kelebihan kerja, yang
meningkatkan jantung/dekompensasi
|
Berikan intruksi program aktivitas yang tepat latihan intensitas
rendah teratur, contoh program jalan (pasien stabil/asimtomatik) aktivitas perawatan diri, tentang gerak aktif atau dengan bantuan, dan teknik penghemat energy (pasiensimtomatik)
|
Kebutuhan program aktivitas individual seperti beberapa pasien yang
toleran hanya dengan rentang gerak latihan sementara yang lain berpartisipasi pada program yang lebih aktif
|
Anjurkan pasien untuk memantau respon fisiologisnya sendiri terhadap
aktivitas, contoh frekuensi nadi, napas pendek, hentikan aktivitas yang menyebabkan nyeri dada napas pedek, pusing, kelelahan
atau kelemahan berat, laporkan penurunana toleranis terhadap aktivitas.
|
Keterlibatan pasien dalam memantau toleransi terhadap
aktivitasnya sendiri adalah penting untuk keamanan dan atau mengubah
aktivitas seharian
|
Tekankan pentingnya menginformasikan pada pemberi perawatan
adanya pingsan karena kerja atau nyeri dada.
|
Ini indikasi toleransi terhadap aktivitas yang berhubungan dengan
tidak adekuatnya curah jantung/ memburuknya disfungsi katup
|
Berikan informasi arti endokaritis
|
Pasien dengan penyakit katup jantung beresiko terhadap endokarditis
(sehubungan denga pelengketan pegetasi struktur jantung yang menimbulkan
jaringan perut lanjut pada katup, retraksi lembaran dan kehilangan fungsi
memerlukan intervensi bedah
|
Tindakan/intervensi
|
Rasional
|
Mandiri
|
|
Beritahu pasien yang memerlukan terapi antitrombotik tentang tujuan dosis dan efek samping obat yg
diberikan, contoh warfarin (coumadin) dipiridamol 1(persantine) dan ASA
|
Pasien dengan atrium kiri fibrilasi atrial kronis, dan adanya katup
buatan beresiko tinggi mengalami embolisasi dan juga dapat pulang dengan obat
anti koagulan
|
Tekankan pentingnya menggunakkan antikoagulan sehubung dengan intruksi
dokter dan laporan rutin ke laboratorium untuk masa protrombin
|
Obat perlu dipakai pada waktu yang sama tiap hari untuk mempertahankan
kadar terapeutik coumadine berdasarkan masa protombin pasien
|
Identifikasi tanda paling umum perdarahan dini contoh
terjadianya kemerahan tanpa trauma. Tekankan pentingnya melaporkan perdarahan
pada pemberi perawat
|
Upaya evaluasi dan mencegah komplikasi lebih serius
|
Anjurkan pasien menghindari obat yang dijual bebas, penggunaan
pencukur jenggot elektrik dari pada manual, membersihkan menyikat gigi
perlahan, menggunting kuku hati hati dan menghindari saat defekasi
|
Kerja antikoagulan dipengaruhi banyak produk obat yang dijual
bebas. Perhatian pada tindak keamanan akan membantu meminimalkan risiko
perdarahan traumatic
|
Tekankan pentingnya memepertahankan pemasukan cairan minimum 2500ml
/hari (kecuali kontaindikasi).
|
Ini membantu mencegah peningkatan viskositas darah yang menimbulkan
hiperkoagulasi dan pontesial pembentukan thrombus
|
Kaji ulang perlunya perubahan diet
|
Alkohol dan makanan tinggi vitamin K mengganggu masa protrombin dan harus dihindari
|
Dorong pasien dengan menggunakan gelang identifikasi
|
Mewaspadakan petugas darurat bahwa pasien mengunakan antikoagulan .
|
Identifikasi/rujuk sumber masyarakat dan kelompok pendukung
|
Kondisi alamiah kronis dapat mempengaruhi keampuan memenuhi kebutuhan diri sendiri/ pemeliharan di rumah, meningkatkan risiko isolosai sosial/ depresi
|
BAB
IV
PENUTUP
Setelah kelompok
menguraikan Asuhan Keperawatan dengan stenosis mitral, maka pada bab ini
kelompok akan menarik beberapa kesimpulan serta saran-saran yang mungkin berguna
untuk peningkatan mutu asuhan keperawatan khususnya pada klien dengan stenosis
mitral.
A. Kesimpulan
Secara kasar jantung terdiri dari tiga daun katup
yaitu atrioventriculer dan katup semiluner. Katup-katup tersebut berfungsi
mempertahankan aliran darah melalui keempat rongga jantung dengan satu arah
yang tetap. Katup atrioventriculer memisahkan atrium dan ventrikel, sedangkan
katup semiluner memisahkan arteria pulmonalis dan aorta dari ventrikel.
Katup-katup ini membuka dan menutup secara pasif dan ritmit, ketika jantung
konstraksi maupun relaksasi menanggapi tekanan dan perubahan isi dalam bagian
jantung itu sendiri.
Stenosis mitral (stenosis katup mitral) adalah
penyempitan pada lubang katup mitral yang menyebabkan meningkatnya tahanan
aliran darah dari atrium kiri ke ventrikel kiri. Pada stenosis mitral, terdapat
sebuah hambatan aliran darah ke ventrikel kiri pada tingkat katup mitral,
akibat adanya kelainan struktur aparatus katup mitral, yang mencegah pembukaan
pada saat diastolik.
Stenosis
katup mitral hampir selalu disebabkan oleh demam rematik. Yang pada saat ini
sudah jarang ditemukan di amerika utara dan eropa barat. Karena itu di wilayah
tersebut, stenosis katup mitral terjadi terutama pada orang tua yang pernah
menderita demam rematik pada masa kanak-kanak dan mereka tidak mendapatkan
antibiotik. Dibagian dunia lainnya, demam rematik sering terjadi dan
menyebabkan stenosis katup mitral pada dewasa, daun katup mitral sebagian
bergabung menjadi satu.
B. Saran
1.
Mahasiswa-mahasiswi
Mahasiswa dan mahasiswi dapat mengerti
tentang Asuhan Keperawatan dengan Stenosis Mitra
2.
Institusi
Institusi dapat memfasilitasi dengan
fasilitas yang memadai sehingga dapat mendukung tercapainya makalah yang baik
dan benar
Catatan
TD : Tekanan Darah
SA : sinoatrial
AS : Stenosis Katup aortik
IM : Intra Muskular
MVP : Prolapsus katup mitral
AV : Atrioventrikular
IP : Identified Patient
MR : Regurgitasi mitral
ST : Sinus takikardia
DRG : Kelompok diagnosis yang
berhubungan
IV : Intravena
MUGA :
Multigated acquisition ( sken jatung
radioaktif )
LVEDP :
Tekanan diastolik akhir ventrikular kiri
CVP : Tekanan vena sentral
DAFTAR
PUSTAKA
Chang,Esther.2010.Patofisiologi
Aplikasi dan Praktek Keperawatan.Jakarta:EGC
Doenges,E
Marilynn,dkk.2014.Rencana Asuhan Keperawatan.Jakarta:ECG
Kimberly
A.J. Bilotta. 2011 Kapita Selekta Penyakit.Jakarta:EGC
Sabiton,
David C. 1994 Buku Ajar Bedah.Jakarta : EGC
Sholeh
S. Naga . 2014, ilmu penyakit dalam.Yogyakarta :DIVA
Sudarta,
Wayan I.2013.Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskuler.Yogyakarta:Goyen Publishing
Udjianti,Juni
Wajan.2010.Keperawatan Kardiovaskuer .Jakarta:Salemba Medika