Jumat, 09 Desember 2016

prosedur tindakan pengambilan sampel darah

Edit Posted by with No comments

KATA PENGANTAR

Kami panjantkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyusun makalah Hematologi yang berjudul teknik pengambilan sampel darah. Selesainya penyusunan ini berkat bantuan dari berbagai pihak oleh karena itu, pada kesempatan ini kami sampaikan terima kasih dan penghargaan yang terhormat kepada :
1.    Ibu Rusmawati Sitorus S.Pd, S.Kep, MA selaku Direktur Akademi Keperawatan Harum Jakarta
2.    Ibu Ns. Ari Susiani, Mkep selaku wali kelas tingkat II
3.    Ibu Ns.Khotimah,Skep selaku pembimbing mata ajar Hematologi dan telah meluangkan waktu dalam pelaksanaan bimbingan, pengarahan, dorongan dalam rangka penyelesaian penyusunan makalah ini.
4.    Rekan-rekan angkatan XVII Akademi Keperawatan Harum Jakarta
5.    Keluarga tercinta yang telah memberikan dorongan dan bantuann serta pengertian yang besar kepada kami, baik selama mengikuti perkuliahan maupun dalam menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa masih jauh dari kata sempurna, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan dan sebagai umpan balik yang positif demi perbaikan dimasa mendatang. Harapan kami semoga makalah ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang Keperawatan.

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih dan kami berharap makalah ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.


Jakarta,   November 2016


Kelompok 5



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Berdasarkan tabel, dari 69 pasien dengan pengambilan sampel darah secara berurutan didapatkan 28 pasien (20,9%) dengan hasil kultur positif dan 41 pasien(30,6%) negatif. Sedangkan dari 65 pasien dengan pengambilan sampel darah secarabeda waktu didapatkan 22 pasien (16,4%) dengan hasil kultur positif dan 43 pasien(32,1%) negatif. Hal ini menunjukkan bahwa hasil kultur darah positif lebih banyak terjadi pada pasien yang diambil darahnya dengan teknik berurutan. Berbagai macam faktor dapat mempengaruhi hasil penelitian ini. Salah satu diantaranya disebabkan oleh karena sebagian besar pasien ICU yang dipakai sebagaisampel penelitian memiliki kondisi yang lebih buruk atau lebih parah dibandingkan pasien-pasien dari bangsal lain, dimana hal ini dapat dilihat dari diagnosis, tanda vital serta hal-hal lain dari riwayat perjalanan penyakit pasien. Pada kondisi seperti ini, pasien ICU memiliki peluang yang lebih besar untuk dapat ditemukan kuman atau didapatkan hasil positif pada hasil kultur darahnya bila dibandingkan dengan pasien-pasien dari bangsal bedah pria, bedah wanita, maupun bangsal penyakit dalam.

B.       Tujuan
1.      Tujuan Umum
Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Hematologi
2.      Tujuan Khusus
a.    Untuk menambah pengetahuan pengertian pengambilan sampel darah
b.    Untuk mengetahui tentang teknik-teknik dalam pengambilan sampel darah
c.    Untuk menambah pengetahuan tentang tujuan dan prosedur tindakan pengambilan sampel darah




C.      Sistematika Penulisan
Bab I : terdiri dari pendahuluan: latar belakang, tujuan, sistematika penulisan
Bab II : terdiri dari pembahasan : pengertian pengambilan sampel darah, macam-macam, prosedur tindakan dan pendokumentasian.
Bab III : terdiri dari penutup : kesimpulan dan saran
Daftar pustaka.




BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A.      Pengertian
Teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel (Sugiyono, 2001: 56). (Margono, 2004: 125) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan teknik sampling adalah cara untuk menentukan sampel yang jumlahnya sesuai dengan ukuran sampel yang akan dijadikan sumber data sebenarnya, dengan memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi agar diperoleh sampel yang representatif.Untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat berbagai teknik sampling yang digunakan. Secara skematis, menurut (Sugiyono, 2001: 57)

B.       Pengambilan Darah Vena
Pada pengambilan darah vena (venipuncture), contoh darah umumnya diambil dari vena median cubital, pada anterior lengan (sisi dalam lipatan siku). Vena ini terletak dekat dengan permukaan kulit, cukup besar, dan tidak ada pasokan saraf besar. Apabila tidak memungkinkan, vena chepalica atau vena basilica bisa menjadi pilihan berikutnya. Venipuncture pada vena basilica harus dilakukan dengan hati-hati karena letaknya berdekatan dengan arteri brachialis dan syaraf median.
Jika vena cephalica dan basilica ternyata tidak bisa digunakan, maka pengambilan darah dapat dilakukan di vena di daerah pergelangan tangan. Lakukan pengambilan dengan dengan sangat hati-hati dan menggunakan jarum yang ukurannya lebih kecil.
a.         Tujuan
1)        Untuk mendapatkan sampel darah vena yang baik dan memenuhi syarat untuk dilakukan pemeriksaan.
2)        Untuk menurunkan resiko kontaminasi dengan darah (infeksi, needle stick injury) akibat vena punctie bagi petugas maupun penderita.
3)        Untuk petunjuk bagi setiap petugas yang melakukan pengambilan darah (phlebotomy)

b.         Lokasi yang tidak diperbolehkan diambil darah adalah :
1)        Lengan pada sisi mastectomy
2)        Daerah edema
3)        Hematoma
4)        Daerah dimana darah sedang ditransfusikan
5)        Daerah bekas luka
6)        Daerah dengan cannula, fistula atau cangkokan vascular
7)        Daerah intra-vena lines Pengambilan darah di daerah ini dapat menyebabkan darah menjadi lebih encer dan dapat meningkatkan atau menurunkan kadar zat tertentu.
Ada dua cara dalam pengambilan darah vena, yaitu cara manual dan cara vakum. Cara manual dilakukan dengan menggunakan alat suntik (syring), sedangkan cara vakum dengan menggunakan tabung vakum (vacutainer). Beberap
hal penting yang harus diperhatikan dalam pengambilan darah vena adalah :
a.       Pemasangan turniket (tali pembendung)
1)        pemasangan dalam waktu lama dan terlalu keras dapat menyebabkan hemokonsentrasi (peningkatan nilai hematokrit/PCV dan elemen sel), peningkatan kadar substrat (protein total, AST, besi, kolesterol, lipid total)
2)        melepas turniket sesudah jarum dilepas dapat menyebabkan hematoma
b.       Jarum dilepaskan sebelum tabung vakum terisi penuh sehingga mengakibatkan masukknya udara ke dalam tabung dan merusak sel darah merah.
c.       Penusukan
1)        penusukan yang tidak sekali kena menyebabkan masuknya cairan jaringan sehingga dapat mengaktifkan pembekuan. Di samping itu, penusukan yang berkali-kali juga berpotensi menyebabkan hematoma.
2)        tutukan jarum yang tidak tepat benar masuk ke dalam vena menyebabkan darah bocor dengan akibat hematoma
d.      Kulit yang ditusuk masih basah oleh alkohol menyebabkan hemolisis sampel akibat kontaminasi oleh alcohol, rasa terbakar dan rasa nyeri yang berlebihan pada pasien ketika dilakukan penusukan.

C.      Pengambilan Sampel Darah Arteri
adalah pengambilan sampel darah melalui pembuluh darah arteri. Pemeriksaan analisa gas darah dikenal juga dengan nama pemeriksaan “ASTRUP”, yaitu suatu pemeriksaan gas darah yang dilakukan melalui darah arteri. Lokasi pengambilan darah yang umum dilakukan yaitu Arteri radialis, Arteri brachialis dan Arteri Femoralis.

Hal yang perlu diperhatikan
1.         Tindakan pungsi arteri harus dilakukan oleh perawat yang sudah terlatih
2.         Spuit yang digunakan untuk mengambil darah sebelumnya diberi heparin untuk mencegah darah membeku
3.         Kaji ambang nyeri klien, apabila klien tidak mampu menoleransi nyeri, berikan anestesi lokal.
4.         Bila menggunakan arteri radialis, lakukan test allent untuk mengetahui  kepatenan arteri.
5.         Untuk memastikan apakah yang keluar darah vena atau darah arteri, lihat darah yang keluar, apabila keluar sendiri tanpa kita tarik berarti darah  arteri.
6.         Apabila darah sudah berhasil diambil, goyangkan spuit sehingga darah tercampur rata dan tidak membeku.
7.         Lakukan penekanan yang lama pada bekas area insersi (aliran arteri lebih deras daripada vena).
8.         Keluarkan  udara dari spuit jika sudah berhasil mengambil darah dan tutup ujung jarum dengan karet atau gabus.
9.         Ukur tanda vital (terutama suhu) sebelum darah diambil.
10.     Segera kirim ke laboratorium ( sito )



D.      Mengambil Specimen Darah
1.         Pemeriksaan Darah Lengkap (Complete Blood Count / CBC) yaitu suatu jenis pemeriksaaan penyaring untuk menunjang diagnosa suatu penyakit dan atau untuk melihat bagaimana respon tubuh terhadap suatu penyakit. Disamping itu juga pemeriksaan ini sering dilakukan untuk melihat kemajuan atau respon terapi pada pasien yang menderita suatu penyakit infeksi.Pemeriksaan Darah Lengkap terdiri dari beberapa jenis parameter pemeriksaan, yaitu :
a.       Hemoglobin
b.      Hematokrit
c.       Leukosit (White Blood Cell / WBC)
d.      Trombosit (platelet)
e.       Eritrosit (Red Blood Cell / RBC)
f.       Indeks Eritrosit (MCV, MCH, MCHC)
g.      Laju Endap Darah atau Erithrocyte Sedimentation Rate (ESR)
h.      Hitung Jenis Leukosit (Diff Count)
i.        Platelet Disribution Width (PDW)
j.        Red Cell Distribution Width (RDW)
Pemeriksaan Darah Lengkap biasanya disarankan kepada setiap pasien yang datang ke suatu Rumah Sakit yang disertai dengan suatu gejala klinis, dan jika didapatkan hasil yang diluar nilai normal biasanya dilakukan pemeriksaan lanjutan yang lebih spesifik terhadap gangguan tersebut, sehingga diagnosa dan terapi yang tepat bisa segera dilakukan. Lamanya waktu yang dibutuhkan suatu laboratorium untuk melakukan pemeriksaan ini berkisar maksimal 2 jam.
a.         Hemoglobin
Hemoglobin adalah molekul protein pada sel darah merah yang berfungsi sebagai media transport oksigen dari paru paru ke seluruh jaringan tubuh dan membawa karbondioksida dari jaringan tubuh ke paru paru. Kandungan zat besi yang terdapat dalam hemoglobin membuat darah berwarna merah. Dalam menentukan normal atau tidaknya kadar hemoglobin seseorang kita harus memperhatikan faktor umur, walaupun hal ini berbeda-beda di tiap laboratorium klinik, yaitu :
1)        Bayi baru lahir : 17-22 gram/dl
2)        Umur 1 minggu : 15-20 gram/dl
3)        Umur 1 bulan : 11-15 gram/dl
4)        Anak anak : 11-13 gram/dl
5)        Lelaki dewasa : 14-18 gram/dl
6)        Perempuan dewasa : 12-16 gram/dl
7)        Lelaki tua : 12.4-14.9 gram/dl
8)        Perempuan tua : 11.7-13.8 gram/dl
Kadar hemoglobin dalam darah yang rendah dikenal dengan istilah anemia. Ada banyak penyebab anemia diantaranya yang paling sering adalah perdarahan, kurang gizi, gangguan sumsum tulang, pengobatan kemoterapi dan penyakit sistemik (kanker, lupus,dll). Sedangkan kadar hemoglobin yang tinggi dapat dijumpai pada orang yang tinggal di daerah dataran tinggi dan perokok. Beberapa penyakit seperti radang paru paru, tumor, preeklampsi, hemokonsentrasi, dll. 
b.        Hematokrit
Hematokrit merupakan ukuran yang menentukan banyaknya jumlah sel darah merah dalam 100 ml darah yang dinyatakan dalam persent (%). Nilai normal hematokrit untuk pria berkisar 40,7% - 50,3% sedangkan untuk wanita berkisar 36,1% - 44,3%.
Seperti telah ditulis di atas, bahwa kadar hemoglobin berbanding lurus dengan kadar hematokrit, sehingga peningkatan dan penurunan hematokrit terjadi pada penyakit-penyakit yang sama.

c.         Leukosit (White Blood Cell / WBC)
Leukosit merupakan komponen darah yang berperanan dalam memerangi infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri, ataupun proses metabolik toksin, dll.
Nilai normal leukosit berkisar 4.000 - 10.000 sel/ul darah. Penurunan kadar leukosit bisa ditemukan pada kasus penyakit akibat infeksi virus, penyakit sumsum tulang, dll, sedangkan peningkatannya bisa ditemukan pada penyakit infeksi bakteri, penyakit inflamasi kronis, perdarahan akut, leukemia, gagal ginjal, dll

d.        Trombosit (platelet)
Trombosit merupakan bagian dari sel darah yang berfungsi membantu dalam proses pembekuan darah dan menjaga integritas vaskuler. Beberapa kelainan dalam morfologi trombosit antara lain giant platelet (trombosit besar) dan platelet clumping (trombosit bergerombol).
Nilai normal trombosit berkisar antara 150.000 - 400.000 sel/ul darah.
Trombosit yang tinggi disebut trombositosis dan sebagian orang biasanya tidak ada keluhan. Trombosit yang rendah disebut trombositopenia, ini bisa ditemukan pada kasus demam berdarah (DBD), Idiopatik Trombositopenia Purpura (ITP), supresi sumsum tulang, dll.

e.         Eritrosit (Red Blood Cell / RBC)
Eritrosit atau sel darah merah merupakan komponen darah yang paling banyak, dan berfungsi sebagai pengangkut / pembawa oksigen dari paru-paru untuk diedarkan ke seluruh tubuh dan membawa kardondioksida dari seluruh tubuh ke paru-paru.Nilai normal eritrosit pada pria berkisar 4,7 juta - 6,1 juta sel/ul darah, sedangkan pada wanita berkisar 4,2 juta - 5,4 juta sel/ul darah.Eritrosit yang tinggi bisa ditemukan pada kasus hemokonsentrasi, PPOK (penyakit paru obstruksif kronik), gagal jantung kongestif, perokok, preeklamsi, dll, sedangkan eritrosit yang rendah bisa ditemukan pada anemia, leukemia, hipertiroid, penyakit sistemik seperti kanker dan lupus, dll

f.         Indeks Eritrosit (MCV, MCH, MCHC)
Biasanya digunakan untuk membantu mendiagnosis penyebab anemia (Suatu kondisi di mana ada terlalu sedikit sel darah merah). Indeks/nilai yang biasanya dipakai antara lain : 
MCV (Mean Corpuscular Volume) atau Volume Eritrosit Rata-rata (VER), yaitu volume rata-rata sebuah eritrosit yang dinyatakan dengan femtoliter (fl)
MCV =  Hematokrit x 10
Eritrosit
Nilai normal = 82-92 fl
MCH (Mean Corpuscular Hemoglobin) atau Hemoglobin Eritrosit Rata-Rata (HER), yaitu banyaknya hemoglobin per eritrosit disebut dengan pikogram (pg)
MCH = Hemoglobin x 10
  Eritrosit
Nilai normal = 27-31 pg
MCHC (Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration) atau Konsentrasi Hemoglobin Eritrosit Rata-rata (KHER), yaitu kadar hemoglobin yang didapt per eritrosit, dinyatakan dengan persen (%) (satuan yang lebih tepat adalah “gr/dl”)
MCHC = Hemoglobin x 100
Hematokrit
Nilai normal = 32-37 % 

g.         Laju Endap Darah
Laju Endap Darah atau Erithrocyte Sedimentation Rate (ESR) adalah kecepatan sedimentasi eritrosit dalam darah yang belum membeku, dengan satuan mm/jam. LED merupakan uji yang tidak spesifik. LED dijumpai meningkat selama proses inflamasi akut, infeksi akut dan kronis, kerusakan jaringan (nekrosis), penyakit kolagen, rheumatoid, malignansi, dan kondisi stress fisiologis (misalnya kehamilan).
International Commitee for Standardization in Hematology (ICSH) merekomendasikan untuk menggunakan metode Westergreen dalam pemeriksaan LED, hal ini dikarenakan panjang pipet Westergreen bisa dua kali panjang pipet Wintrobe sehingga hasil LED yang sangat tinggi masih terdeteksi.
Nilai normal LED pada metode Westergreen :
h.        Laki-laki : 0 – 15 mm/jam
i.          Perempuan : 0 – 20 mm/jam    


h.         Hitung Jenis Leukosit (Diff Count)
Hitung jenis leukosit digunakan untuk mengetahui jumlah berbagai jenis leukosit. Terdapat lima jenis leukosit, yang masing-masingnya memiliki fungsi yang khusus dalam melawan patogen. Sel-sel itu adalah neutrofil, limfosit, monosit, eosinofil, dan basofil. Hasil hitung jenis leukosit memberikan informasi yang lebih spesifik mengenai infeksi dan proses penyakit.  Hitung jenis leukosit hanya menunjukkan jumlah relatif dari masing-masing jenis sel. Untuk mendapatkan jumlah absolut dari masing-masing jenis sel maka nilai relatif (%) dikalikan jumlah leukosit total dan hasilnya dinyatakan dalam sel/μl. Nilai normal : Eosinofil 1-3%, Netrofil 55-70%, Limfosit 20-40%, Monosit 2-8% 

i.           Platelet Disribution Width (PDW)
PDW merupakan koefisien variasi ukuran trombosit. Kadar PDW tinggi dapat ditemukan pada sickle cell disease dan trombositosis, sedangkan kadar PDW yang rendah dapat menunjukan trombosit yang mempunyai ukuran yang kecil.

j.           Red Cell Distribution Width (RDW)
RDW merupakan koefisien variasi dari volume eritrosit. RDW yang tinggi dapat mengindikasikan ukuran eritrosit yang heterogen, dan biasanya ditemukan pada anemia defisiensi besi, defisiensi asam folat dan defisiensi vitamin B12, sedangkan jika didapat hasil RDW yang rendah dapat menunjukan eritrosit yang mempunyai ukuran variasi yang kecil.

2.             Darah rutin
Pemeriksaan darah rutin meliputi 6 jenis pemeriksaan; yaitu
a.         Hemoglobin / Haemoglobin (Hb)
Nilai normal dewasa pria 13.5-18.0 gram/dL, wanita 12-16 gram/dL, wanita hamil 10-15 gram/dL. Nilai normal anak 11-16 gram/dL, batita 9-15 gram/dL, bayi 10-17 gram/dL, neonatus 14-27 gram/dL
1)        Hb rendah (<10 gram/dL) biasanya dikaitkan dengan anemia defisiensi besi. Sebab lainnya dari rendahnya Hb antara lain pendarahan berat, hemolisis, leukemia leukemik, lupus eritematosus sistemik, dan diet vegetarian ketat (vegan). Dari obat-obatan: obat antikanker, asam asetilsalisilat, rifampisin, primakuin, dan sulfonamid. Ambang bahaya adalah Hb < 5 gram/dL.
2)        Hb tinggi (>18 gram/dL) berkaitan dengan luka bakar, gagal jantung, COPD (bronkitis kronik dengan cor pulmonale), dehidrasi / diare, eritrositosis, polisitemia vera, dan pada penduduk pegunungan tinggi yang normal. Dari obat-obatan: metildopa dan gentamisin.

b.         Hematokrit (Ht)
Nilai normal dewasa pria 40-54%, wanita 37-47%, wanita hamil 30-46%. Nilai normal anak 31-45%, batita 35-44%, bayi 29-54%, neonatus 40-68%. Hematokrit merupakan persentase konsentrasi eritrosit dalam plasma darah. Secara kasar, hematokrit biasanya sama dengan tiga kali hemoglobin.
1)        Ht tinggi (> 55 %) dapat ditemukan pada berbagai kasus yang menyebabkan kenaikan Hb; antara lain penyakit Addison, luka bakar, dehidrasi / diare, diabetes melitus, dan polisitemia. Ambang bahaya adalah Ht >60%.
2)        Ht rendah (< 30 %) dapat ditemukan pada anemia, sirosis hati, gagal jantung, perlemakan hati, hemolisis, pneumonia, dan overhidrasi. Ambang bahaya adalah Ht <15%.

c.         Leukosit: hitung leukosit (leukocyte count) dan hitung jenis (differential count)
Nilai normal 4500-10000 sel/mm3. Neonatus 9000-30000 sel/mm3, Bayi sampai balita rata-rata 5700-18000 sel/mm3, Anak 10 tahun 4500-13500/mm3, ibu hamil rata-rata 6000-17000 sel/mm3, postpartum 9700-25700 sel/mm3. Segala macam infeksi menyebabkan leukosit naik; baik infeksi bakteri, virus, parasit, dan sebagainya. Kondisi lain yang dapat menyebabkan leukositosis yaitu:
1)        Anemia hemolitik
2)        Sirosis hati dengan nekrosis
3)        Stres emosional dan fisik (termasuk trauma dan habis berolahraga)
4)        Keracunan berbagai macam zat
5)        Obat: allopurinol, atropin sulfat, barbiturat, eritromisin, streptomisin, dan sulfonamid.
Leukosit rendah (disebut juga leukopenia) dapat disebabkan oleh agranulositosis, anemia aplastik, AIDS, infeksi atau sepsis hebat, infeksi virus (misalnya dengue), keracunan kimiawi, dan postkemoterapi. Penyebab dari segi obat antara lain antiepilepsi, sulfonamid, kina, kloramfenikol, diuretik, arsenik (terapi leishmaniasis), dan beberapa antibiotik lainnya.
Nilai normal hitung jenis
1)    Basofil 0-1% (absolut 20-100 sel/mm3)
2)    Eosinofil 1-3% (absolut 50-300 sel/mm3)
3)    Netrofil batang 3-5% (absolut 150-500 sel/mm3)
4)    Netrofil segmen 50-70% (absolut 2500-7000 sel/mm3)
5)    Limfosit 25-35% (absolut 1750-3500 sel/mm3)
6)    Monosit 4-6% (absolut 200-600 sel/mm3)
Penilaian hitung jenis tunggal jarang memberi nilai diagnostik, kecuali untuk penyakit alergi di mana eosinofil sering ditemukan meningkat.
1)   Peningkatan jumlah netrofil (baik batang maupun segmen) relatif dibanding limfosit dan monosit dikenal juga dengan sebutan shift to the left. Infeksi yang disertai shift to the left biasanya merupakan infeksi bakteri dan malaria. Kondisi noninfeksi yang dapat menyebabkan shift to the left antara lain asma dan penyakit-penyakit alergi lainnya, luka bakar, anemia perniciosa, keracunan merkuri (raksa), dan polisitemia vera.
2)   Sedangkan peningkatan jumlah limfosit dan monosit relatif dibanding netrofil disebut shift to the right. Infeksi yang disertai shift to the rightbiasanya merupakan infeksi virus. Kondisi noninfeksi yang dapat menyebabkan shift to the right antara lain keracunan timbal, fenitoin, dan aspirin.
d.        Hitung trombosit / platelet count
Nilai normal dewasa 150.000-400.000 sel/mm3, anak 150.000-450.000 sel/mm3.
1)      Penurunan trombosit (trombositopenia) dapat ditemukan pada demam berdarah dengue, anemia, luka bakar, malaria, dan sepsis. Nilai ambang bahaya pada <30.000 sel/mm3.
2)      Peningkatan trombosit (trombositosis) dapat ditemukan pada penyakit keganasan, sirosis, polisitemia, ibu hamil, habis berolahraga, penyakit imunologis, pemakaian kontrasepsi oral, dan penyakit jantung. Biasanya trombositosis tidak berbahaya, kecuali jika >1.000.000 sel/mm3.

e.         Laju endap darah (LED) / erythrocyte sedimentation rate (ESR)
Nilai normal dewasa pria <15 mm/jam pertama, wanita <20 mm/jam pertama. Nilai normal lansia pria <20 mm/jam pertama, wanita <30-40 mm/jam pertama. Nilai normal wanita hamil 18-70 mm/jam pertama. Nilai normal anak <10 mm/jam pertama
1)      LED yang meningkat menandakan adanya infeksi atau inflamasi, penyakit imunologis, gangguan nyeri, anemia hemolitik, dan penyakit  keganasan.
2)      LED yang sangat rendah menandakan gagal jantung dan poikilositosis.

f.         Hitung eritrosit (di beberapa instansi)
Nilai normal dewasa wanita 4.0-5.5 juta sel/mm3, pria 4.5-6.2 juta sel/mm3.. Nilai normal bayi 3.8-6.1 juta sel/mm3, anak 3.6-4.8 juta sel/mm3.
1)      Peningkatan jumlah eritrosit ditemukan pada dehidrasi berat, diare, luka bakar, perdarahan berat, setelah beraktivitas berat, polisitemia, anemiasickle cell.
2)      Penurunan jumlah eritrosit ditemukan pada berbagai jenis anemia, kehamilan, penurunan fungsi sumsum tulang, malaria, mieloma multipel, lupus, konsumsi obat (kloramfenikol, parasetamol, metildopa, tetrasiklin, INH, asam mefenamat)

untuk prosedur telah di catat dan pasien diidentifikasi secara tepat, prosedur tersebut harus di jelaskan  kepada pasien. Surat ijin yang di tandatangani harus di dapatkan, jika perlu. Informasi yang paling penting bagi pasien adalah deskripsi tentang  sensai yang mereka rasakan selama prosedur di lakukan. 1,2 pasien harus di dorong mengajukan setiap dan semua pertanyaan tentang prosedur yang akan di lakukan, bahkan hal – hal yang tampak sepele, diskripsi tentang sensai nyeri dan juga sensasi tidak nyeri yang mungkin di alami selama prosedur seperti keketatan akibat pemaasangan turnikeet harus di jelaskan. Karena, tabu beberapa  pasien mungkin malu tentanf pengambilan ekskreta tubuh, seperti feses atau urine. Sensitivitas selama penjelasan, memilih istilah berhati – hati, dan perlindungan terhadap privasi pasien mengurangi kecanggungan social yang di hadapi dalam pengambilan specimen.
Dalam mengambil specimen darah atau cairan tubuh, PPK harus mengantisipasi darah atau cairan tubuh sendiri dan pakai pakaian terpanjang dengan darah atau cairan tubuh pasien selama proses pengambilan specimen tersebut. Lebih banyak bantuan yang di perlukan pasien selama pengambilan specimen, PPK harus lebih waspada terhadap proteksi diri. Tindakan pencegahan standar untuk mencegah penularan pathogen harus selalu diterapkan untuk mengambil semua specimen ( lihat bab Mencuci tangan peralatan proteksi perorang ( mis… sarung tangan ) dan pencegahan cedera diri dengan benda tajam atau peralatan yang terkontaminasi adalah metode proteksi utama.
Untuk mengambil specimen untuk analisa laboraturium, PPK harus mengetahui tujuan analisa dan memahami jumblah yang tepat cara yang benar agar mendapatkan, membawa, dan menyimpan specimen tersebut. Dengan mengetahui tujuan pengambilan specimen, PPK dan mengindari bahaya – bahaya mengintepresikan arti dari hasil yang di dapatkan.
Selain itu PPK harus tau bagaimana menyimpan dan merawat sebelum, selama, dan setelah pengambilan specimen. Apakah pasien memerlukan bantuan untuk posisi, kenyamanan, bernapas, atau mengontrol otot selama pengambilan specimen.
PPK harus mencatat waktu dan tanggal saat prosedur pengambilan specimen di lakukan, mengambil specimen yang telah di ambil, membiarkan respons pasien terhadap pengambilan specimen, memperhatikan kebutuhan atau kejadian yang tidak biasa pada catatan kesehatan pasien.

E.       Jenis tabung sampel darah yang digunakan dalam praktek laboratorium klinik adalah sebagai berikut :
1.    Tabung tutup merah. Tabung ini tanpa penambahan zat additive, darah akan menjadi beku dan serum dipisahkan dengan pemusingan. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan kimia darah, imunologi, serologi dan bank darah (crossmatching test).
2.    Tabung tutup kuning. Tabung ini berisi gel separator (serum separator tube/SST) yang fungsinya memisahkan serum dan sel darah. Setelah pemusingan, serum akan berada di bagian atas gel dan sel darah berada di bawah gel. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan kimia darah, imunologi dan serologi.
3.    Tabung tutup hijau terang. Tabung ini berisi gel separator (plasma separator tube/PST) dengan antikoagulan lithium heparin. Setelah pemusingan, plasma akan berada di bagian atas gel dan sel darah berada di bawah gel. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan kimia darah.
4.    Tabung tutup ungu atau lavender. Tabung ini berisi EDTA. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan darah lengkap dan bank darah (crossmatch).
5.    Tabung tutup biru. Tabung ini berisi natrium sitrat. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan koagulasi (mis. PPT, APTT).
6.    Tabung tutup hijau. Tabung ini berisi natrium atau lithium heparin, umumnya digunakan untuk pemeriksaan fragilitas osmotik eritrosit, kimia darah.
7.    Tabung tutup biru gelap. Tabung ini berisi EDTA yang bebas logam, umumnya digunakan untuk pemeriksaan trace element (zink, copper, mercury) dan toksikologi.
8.    Tabung tutup abu-abu terang. Tabung ini berisi natrium fluoride dan kalium oksalat, digunakan untuk pemeriksaan glukosa.
9.    Tabung tutup hitam ; berisi bufer sodium sitrat, digunakan untuk pemeriksaan LED (ESR).
10.         Tabung tutup pink ; berisi potassium EDTA, digunakan untuk pemeriksaan imunohematologi.
11.         Tabung tutup putih ; potassium EDTA, digunakan untuk pemeriksaan molekuler/PCR dan bDNA.
12.         Tabung tutup kuning dengan warna hitam di bagian atas ; berisi media biakan, digunakan untuk pemeriksaan mikrobiologi - aerob, anaerob dan jamur

Beberapa hal penting dalam menampung sampel darah adalah :
1.             Darah dari syring atau suntikan harus dimasukkan ke dalam tabung dengan cara melepas jarum lalu mengalirkan darah perlahan-lahan melalui dinding tabung. Memasukkan darah dengan cara disemprotkan, apalagi tanpa melepas jarum, berpotensi menyebabkan hemolisis. Memasukkan darah ke dalam tabung vakum dengan cara menusukkan jarum pada tutup tabung, biarkan darah mengalir sampai berhenti sendiri ketika volume telah terpenuhi.
2.             Homogenisasi sampel jika menggunakan antikoagulan dengan cara memutar-mutar tabung 4-5 kali atau membolak-balikkan tabung 5-10 kali dengan lembut. Mengocok sampel berpotensi menyebabkan hemolisis.
3.             Urutan memasukkan sampel darah ke dalam tabung vakum adalah : pertama - botol biakan (culture) darah atau tabung tutup kuning-hitam kedua - tes koagulasi (tabung tutup biru), ketiga - tabung non additive (tutup merah), keempat - tabung tutup merah atau kuning dengan gel separator atau clot activator, tabung tutup ungu/lavendet (EDTA), tabung tutup hijau (heparin), tabung tutup abu-abu (NaF dan Na oksalat).

F.       Jenis   pemeriksaan  kadar  glukosa  darah
1.    Glukosa  darah   puasa
Pengambilan darah  harus dilakukan  di waktu pagi
Pasien  diminta untuk  puasa  selama 10-16 jam sebelum  pengambilan darah( umumnya  puasa  dimulai antara jam 21.00 – 22.00 )
Selama puasa  diperbolehkan  minum air tawar / air putih
Darah  diambil antara  jam 07.00  –  08.00 pagi

2.    Glukosa  darah  2 jam  sesudah  makan ( 2 jam post prandial )
Pengambilan darah  dilakukan  2 jam  tepat  sesudah selesai makan
Pengambilan darah tidak harus  di waktu pagi
Pasien dalam pengobatan DM, tidak diperbolehkan menghentikan pengobatan pada  waktu pemeriksaan.Pasien dalam  pengobatan  sebaiknya  melakukan pemeriksaan  waktu pagi,( minum obat atau suntik insulin, kemudian makan dan 2 jam kemudian diambil darah )
Faktor yang harus diperhatikan pada waktu pengambilan sampel :
a.       Tabung/botol penampung : bersih, kering dan bertutup. Semprit/lanset : bersih, kering dan steril.
b.      Label pada tabung/botol penampung : nama, umur, tanggal, nomor register dan waktu pengambilan
c.       Antikoagulan, bahan pengawet : tgt. jumlah dan macam sampel.
d.      Desinfeksi kulit : alkohol 70% atau betadin.
e.       Vena : jangan diambil pada lini vena yang sedang diinfus.
f.       Stasis vena
g.       Posisi tubuh
h.      Hindari hemolisis
i.        Darah kapiler : jangan memijit/memeras  ujung jari terlalu keras.
Faktor yang harus diperhatikan sesudah pengambilan sampel :
a.       Pengawet/antikoagulan harus dicampur dengan baik.
b.      Formulir permintaan laboratorium yang jelas.
c.       Pengiriman secepatnya.
d.      Darah penuh (whole blood) tidak boleh disimpan

G.      Prosedur Pemeriksaan Analisa Gas Darah
1.      Definisi :
Adalah pengambilan darah melalui pembuluh darah arteri.
2.      Tujuan :
a.         Menilai tingkat keseimbangan asam basa.
b.         Mengetahui kondisi fungsi pernafasan dan kardiovaskuler.
c.         Menilai kondisi fungsi metabolisme tubuh.
3.        Komplikasi
            a.          Perdarahan.
            b.         Cedera saraf.

4.    Prosedur Pengambilan Darah Untuk Pemeriksaan Analisa Gas Darah
A.      Peralatan
1)        Spuit 2 ml dengan jarum No.22 atau No.25 (anak-anak) dan No.20 atau 21 (dewasa).
2)        Heparin.
3)        Penutup jarum (gabus).
4)        Kaca steril.
5)        Cairan desinfektan.
6)        Wadah berisi air.
7)        Tabung dengan warna yang disesuaikan
8)        Sarung tangan sekali pakai

B.       Prosedur Pelaksanaan :
1)        Mencuci tangan.
2)        Menjelaskan tujuna pengambilan darah arteri pada klien.
3)        Mengukur suhu dan jumlah pernafasan klien.
4)        Mencatat O2 yang diberikan.
5)        Spuit diheparin dengan menghisap heparin sampai membasahi seluruh spuit lalu dengan posisi tegak lurus, semprotkan semua heparin dan udara keluar.
6)        Meraba arteri radialis, brachialis, atau femoralis.
7)        Palpasi adanya arteri ulnaris sebelum menusuk arteri radialis.
8)        Melakukan tes alen.

C.       Pada Klien Dasar
1)         Menekan arteri radialis dan ulnaris pada pergelangan tangan secara bersama-sama.
2)        Menginstruksikan klien mengepat dan membuka kepala berkali-kali.
3)        Menurunkan tangan klien sambil menekan arteri radialis (tekanan pada arteriunaris dilepaskan) dan perhatikan warna kulit menjadi normal.
4)        Meraba kembali arteri radialis dan palpasi pulsasi yang paling keras dengan menggnakan jari tangan dan telunjuk.
5)        Mendesinfektan kulit dan jari-jari.
6)        Jarum disuntikan ke arteri radialis dengan sudut 45-60 derajata. Bila jarum masuk kedalam arteri darah akan keluar tanpa spuit di isap dan warna darah yang keluar merah matang.
7)        Serelah darah terisap (kira-kira 2 cc) tarik spuit dan tekan bekas tusukan arteri 5-10 menit. Bila klien mendapat heparin tekan selama 15 menit lalu tekan dengan balutan.
8)        Menususkkan jarum spuit pada gabus atau karet.
9)        Meletakkan spuit pada wadah berisi es atau segera kirim ke laboraturium.
10)    Mencatat set ventilator, jumlah oksigen yang didapat pada saat darah arteri di ambil.
11)    Mengirim segera darah tersebut (dalam baskom berisi es)ke laboraturium.
12)    Melapisi nadi (setelah distal tempat pengambilan darah), observasi tempat penyuntikan dan kaji apakah tangan dingin, kebas, tidak rasa atau perubahan warna.

D.      Sikap
1)        Melakukan tindakan dengan sistematis.
2)        Komunikatif dengan klien.
3)        Percaya diri.

E.       Hal-hal yang perlu diperhatikan saat melakukan tindakan AGD
1)        Pasien menerima oksigen, pastikan terapi oksigen telah berjalan sekurang-kurangnya 15 menit sebelum mengambil gas darah. Indikasikan pada slip lab, jumlah dan tipe terapi oksigen yang diterima pasien. Catat suhu pasien, level Hb, dan RR terbaru. JIka pasien memakai ventilator mekanik, catat fraksi inspirasi oksigen dan tidal volume.
2)        Pasien tidak memakai O2, indikasikan jika pasien bernafas dengan udara ruangan.
3)        Pasien baru saja memakai nebulizer, tunggu hingga 20 menit sebelum mengambil sampel. Konsentrasi oksigen harus tetap konstan selama 20 menit sebelum pengambilan sampel.
4)        Jika order secara spesifik tanpa oksigen, maka matikan gas selama 20 menit sebelum pengambilan sampel agar hasilnya akurat.
5)        Saat menarik spuit untuk mengambil sampel, jika ada tahanan. Ubah posisi ekstremitas yang dilakukan tindakan dan cek area tusukan. Lanjutkan pengambilan darah, jika masih ada tahanan, beritahukan dokter.
6)        Jika spesimen yang diambil gelap, darah yang gelap artinya mungkin vena telah terakses, atau darah sangat kurang oksigen. Pastikan dari mana specimen diambil apakah dari arterial line. Juga cek level saturasi oksigen untuk mengevaluasi hipoksemia. Pastikan bahwa arterilah yang telah ditusuk sebelum membawa sampel ke lab.
7)        Sampel tidak akan diterima oleh laboratorium kecuali jarum suntik diberi label, kantong es diberi label, dan permintaan selesai. Untuk dianggap lengkap, permintaan harus berisi nama pasien, nomor pendaftaran, tanggal lahir atau usia, pemesanan dokter, waktu ditarik, F1O2 dan suhu pasien.

H.      Hal-hal yang harus dicatat setelah tindakan (dokumentasi)
Catat identitas pasien, nama dokter yang memberi order, waktu pengambilan sampel, jumlah sampel yang diambil, suhu pasien, area tusukan, catat waktu yang diterapkan pada area untuk mencegah perdarahan, tentukan tipe dan jumlah untuk terapi oksigen jika pasien menerima terapi. Catat respon klien. Tanda tangan dan nama perawat yang melaksanakan tindakan.


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Pengambilan spesimen darah merupakan tugas dari petugas laboratorium akan tetapi dalam kenyataanya semua dilakukan oleh perawat. Hal ini dikarenakan  banyaknya klien di instalasi gawat darurat yang datang secara mendadak. Untuk itu diperlukan adanya suatu pengalaman yang lebih dari perawat untuk mengambil spesimen darah untuk pemeriksaan laboratorium. Hal ini untuk mencegah spesimen darah tersebut mengalami hemolisis. Ada beberapa cara untuk teknik pengambilan spesimen darah diantaranya dengan venapuncture dan intravena keteter. Venapuncture adalah suatu cara penggambilan darah yang dilakukan pada pembuluh darah vena, sedangkan intravena kateter hampir sama dengan venapunture akan tetapi darah yang diambil tidak langsung berasal dari jarum yang langsung mengenai pembuluh darah, melainkan berasal dari vena cateter yang terlebih dahulu dimasukkan dan di sambungkan dengan tabung. Dari kedua cara tersebut harus dilakukan sesuai prosedur bila tidak darah tersebut bisa hemolisis (pecah) sehingga harus dilakukan pemeriksaan ulang. Faktor utama penyebab hemolisis diantaranya ukuran kateter intravena, tekanan di dalam kulit, guncangan tabung yang berlebihan dan gerakan tambahan  pada ekstremitas.

B.     Saran
1.      Mahasiswa-mahasiswi
Mahasiswa dan mahasiswi dapat mengerti tentang Hematologi khususnya teknik pengambilan sampel darah
2.      Institusi
Institusi dapat memfasilitasi dengan fasilitas yang memadai sehingga dapat mendukung tercapainya makalah yang baik dan benar


DAFTAR PUSTAKA

Rosyidi,Kholid.2013.Prosedur Praktik Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta:TIM



0 komentar:

Posting Komentar