KATA
PENGANTAR
Kami panjantkan puji dan syukur
kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan hidayah-Nya kami dapat
menyusun makalah Hematologi yang berjudul teknik pengambilan sampel darah.
Selesainya penyusunan ini berkat bantuan dari berbagai pihak oleh karena itu,
pada kesempatan ini kami sampaikan terima kasih dan penghargaan yang terhormat
kepada :
1. Ibu
Rusmawati Sitorus S.Pd, S.Kep, MA selaku Direktur Akademi Keperawatan Harum
Jakarta
2. Ibu
Ns. Ari Susiani, Mkep selaku wali kelas tingkat II
3. Ibu
Ns.Khotimah,Skep selaku pembimbing mata ajar Hematologi dan telah meluangkan
waktu dalam pelaksanaan bimbingan, pengarahan, dorongan dalam rangka
penyelesaian penyusunan makalah ini.
4. Rekan-rekan
angkatan XVII Akademi Keperawatan Harum Jakarta
5. Keluarga
tercinta yang telah memberikan dorongan dan bantuann serta pengertian yang
besar kepada kami, baik selama mengikuti perkuliahan maupun dalam menyelesaikan
makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih jauh dari
kata sempurna, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami
harapkan dan sebagai umpan balik yang positif demi perbaikan dimasa mendatang.
Harapan kami semoga makalah ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan
khususnya di bidang Keperawatan.
Akhir kata, kami mengucapkan terima
kasih dan kami berharap makalah ini bermanfaat bagi semua pihak yang
membutuhkan.
Jakarta, November 2016
Kelompok 5
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Berdasarkan tabel, dari 69 pasien dengan pengambilan sampel darah secara berurutan didapatkan 28 pasien (20,9%) dengan
hasil kultur positif dan 41 pasien(30,6%) negatif. Sedangkan dari 65 pasien
dengan pengambilan sampel darah secarabeda waktu didapatkan 22 pasien (16,4%)
dengan hasil kultur positif dan 43 pasien(32,1%) negatif. Hal ini menunjukkan
bahwa hasil kultur darah positif lebih banyak terjadi pada pasien yang diambil
darahnya dengan teknik berurutan. Berbagai macam faktor dapat mempengaruhi
hasil penelitian ini. Salah satu diantaranya disebabkan oleh karena sebagian
besar pasien ICU yang dipakai sebagaisampel penelitian memiliki kondisi yang
lebih buruk atau lebih parah dibandingkan pasien-pasien dari bangsal lain,
dimana hal ini dapat dilihat dari diagnosis, tanda vital serta hal-hal lain
dari riwayat perjalanan penyakit pasien. Pada kondisi seperti ini, pasien ICU
memiliki peluang yang lebih besar untuk dapat ditemukan kuman atau didapatkan
hasil positif pada hasil kultur darahnya bila dibandingkan dengan pasien-pasien
dari bangsal bedah pria, bedah wanita, maupun bangsal penyakit dalam.
B. Tujuan
1. Tujuan
Umum
Untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Hematologi
2. Tujuan
Khusus
a. Untuk
menambah pengetahuan pengertian pengambilan sampel darah
b. Untuk
mengetahui tentang teknik-teknik dalam pengambilan sampel darah
c. Untuk
menambah pengetahuan tentang tujuan dan prosedur tindakan pengambilan sampel
darah
C.
Sistematika
Penulisan
Bab
I : terdiri dari pendahuluan: latar belakang, tujuan, sistematika penulisan
Bab
II : terdiri dari pembahasan : pengertian pengambilan sampel darah,
macam-macam, prosedur tindakan dan pendokumentasian.
Bab
III : terdiri dari penutup : kesimpulan dan saran
Daftar
pustaka.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian
Teknik sampling adalah merupakan
teknik pengambilan sampel (Sugiyono, 2001: 56). (Margono, 2004: 125) menyatakan
bahwa yang dimaksud dengan teknik sampling adalah cara untuk menentukan sampel
yang jumlahnya sesuai dengan ukuran sampel yang akan dijadikan sumber data
sebenarnya, dengan memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi agar
diperoleh sampel yang representatif.Untuk menentukan sampel yang akan digunakan
dalam penelitian, terdapat berbagai teknik sampling yang digunakan. Secara
skematis, menurut (Sugiyono, 2001: 57)
B. Pengambilan Darah
Vena
Pada pengambilan darah vena (venipuncture),
contoh darah umumnya diambil dari vena median cubital, pada
anterior lengan (sisi dalam lipatan siku). Vena ini terletak dekat dengan
permukaan kulit, cukup besar, dan tidak ada pasokan saraf besar. Apabila tidak
memungkinkan, vena chepalica atau vena basilica bisa
menjadi pilihan berikutnya. Venipuncture pada vena basilica harus dilakukan
dengan hati-hati karena letaknya berdekatan dengan arteri brachialis dan
syaraf median.
Jika vena cephalica dan basilica ternyata tidak bisa
digunakan, maka pengambilan darah dapat dilakukan di vena di daerah pergelangan
tangan. Lakukan pengambilan dengan dengan sangat hati-hati dan menggunakan
jarum yang ukurannya lebih kecil.
a.
Tujuan
1)
Untuk mendapatkan
sampel darah vena yang baik dan memenuhi syarat untuk dilakukan pemeriksaan.
2)
Untuk menurunkan
resiko kontaminasi dengan darah (infeksi, needle stick injury) akibat vena
punctie bagi petugas maupun penderita.
3)
Untuk petunjuk bagi
setiap petugas yang melakukan pengambilan darah (phlebotomy)
b.
Lokasi yang tidak
diperbolehkan diambil darah adalah :
1)
Lengan pada sisi
mastectomy
2)
Daerah edema
3)
Hematoma
4)
Daerah dimana darah
sedang ditransfusikan
5)
Daerah bekas luka
6)
Daerah dengan
cannula, fistula atau cangkokan vascular
7)
Daerah intra-vena
lines Pengambilan darah di daerah ini dapat menyebabkan darah menjadi lebih
encer dan dapat meningkatkan atau menurunkan kadar zat tertentu.
Ada dua cara dalam pengambilan
darah vena, yaitu cara manual dan cara vakum. Cara manual dilakukan dengan
menggunakan alat suntik (syring), sedangkan cara vakum dengan
menggunakan tabung vakum (vacutainer). Beberap
hal penting yang
harus diperhatikan dalam pengambilan darah vena adalah :
a. Pemasangan turniket (tali pembendung)
1)
pemasangan dalam
waktu lama dan terlalu keras dapat menyebabkan hemokonsentrasi (peningkatan
nilai hematokrit/PCV dan elemen sel), peningkatan kadar substrat (protein
total, AST, besi, kolesterol, lipid total)
2)
melepas turniket
sesudah jarum dilepas dapat menyebabkan hematoma
b.
Jarum dilepaskan
sebelum tabung vakum terisi penuh sehingga mengakibatkan masukknya udara ke
dalam tabung dan merusak sel darah merah.
c.
Penusukan
1)
penusukan yang tidak
sekali kena menyebabkan masuknya cairan jaringan sehingga dapat mengaktifkan
pembekuan. Di samping itu, penusukan yang berkali-kali juga berpotensi
menyebabkan hematoma.
2)
tutukan jarum yang
tidak tepat benar masuk ke dalam vena menyebabkan darah bocor dengan akibat
hematoma
d.
Kulit yang ditusuk
masih basah oleh alkohol menyebabkan hemolisis sampel akibat kontaminasi oleh
alcohol, rasa terbakar dan rasa nyeri yang berlebihan pada pasien ketika
dilakukan penusukan.
C. Pengambilan
Sampel Darah Arteri
adalah pengambilan sampel darah melalui
pembuluh darah arteri. Pemeriksaan analisa gas darah dikenal juga dengan nama
pemeriksaan “ASTRUP”, yaitu suatu pemeriksaan gas darah yang dilakukan
melalui darah arteri. Lokasi pengambilan darah yang umum dilakukan yaitu Arteri
radialis, Arteri brachialis dan Arteri Femoralis.
Hal yang perlu diperhatikan
1.
Tindakan pungsi arteri harus dilakukan oleh perawat
yang sudah terlatih
2.
Spuit yang digunakan untuk mengambil darah
sebelumnya diberi heparin untuk mencegah darah membeku
3.
Kaji ambang nyeri klien, apabila klien tidak mampu
menoleransi nyeri, berikan anestesi lokal.
4.
Bila menggunakan arteri radialis, lakukan test
allent untuk mengetahui kepatenan arteri.
5.
Untuk memastikan apakah yang keluar darah vena atau
darah arteri, lihat darah yang keluar, apabila keluar sendiri tanpa kita tarik
berarti darah arteri.
6.
Apabila darah sudah berhasil diambil, goyangkan
spuit sehingga darah tercampur rata dan tidak membeku.
7.
Lakukan penekanan yang lama pada bekas area insersi
(aliran arteri lebih deras daripada vena).
8.
Keluarkan udara dari spuit jika sudah
berhasil mengambil darah dan tutup ujung jarum dengan karet atau gabus.
9.
Ukur tanda vital (terutama suhu) sebelum darah
diambil.
10.
Segera kirim ke laboratorium ( sito )
D. Mengambil
Specimen Darah
1.
Pemeriksaan Darah Lengkap (Complete Blood
Count / CBC) yaitu suatu jenis pemeriksaaan penyaring untuk menunjang diagnosa
suatu penyakit dan atau untuk melihat bagaimana respon tubuh terhadap suatu
penyakit. Disamping itu juga pemeriksaan ini sering dilakukan untuk melihat kemajuan
atau respon terapi pada pasien yang menderita suatu penyakit
infeksi.Pemeriksaan Darah Lengkap terdiri dari beberapa jenis parameter
pemeriksaan, yaitu :
a. Hemoglobin
b.
Hematokrit
c.
Leukosit (White Blood Cell / WBC)
d.
Trombosit (platelet)
e.
Eritrosit (Red Blood Cell / RBC)
f.
Indeks Eritrosit (MCV, MCH, MCHC)
g.
Laju Endap Darah atau Erithrocyte
Sedimentation Rate (ESR)
h.
Hitung Jenis Leukosit (Diff Count)
i.
Platelet Disribution Width (PDW)
Pemeriksaan
Darah Lengkap biasanya disarankan kepada setiap pasien yang datang ke suatu
Rumah Sakit yang disertai dengan suatu gejala klinis, dan jika didapatkan hasil
yang diluar nilai normal biasanya dilakukan pemeriksaan lanjutan yang lebih
spesifik terhadap gangguan tersebut, sehingga diagnosa dan terapi yang tepat
bisa segera dilakukan. Lamanya waktu yang dibutuhkan suatu laboratorium untuk
melakukan pemeriksaan ini berkisar maksimal 2 jam.
a.
Hemoglobin
Hemoglobin adalah molekul protein pada sel
darah merah yang berfungsi sebagai media transport oksigen dari paru paru ke
seluruh jaringan tubuh dan membawa karbondioksida dari jaringan tubuh ke paru
paru. Kandungan zat besi yang terdapat dalam hemoglobin membuat darah berwarna
merah. Dalam menentukan normal atau tidaknya kadar hemoglobin seseorang kita
harus memperhatikan faktor umur, walaupun hal ini berbeda-beda di tiap
laboratorium klinik, yaitu :
1)
Bayi baru lahir : 17-22 gram/dl
2)
Umur 1 minggu : 15-20 gram/dl
3)
Umur 1 bulan : 11-15 gram/dl
4)
Anak anak : 11-13 gram/dl
5)
Lelaki dewasa : 14-18 gram/dl
6)
Perempuan dewasa : 12-16 gram/dl
7)
Lelaki tua : 12.4-14.9 gram/dl
8)
Perempuan tua : 11.7-13.8 gram/dl
Kadar
hemoglobin dalam darah yang rendah dikenal dengan istilah anemia. Ada banyak
penyebab anemia diantaranya yang paling sering adalah perdarahan, kurang gizi,
gangguan sumsum tulang, pengobatan kemoterapi dan penyakit sistemik (kanker,
lupus,dll). Sedangkan kadar hemoglobin yang tinggi dapat dijumpai pada orang
yang tinggal di daerah dataran tinggi dan perokok. Beberapa penyakit seperti
radang paru paru, tumor, preeklampsi, hemokonsentrasi, dll.
b.
Hematokrit
Hematokrit merupakan ukuran yang menentukan
banyaknya jumlah sel darah merah dalam 100 ml darah yang dinyatakan dalam
persent (%). Nilai normal hematokrit untuk pria berkisar 40,7% - 50,3%
sedangkan untuk wanita berkisar 36,1% - 44,3%.
Seperti telah ditulis di atas, bahwa kadar
hemoglobin berbanding lurus dengan kadar hematokrit, sehingga peningkatan dan
penurunan hematokrit terjadi pada penyakit-penyakit yang sama.
c.
Leukosit (White
Blood Cell / WBC)
Leukosit merupakan komponen darah yang
berperanan dalam memerangi infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri, ataupun
proses metabolik toksin, dll.
Nilai normal leukosit berkisar 4.000 - 10.000
sel/ul darah. Penurunan kadar leukosit
bisa ditemukan pada kasus penyakit akibat infeksi virus, penyakit sumsum
tulang, dll, sedangkan peningkatannya bisa ditemukan pada penyakit infeksi
bakteri, penyakit inflamasi kronis, perdarahan akut, leukemia, gagal ginjal,
dll
d.
Trombosit
(platelet)
Trombosit merupakan bagian dari sel darah
yang berfungsi membantu dalam proses pembekuan darah dan menjaga integritas
vaskuler. Beberapa kelainan dalam morfologi trombosit antara lain giant
platelet (trombosit besar) dan platelet clumping (trombosit bergerombol).
Nilai normal trombosit
berkisar antara 150.000 - 400.000 sel/ul darah.
Trombosit yang tinggi disebut trombositosis
dan sebagian orang biasanya tidak ada keluhan. Trombosit yang rendah disebut
trombositopenia, ini bisa ditemukan pada kasus demam berdarah (DBD), Idiopatik
Trombositopenia Purpura (ITP), supresi sumsum tulang, dll.
e.
Eritrosit (Red
Blood Cell / RBC)
Eritrosit atau sel darah merah merupakan
komponen darah yang paling banyak, dan berfungsi sebagai pengangkut / pembawa
oksigen dari paru-paru untuk diedarkan ke seluruh tubuh dan membawa
kardondioksida dari seluruh tubuh ke paru-paru.Nilai normal eritrosit pada pria
berkisar 4,7 juta - 6,1 juta sel/ul darah, sedangkan pada wanita berkisar 4,2
juta - 5,4 juta sel/ul darah.Eritrosit yang tinggi bisa ditemukan pada kasus
hemokonsentrasi, PPOK (penyakit paru obstruksif kronik), gagal jantung
kongestif, perokok, preeklamsi, dll, sedangkan eritrosit yang rendah bisa
ditemukan pada anemia, leukemia, hipertiroid, penyakit sistemik seperti kanker
dan lupus, dll
f.
Indeks Eritrosit (MCV, MCH, MCHC)
Biasanya digunakan untuk membantu mendiagnosis penyebab anemia (Suatu kondisi di mana ada terlalu sedikit sel darah merah). Indeks/nilai yang biasanya dipakai antara lain :
Biasanya digunakan untuk membantu mendiagnosis penyebab anemia (Suatu kondisi di mana ada terlalu sedikit sel darah merah). Indeks/nilai yang biasanya dipakai antara lain :
MCV (Mean
Corpuscular Volume) atau Volume Eritrosit Rata-rata (VER), yaitu volume
rata-rata sebuah eritrosit yang dinyatakan dengan femtoliter (fl)
MCV = Hematokrit
x 10
Eritrosit
Nilai
normal = 82-92 fl
MCH
(Mean Corpuscular Hemoglobin) atau Hemoglobin Eritrosit
Rata-Rata (HER), yaitu banyaknya hemoglobin per eritrosit disebut dengan
pikogram (pg)
MCH = Hemoglobin x 10
Eritrosit
Nilai normal = 27-31 pg
MCHC
(Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration) atau Konsentrasi
Hemoglobin Eritrosit Rata-rata (KHER), yaitu kadar hemoglobin yang didapt per
eritrosit, dinyatakan dengan persen (%) (satuan yang lebih tepat adalah
“gr/dl”)
MCHC = Hemoglobin x 100
Hematokrit
Nilai
normal = 32-37 %
g.
Laju Endap Darah
Laju Endap Darah atau Erithrocyte
Sedimentation Rate (ESR) adalah kecepatan sedimentasi eritrosit dalam darah
yang belum membeku, dengan satuan mm/jam. LED merupakan uji yang tidak
spesifik. LED dijumpai meningkat selama proses inflamasi akut, infeksi akut dan
kronis, kerusakan jaringan (nekrosis), penyakit kolagen, rheumatoid,
malignansi, dan kondisi stress fisiologis (misalnya kehamilan).
International Commitee for Standardization in
Hematology (ICSH) merekomendasikan untuk menggunakan metode Westergreen dalam
pemeriksaan LED, hal ini dikarenakan panjang pipet Westergreen bisa dua kali
panjang pipet Wintrobe sehingga hasil LED yang sangat tinggi masih terdeteksi.
Nilai normal LED pada
metode Westergreen :
h.
Laki-laki : 0 – 15 mm/jam
i.
Perempuan : 0 – 20 mm/jam
h.
Hitung Jenis
Leukosit (Diff Count)
Hitung jenis leukosit digunakan untuk mengetahui
jumlah berbagai jenis leukosit. Terdapat lima jenis leukosit, yang
masing-masingnya memiliki fungsi yang khusus dalam melawan patogen. Sel-sel itu
adalah neutrofil, limfosit, monosit, eosinofil, dan basofil. Hasil hitung jenis
leukosit memberikan informasi yang lebih spesifik mengenai infeksi dan proses
penyakit. Hitung jenis leukosit hanya menunjukkan jumlah relatif dari
masing-masing jenis sel. Untuk mendapatkan jumlah absolut dari masing-masing
jenis sel maka nilai relatif (%) dikalikan jumlah leukosit total dan hasilnya
dinyatakan dalam sel/μl. Nilai
normal : Eosinofil 1-3%, Netrofil 55-70%, Limfosit 20-40%, Monosit 2-8%
i.
Platelet
Disribution Width (PDW)
PDW
merupakan koefisien variasi ukuran trombosit. Kadar PDW tinggi dapat ditemukan
pada sickle cell disease dan trombositosis, sedangkan kadar PDW yang
rendah dapat menunjukan trombosit yang mempunyai ukuran yang kecil.
j.
Red Cell
Distribution Width (RDW)
RDW merupakan koefisien variasi dari volume
eritrosit. RDW yang tinggi dapat mengindikasikan ukuran eritrosit yang
heterogen, dan biasanya ditemukan pada anemia defisiensi besi, defisiensi asam
folat dan defisiensi vitamin B12, sedangkan jika didapat hasil RDW yang rendah
dapat menunjukan eritrosit yang mempunyai ukuran variasi yang kecil.
2.
Darah
rutin
Pemeriksaan darah rutin
meliputi 6 jenis pemeriksaan; yaitu
a.
Hemoglobin / Haemoglobin (Hb)
Nilai
normal dewasa pria 13.5-18.0 gram/dL, wanita 12-16 gram/dL, wanita hamil 10-15
gram/dL. Nilai
normal anak 11-16 gram/dL, batita 9-15 gram/dL, bayi 10-17 gram/dL, neonatus
14-27 gram/dL
1)
Hb rendah (<10
gram/dL) biasanya dikaitkan dengan anemia defisiensi besi. Sebab lainnya dari
rendahnya Hb antara lain pendarahan berat, hemolisis, leukemia leukemik, lupus
eritematosus sistemik, dan diet vegetarian ketat (vegan). Dari obat-obatan:
obat antikanker, asam asetilsalisilat, rifampisin, primakuin, dan sulfonamid.
Ambang bahaya adalah Hb < 5 gram/dL.
2)
Hb tinggi (>18
gram/dL) berkaitan dengan luka bakar, gagal jantung, COPD (bronkitis kronik
dengan cor pulmonale), dehidrasi / diare, eritrositosis,
polisitemia vera, dan pada penduduk pegunungan tinggi yang normal. Dari
obat-obatan: metildopa dan gentamisin.
b.
Hematokrit (Ht)
Nilai normal dewasa pria 40-54%, wanita
37-47%, wanita hamil 30-46%. Nilai
normal anak 31-45%, batita 35-44%, bayi 29-54%, neonatus 40-68%. Hematokrit merupakan persentase konsentrasi
eritrosit dalam plasma darah. Secara kasar, hematokrit biasanya sama dengan
tiga kali hemoglobin.
1)
Ht tinggi (>
55 %) dapat
ditemukan pada berbagai kasus yang menyebabkan kenaikan Hb; antara lain
penyakit Addison, luka bakar, dehidrasi / diare, diabetes melitus, dan
polisitemia. Ambang bahaya adalah Ht >60%.
2)
Ht rendah (< 30
%) dapat
ditemukan pada anemia, sirosis hati, gagal jantung, perlemakan hati, hemolisis,
pneumonia, dan overhidrasi. Ambang bahaya adalah Ht <15%.
c.
Leukosit: hitung leukosit (leukocyte count)
dan hitung jenis (differential count)
Nilai normal 4500-10000 sel/mm3. Neonatus 9000-30000 sel/mm3,
Bayi sampai balita rata-rata 5700-18000 sel/mm3, Anak 10 tahun
4500-13500/mm3, ibu hamil rata-rata 6000-17000 sel/mm3,
postpartum 9700-25700 sel/mm3. Segala macam infeksi
menyebabkan leukosit naik; baik infeksi bakteri, virus, parasit, dan
sebagainya. Kondisi lain yang dapat menyebabkan leukositosis yaitu:
1)
Anemia hemolitik
2)
Sirosis hati dengan nekrosis
3)
Stres emosional dan fisik (termasuk trauma
dan habis berolahraga)
4)
Keracunan berbagai macam zat
5)
Obat: allopurinol, atropin sulfat,
barbiturat, eritromisin, streptomisin, dan sulfonamid.
Leukosit
rendah (disebut juga leukopenia) dapat disebabkan oleh agranulositosis, anemia
aplastik, AIDS, infeksi atau sepsis hebat, infeksi virus (misalnya dengue),
keracunan kimiawi, dan postkemoterapi. Penyebab dari segi obat antara lain
antiepilepsi, sulfonamid, kina, kloramfenikol, diuretik, arsenik (terapi
leishmaniasis), dan beberapa antibiotik lainnya.
Nilai
normal hitung jenis
1) Basofil
0-1% (absolut 20-100 sel/mm3)
2) Eosinofil
1-3% (absolut 50-300 sel/mm3)
3) Netrofil
batang 3-5% (absolut 150-500 sel/mm3)
4) Netrofil
segmen 50-70% (absolut 2500-7000 sel/mm3)
5) Limfosit
25-35% (absolut 1750-3500 sel/mm3)
6) Monosit
4-6% (absolut 200-600 sel/mm3)
Penilaian
hitung jenis tunggal jarang memberi nilai diagnostik, kecuali untuk penyakit
alergi di mana eosinofil sering ditemukan meningkat.
1) Peningkatan
jumlah netrofil (baik batang maupun segmen) relatif dibanding limfosit dan
monosit dikenal juga dengan sebutan shift to the left. Infeksi yang
disertai shift to the left biasanya merupakan infeksi bakteri
dan malaria. Kondisi noninfeksi yang dapat menyebabkan shift to the
left antara lain asma dan penyakit-penyakit alergi lainnya, luka
bakar, anemia perniciosa, keracunan merkuri (raksa), dan polisitemia vera.
2) Sedangkan
peningkatan jumlah limfosit dan monosit relatif dibanding netrofil disebut shift
to the right. Infeksi yang disertai shift to the rightbiasanya
merupakan infeksi virus. Kondisi noninfeksi yang dapat menyebabkan shift
to the right antara lain keracunan timbal, fenitoin, dan aspirin.
d.
Hitung trombosit / platelet count
Nilai
normal dewasa 150.000-400.000 sel/mm3, anak 150.000-450.000 sel/mm3.
1) Penurunan
trombosit (trombositopenia) dapat ditemukan pada demam berdarah dengue, anemia,
luka bakar, malaria, dan sepsis. Nilai ambang bahaya pada <30.000 sel/mm3.
2)
Peningkatan trombosit (trombositosis) dapat
ditemukan pada penyakit keganasan, sirosis, polisitemia, ibu hamil, habis
berolahraga, penyakit imunologis, pemakaian kontrasepsi oral, dan penyakit
jantung. Biasanya trombositosis tidak berbahaya, kecuali jika >1.000.000
sel/mm3.
e.
Laju endap darah (LED) / erythrocyte
sedimentation rate (ESR)
Nilai
normal dewasa pria <15 mm/jam pertama, wanita <20 mm/jam pertama. Nilai normal lansia pria <20 mm/jam
pertama, wanita <30-40 mm/jam pertama. Nilai normal wanita hamil 18-70 mm/jam
pertama. Nilai
normal anak <10 mm/jam pertama
1) LED
yang meningkat menandakan adanya infeksi atau inflamasi, penyakit imunologis,
gangguan nyeri, anemia hemolitik, dan penyakit keganasan.
2)
LED yang sangat rendah menandakan gagal
jantung dan poikilositosis.
f.
Hitung eritrosit (di beberapa instansi)
Nilai
normal dewasa wanita 4.0-5.5 juta sel/mm3, pria 4.5-6.2 juta sel/mm3.. Nilai normal bayi 3.8-6.1 juta sel/mm3, anak
3.6-4.8 juta sel/mm3.
1) Peningkatan
jumlah eritrosit ditemukan pada dehidrasi berat, diare, luka bakar, perdarahan
berat, setelah beraktivitas berat, polisitemia, anemiasickle cell.
2)
Penurunan jumlah eritrosit ditemukan pada
berbagai jenis anemia, kehamilan, penurunan fungsi sumsum tulang, malaria,
mieloma multipel, lupus, konsumsi obat (kloramfenikol, parasetamol, metildopa,
tetrasiklin, INH, asam mefenamat)
untuk prosedur telah di catat dan pasien
diidentifikasi secara tepat, prosedur tersebut harus di jelaskan kepada pasien. Surat ijin yang di
tandatangani harus di dapatkan, jika perlu. Informasi yang paling penting bagi
pasien adalah deskripsi tentang sensai
yang mereka rasakan selama prosedur di lakukan. 1,2 pasien harus di dorong
mengajukan setiap dan semua pertanyaan tentang prosedur yang akan di lakukan, bahkan
hal – hal yang tampak sepele, diskripsi tentang sensai nyeri dan juga sensasi
tidak nyeri yang mungkin di alami selama prosedur seperti keketatan akibat
pemaasangan turnikeet harus di jelaskan. Karena, tabu beberapa pasien mungkin malu tentanf pengambilan
ekskreta tubuh, seperti feses atau urine. Sensitivitas selama penjelasan,
memilih istilah berhati – hati, dan perlindungan terhadap privasi pasien
mengurangi kecanggungan social yang di hadapi dalam pengambilan specimen.
Dalam mengambil specimen darah atau cairan
tubuh, PPK harus mengantisipasi darah atau cairan tubuh sendiri dan pakai
pakaian terpanjang dengan darah atau cairan tubuh pasien selama proses
pengambilan specimen tersebut. Lebih banyak bantuan yang di perlukan pasien
selama pengambilan specimen, PPK harus lebih waspada terhadap proteksi diri.
Tindakan pencegahan standar untuk mencegah penularan pathogen harus selalu
diterapkan untuk mengambil semua specimen ( lihat bab Mencuci tangan peralatan
proteksi perorang ( mis… sarung tangan ) dan pencegahan cedera diri dengan
benda tajam atau peralatan yang terkontaminasi adalah metode proteksi utama.
Untuk mengambil specimen untuk analisa
laboraturium, PPK harus mengetahui tujuan analisa dan memahami jumblah yang
tepat cara yang benar agar mendapatkan, membawa, dan menyimpan specimen tersebut.
Dengan mengetahui tujuan pengambilan specimen, PPK dan mengindari bahaya –
bahaya mengintepresikan arti dari hasil yang di dapatkan.
Selain itu PPK harus tau bagaimana menyimpan
dan merawat sebelum, selama, dan setelah pengambilan specimen. Apakah pasien
memerlukan bantuan untuk posisi, kenyamanan, bernapas, atau mengontrol otot
selama pengambilan specimen.
PPK harus mencatat waktu dan tanggal saat
prosedur pengambilan specimen di lakukan, mengambil specimen yang telah di
ambil, membiarkan respons pasien terhadap pengambilan specimen, memperhatikan
kebutuhan atau kejadian yang tidak biasa pada catatan kesehatan pasien.
E. Jenis tabung sampel
darah yang digunakan dalam praktek laboratorium klinik adalah sebagai berikut :
1.
Tabung tutup merah. Tabung ini tanpa
penambahan zat additive, darah akan menjadi beku dan serum dipisahkan dengan
pemusingan. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan kimia darah, imunologi,
serologi dan bank darah (crossmatching test).
2.
Tabung tutup kuning. Tabung ini berisi
gel separator (serum separator tube/SST) yang fungsinya memisahkan serum
dan sel darah. Setelah pemusingan, serum akan berada di bagian atas gel dan sel
darah berada di bawah gel. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan kimia darah,
imunologi dan serologi.
3.
Tabung tutup hijau terang. Tabung ini berisi
gel separator (plasma separator tube/PST) dengan antikoagulan lithium
heparin. Setelah pemusingan, plasma akan berada di bagian atas gel dan sel
darah berada di bawah gel. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan kimia darah.
4.
Tabung tutup ungu atau lavender.
Tabung ini berisi EDTA. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan darah lengkap dan
bank darah (crossmatch).
5.
Tabung tutup biru. Tabung ini berisi
natrium sitrat. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan koagulasi (mis. PPT, APTT).
6.
Tabung tutup hijau. Tabung ini berisi
natrium atau lithium heparin, umumnya digunakan untuk pemeriksaan fragilitas
osmotik eritrosit, kimia darah.
7.
Tabung tutup biru gelap. Tabung ini berisi
EDTA yang bebas logam, umumnya digunakan untuk pemeriksaan trace element (zink,
copper, mercury) dan toksikologi.
8.
Tabung tutup abu-abu terang.
Tabung ini berisi natrium fluoride dan kalium oksalat, digunakan untuk
pemeriksaan glukosa.
9.
Tabung tutup hitam ; berisi bufer
sodium sitrat, digunakan untuk pemeriksaan LED (ESR).
10.
Tabung tutup pink ; berisi
potassium EDTA, digunakan untuk pemeriksaan imunohematologi.
11.
Tabung tutup putih ;
potassium EDTA, digunakan untuk pemeriksaan molekuler/PCR dan bDNA.
12.
Tabung tutup kuning dengan warna hitam di bagian atas ; berisi
media biakan, digunakan untuk pemeriksaan mikrobiologi - aerob, anaerob dan
jamur
Beberapa hal penting dalam menampung sampel darah
adalah :
1.
Darah dari syring
atau suntikan harus dimasukkan ke dalam tabung dengan cara melepas jarum lalu
mengalirkan darah perlahan-lahan melalui dinding tabung. Memasukkan darah
dengan cara disemprotkan, apalagi tanpa melepas jarum, berpotensi menyebabkan
hemolisis. Memasukkan darah ke dalam tabung vakum dengan cara menusukkan jarum
pada tutup tabung, biarkan darah mengalir sampai berhenti sendiri ketika volume
telah terpenuhi.
2.
Homogenisasi sampel
jika menggunakan antikoagulan dengan cara memutar-mutar tabung 4-5 kali atau
membolak-balikkan tabung 5-10 kali dengan lembut. Mengocok sampel berpotensi
menyebabkan hemolisis.
3.
Urutan memasukkan
sampel darah ke dalam tabung vakum adalah : pertama - botol biakan (culture)
darah atau tabung tutup kuning-hitam kedua - tes koagulasi (tabung tutup biru),
ketiga - tabung non additive (tutup merah), keempat - tabung tutup merah atau
kuning dengan gel separator atau clot activator, tabung tutup ungu/lavendet
(EDTA), tabung tutup hijau (heparin), tabung tutup abu-abu (NaF dan Na
oksalat).
F.
Jenis pemeriksaan
kadar glukosa darah
1. Glukosa
darah puasa
Pengambilan darah harus dilakukan di
waktu pagi
Pasien diminta untuk puasa selama 10-16 jam
sebelum pengambilan darah( umumnya puasa dimulai antara jam
21.00 – 22.00 )
Selama puasa diperbolehkan minum air
tawar / air putih
Darah diambil antara jam 07.00
– 08.00 pagi
2. Glukosa
darah 2 jam sesudah makan ( 2 jam post prandial )
Pengambilan
darah dilakukan 2 jam tepat sesudah selesai makan
Pengambilan
darah tidak harus di waktu pagi
Pasien dalam pengobatan DM, tidak diperbolehkan menghentikan pengobatan pada waktu pemeriksaan.Pasien
dalam pengobatan sebaiknya melakukan pemeriksaan waktu
pagi,( minum obat atau suntik insulin, kemudian makan dan 2 jam kemudian
diambil darah )
Faktor yang harus diperhatikan pada waktu pengambilan
sampel :
a.
Tabung/botol
penampung : bersih, kering dan bertutup. Semprit/lanset : bersih, kering dan
steril.
b.
Label pada
tabung/botol penampung : nama, umur, tanggal, nomor register dan waktu
pengambilan
c.
Antikoagulan,
bahan pengawet : tgt. jumlah dan macam sampel.
d.
Desinfeksi kulit
: alkohol 70% atau betadin.
e.
Vena : jangan
diambil pada lini vena yang sedang diinfus.
f.
Stasis vena
g.
Posisi tubuh
h.
Hindari
hemolisis
i.
Darah kapiler :
jangan memijit/memeras ujung jari terlalu keras.
Faktor yang
harus diperhatikan sesudah pengambilan sampel :
a.
Pengawet/antikoagulan
harus dicampur dengan baik.
b.
Formulir
permintaan laboratorium yang jelas.
c.
Pengiriman
secepatnya.
d.
Darah penuh (whole
blood) tidak boleh disimpan
G. Prosedur Pemeriksaan
Analisa Gas Darah
1.
Definisi
:
Adalah pengambilan darah melalui pembuluh darah arteri.
2.
Tujuan
:
a.
Menilai
tingkat keseimbangan asam basa.
b.
Mengetahui
kondisi fungsi pernafasan dan kardiovaskuler.
c.
Menilai
kondisi fungsi metabolisme tubuh.
3.
Komplikasi
a.
Perdarahan.
b.
Cedera
saraf.
4. Prosedur Pengambilan Darah Untuk Pemeriksaan
Analisa Gas Darah
A.
Peralatan
1)
Spuit 2
ml dengan jarum No.22 atau No.25 (anak-anak) dan No.20 atau 21 (dewasa).
2)
Heparin.
3)
Penutup
jarum (gabus).
4)
Kaca
steril.
5)
Cairan
desinfektan.
6)
Wadah
berisi air.
7)
Tabung
dengan warna yang disesuaikan
8)
Sarung
tangan sekali pakai
B.
Prosedur
Pelaksanaan :
1)
Mencuci
tangan.
2)
Menjelaskan
tujuna pengambilan darah arteri pada klien.
3)
Mengukur
suhu dan jumlah pernafasan klien.
4)
Mencatat
O2 yang diberikan.
5)
Spuit
diheparin dengan menghisap heparin sampai membasahi seluruh spuit lalu dengan
posisi tegak lurus, semprotkan semua heparin dan udara keluar.
6)
Meraba
arteri radialis, brachialis, atau femoralis.
7)
Palpasi
adanya arteri ulnaris sebelum menusuk arteri radialis.
8)
Melakukan
tes alen.
C.
Pada Klien Dasar
1)
Menekan arteri radialis dan ulnaris pada
pergelangan tangan secara bersama-sama.
2)
Menginstruksikan
klien mengepat dan membuka kepala berkali-kali.
3)
Menurunkan
tangan klien sambil menekan arteri radialis (tekanan pada arteriunaris
dilepaskan) dan perhatikan warna kulit menjadi normal.
4)
Meraba
kembali arteri radialis dan palpasi pulsasi yang paling keras dengan menggnakan
jari tangan dan telunjuk.
5)
Mendesinfektan
kulit dan jari-jari.
6)
Jarum
disuntikan ke arteri radialis dengan sudut 45-60 derajata. Bila jarum masuk
kedalam arteri darah akan keluar tanpa spuit di isap dan warna darah yang
keluar merah matang.
7)
Serelah
darah terisap (kira-kira 2 cc) tarik spuit dan tekan bekas tusukan arteri 5-10
menit. Bila klien mendapat heparin tekan selama 15 menit lalu tekan dengan
balutan.
8)
Menususkkan
jarum spuit pada gabus atau karet.
9)
Meletakkan
spuit pada wadah berisi es atau segera kirim ke laboraturium.
10)
Mencatat
set ventilator, jumlah oksigen yang didapat pada saat darah arteri di ambil.
11)
Mengirim
segera darah tersebut (dalam baskom berisi es)ke laboraturium.
12)
Melapisi
nadi (setelah distal tempat pengambilan darah), observasi tempat penyuntikan
dan kaji apakah tangan dingin, kebas, tidak rasa atau perubahan warna.
D.
Sikap
1)
Melakukan
tindakan dengan sistematis.
2)
Komunikatif
dengan klien.
3)
Percaya
diri.
E.
Hal-hal yang perlu diperhatikan saat melakukan tindakan AGD
1)
Pasien menerima
oksigen, pastikan terapi oksigen telah berjalan sekurang-kurangnya 15 menit
sebelum mengambil gas darah. Indikasikan pada slip lab, jumlah dan tipe terapi oksigen
yang diterima pasien. Catat suhu pasien, level Hb, dan RR terbaru. JIka pasien
memakai ventilator mekanik, catat fraksi inspirasi oksigen dan tidal volume.
2)
Pasien tidak memakai
O2, indikasikan jika pasien bernafas dengan udara ruangan.
3)
Pasien baru saja
memakai nebulizer, tunggu hingga 20 menit sebelum mengambil sampel. Konsentrasi
oksigen harus tetap konstan selama 20 menit sebelum pengambilan sampel.
4)
Jika order secara
spesifik tanpa oksigen, maka matikan gas selama 20 menit sebelum pengambilan
sampel agar hasilnya akurat.
5)
Saat menarik spuit
untuk mengambil sampel, jika ada tahanan. Ubah posisi ekstremitas yang
dilakukan tindakan dan cek area tusukan. Lanjutkan pengambilan darah, jika
masih ada tahanan, beritahukan dokter.
6)
Jika spesimen yang
diambil gelap, darah yang gelap artinya mungkin vena telah terakses, atau darah
sangat kurang oksigen. Pastikan dari mana specimen diambil apakah dari arterial
line. Juga cek level saturasi oksigen untuk mengevaluasi hipoksemia. Pastikan
bahwa arterilah yang telah ditusuk sebelum membawa sampel ke lab.
7)
Sampel tidak akan
diterima oleh laboratorium kecuali jarum suntik diberi label, kantong es diberi
label, dan permintaan selesai. Untuk dianggap lengkap, permintaan harus berisi
nama pasien, nomor pendaftaran, tanggal lahir atau usia, pemesanan dokter,
waktu ditarik, F1O2 dan suhu pasien.
H.
Hal-hal yang harus dicatat setelah
tindakan (dokumentasi)
Catat identitas
pasien, nama dokter yang memberi order, waktu pengambilan sampel, jumlah sampel
yang diambil, suhu pasien, area tusukan, catat waktu yang diterapkan pada area
untuk mencegah perdarahan, tentukan tipe dan jumlah untuk terapi oksigen jika
pasien menerima terapi. Catat respon klien. Tanda tangan dan nama perawat yang
melaksanakan tindakan.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengambilan spesimen darah merupakan tugas dari
petugas laboratorium akan tetapi dalam kenyataanya semua dilakukan oleh
perawat. Hal ini dikarenakan banyaknya klien di instalasi gawat darurat
yang datang secara mendadak. Untuk itu diperlukan adanya suatu pengalaman yang
lebih dari perawat untuk mengambil spesimen darah untuk pemeriksaan
laboratorium. Hal ini untuk mencegah spesimen darah tersebut mengalami
hemolisis. Ada beberapa cara untuk teknik pengambilan spesimen darah
diantaranya dengan venapuncture dan intravena keteter. Venapuncture adalah
suatu cara penggambilan darah yang dilakukan pada pembuluh darah vena,
sedangkan intravena kateter hampir sama dengan venapunture akan tetapi darah
yang diambil tidak langsung berasal dari jarum yang langsung mengenai pembuluh
darah, melainkan berasal dari vena cateter yang terlebih dahulu dimasukkan dan
di sambungkan dengan tabung. Dari kedua cara tersebut harus dilakukan sesuai
prosedur bila tidak darah tersebut bisa hemolisis (pecah) sehingga harus dilakukan
pemeriksaan ulang. Faktor utama penyebab hemolisis diantaranya ukuran kateter
intravena, tekanan di dalam kulit, guncangan tabung yang berlebihan dan gerakan
tambahan pada ekstremitas.
B. Saran
1. Mahasiswa-mahasiswi
Mahasiswa dan mahasiswi dapat mengerti
tentang Hematologi khususnya teknik pengambilan sampel darah
2. Institusi
Institusi dapat memfasilitasi
dengan fasilitas yang memadai sehingga dapat mendukung tercapainya makalah yang
baik dan benar
DAFTAR PUSTAKA
Rosyidi,Kholid.2013.Prosedur
Praktik Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta:TIM
0 komentar:
Posting Komentar