BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perut
adalah tempat untuk melakukan Auskultasi untuk memastikan kehadiran aktif suara
bising usus. Usus mungkin akan menunjukkan obstruksi dan cekikan. Untuk
meraba Hernia, dokter atau perawat dengan lembut memeriksa cincin dan isinya,
dengan memasukkan jari di cincin dan mencatat setiap perubahan ketika pasien
batuk. Perawat tidak boleh memaksa pasien Hernia untuk mengurangi frekuensi
batuk pasien, sebagai manuver ini dapat menyebabkan pecahnya usus yang
terjepit. (Oswari E. Bedah dan Perawatannya. Jakarta: PT
Gramedia,1993)
Kata
hernia pada hakekatnya berarti “penonjolan suatu kantong peritoneum, suatu
organ atau lemak praperitoneum melalui cacat kongenital atau akuisita dalam
parietes muskuloaponeurotik dindin abdomen, yang normalnya tak dapat dilewati”.
Hernia merupakan keadaan yang lazim terlihat oleh semua dokter; sehingga
pengetahuan umum tentang manifestasi klinis, gambaran fisik dan penatalaksanaan
hernia penting.
Sementara
dalam tahun-tahun lampau, banyak hernia diterapi dengan terapi penunjang, namun
pada saat ini hampir semua hernia dikoreksi dengan pembedahan, kecuali bila ada
kontraindikasi bermakna yang menolaknya. Hernia timbul dalam sekitar 1,5%
porpulasi umum di Amerika Serikat, dan 537.000 hernia diperbaiki dengan
pembedahan pada tahun 1980. Sebagian besar hernia timbul dalam regio inguinalis
dengan sekitar 50% dari ini merupakan hernia ingunalis indirek dan 25% sebagai
hernia inguinalis direk. Hernia insisional (termasuk hernia ventralis)
merupakan sekitar 10% dari semua hernia, hernia femolaris sekitar 5% dan hernia
umbilikalis 3%; hernia yang jarang timbul. Jika pada masa lalu kekambuhan pasca
bedah merupakan masalah, sekarang hal ini sudah jarang terjadi, dengan
perkecualian hernia berulang atau hernia besar yang memerlukan penggunaan
materi prostesis.
(Sabiston,
1994)
B. Tujuan
1. Tujuan
Umum
Untuk memenuhi salah satu tugas
keperawatan medikal bedah pre dan pos
2. Tuhuan
Khusus
a. Untuk
menambah pengetahuan pengertian hernia
b. Untuk
mengetahui tentang klasifikasi hernia menurut letaknya menurut terjadinya, dan
menurut sifatnya.
c. Untuk
menambah pengetahuan tentang asuhan keperawatan pre pos hernia
C. Sistematika Penulisan
Bab
I : terdiri dari pendahuluan: latar belakang, tujuan, sistematika penulisan
Bab
II : terdiri dari pembahasan :
Bab
III : terdiri dari penutup : kesimpulan dan saran
Daftar
pustaka.
BAB
II
TINJAUAN
TEORITIS
A.
Pengertian
Hernia
adalah penonjolan sebuah organ, jaringan atau struktur melewati dinding rongga
yang secara normal memang berisi bagian-bagian tersebut. Hal ini seringkali
disebut “ruptur”. Hernia abnominal cenderung terjadi pada kelemahan struktural
yang di dapat atau kongenital atau trauma pada dinding abnominal, yang terjadi
karena peningkatan tekanan intraabdomen akibat dari mengangkat benda berat,
obesitas, kehamilan, mengejan, batuk atau kedekatannya dengan tumor. Banyak
jenis hernia abdominal yang terjadi, di klasifikasikan berdasarkan tempat. (Sandra
M.Nettina, 2002)
Hernia merupakan prostrusi atau
penonjolan isi suatu ronga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga
bersangkutan. Pada hernia badomen isi perut menonjol melalui defek atau bagian
lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding perut. Hernia teridiri atas
cicin kantonng dan isis hernia. Berdasarkan terjadinya hernia dibagi atas
hernia bawaan atau congenital dan hernia dapatan atau akuisita letak hernia:
pentral (1), epgastrik (2), umbilical (3), inguinal indirek/lateral (4), a.v
epigastrika inferior (5), inguinal direk/media (6), a.v femoralis (7), femoral
(8), obturatoria perineal (9), rectum (10), perineal (11), iskiadika (12), m.
Performis (13), a.v iliaka komunis kiri (14). Lumbal (petit, grynfelt) (15),
aorta (16), hiatus diagfragma (17), v.kava inferior
(Amin Huda Nurrarif dan Hardhi
Kusuma, 2015)
Hernia diskus (cakram)
intervertebralis (HNP) merupakan penyebab utama nyeri punggung bawah yang
berat, kronik dan berulang (kambuh). Herniasi dapat parsial atau komplet, dari
masa nukleus pada daerah vertebra L4-L5. L5-S1 atau C5-C6, C6-C7 adalah yang
paling banyak terjadi dan mungkin sebagai dampak trauma atau perubahan
degenaratif yang berhubungan dengan proses penuaan.
(Marliynn E Doenges, 320 )
B.
Etiologi
Hernia
dapat disebabkan oleh beberapa hal yaitu :
1.
Kongenital
disebabkan kelemahan pada otot merupakan salah satu faktor resiko yang
berhubungan dengan faktor peningkatan tekanan intra abdomen. Kelemahan otot
tidak dapat dicegah dengan cara olahraga atau latihan-latihan.
2.
Obesitas
adalah salah satu penyebab peningkatan tekanan intra-abdomen karena banyaknya
lemak yang tersumbat dan perlahan-lahan mendorong peritoneum. Hal ini dapat
dicegah dengan pengontrolan berat badan.
3.
Pada
Ibu hamil biasanya ada tekanan intra-abdomen yang meningkat terutama pada
daerah rahim dan sekitarnya.
4.
Mengedan
juga dapat menyebabkan peningkatan tekanan intra-abdomen
5.
Dan
terlalu seringnya mengangkat beban berat
C. Patofisiologi
Hernia Inguinalis dibagi lagi menjadi Hernia direct
dan Hernia indirect. Hernia Inguinalis indirect yang paling jenis umum dan
biasanya mempengaruhi laki-laki. Hernia Inguinalis indirect disebabkan oleh
penutupan saluran yang berkembang sebagai testis turun ke dalam skrotum sebelum
kelahiran. Sebuah kantung yang berisi peritoneum, usus, atau omentum muncul
melalui cincin Inguinalis dan mengikuti spermatika kabel melalui Kanalis
Inguinalis. Sering turun ke dalam skrotum. Meskipun tidak langsung Hernia
inguinalis cacat bawaan, mereka seringkali tidak menjadi jelas sampai dewasa,
ketika peningkatan tekanan intra-abdomen dan pelebaran dari cincin inguinalis
memungkinkan isi perut untuk memasuki saluran tersebut.
Hernia Inguinalis direct selalu cacat yang diperoleh
hasil dari kelemahan dinding Inguinal posterior. Hernia Inguinalis langsung
terjadi lebih sering pada orang dewasa yang lebih tua. Hernia Femoral cacat
juga diperoleh di mana kantung peritoneal menonjol melalui cincin femoral.
Hernia ini biasanya terjadi pada obesitas atau wanita hamil.
Hernia Inguinalis seringkali tidak menghasilkan gejala
dan ditemukan selama pemeriksaan fisik rutin. Hanya mungkin menghasilkan
benjolan, bengkak, atau tonjolan di selangkang, terutama dengan mengangkat atau
tegang. Pasien laki-laki biasanya terdapat pengalaman baik nyeri atau rasa
nyeri yang memancar\Collaborative Care ke dalam skrotum, meskipun hanya dapat
dirasakan dengan peningkatan tekanan intra-abdomen (seperti yang terjadi selama
batuk) dan dalam vagina dari skrotum ke arah cincin inguinal.
Jika Hernia Inguinalis dapat dikembalikan, isi kantung
kembali ke rongga perut, baik secara spontan sebagai tekanan intra-abdomen
berkurang (seperti dengan berbaring) atau dengan tekanan manual. Beberapa
komplikasi yang terkait dengan Hernia direduksi. Bila isi hernia tidak dapat
dikembalikan ke rongga perut, itu dikatakan dapat diminimalkan atau dipenjara.
Isi Hernia yang dipenjara terjebak, biasanya dengan leher yang sempit atau
membuka ke hernia. Penahanan meningkatkan risiko komplikasi, termasuk obstruksi
dan cekikan.
Jika suplai darah ke isi Hernia terganggu, hasilnya
adalah Hernia terjepit. Komplikasi ini dapat mengakibatkan infark usus yang
terkena bencana dengan rasa sakit yang parah dan perforasi dengan kontaminasi
dari rongga peritoneal. Perwujudan dari sebuah Hernia terjepit meliputi nyeri
dan distensi perut, mual, muntah, takikardia, dan demam
D.
Manifestasi
Klinis
1. Berupa
benjolan keluar masuk/keras dan yang tersering tampak benjolan dilipat paha
2. Adanya
rasa nyeri pada daerah benjolan bila isinya terjepit disertai perasaan mual.
3. Terdapat
gejala mual dan muntah atau distensi bila telah ada komplikasi.
4. Bila
terjadi hernia inguinalis stragulata perasaan sakit akan bertambah hebat serta
kulit diatasnya menjadi merah dan panas.
5. Hernia
femoralis kecil mungkin berisi dinding kandung kencing sehingga menimbulkan
gejala sakit kencing (disuria) disertai hematuria (kencing darah) disamping
benjolan dibawah sela paha.
6. Hernia
diafragmatika menimbulkan perasaan sakit didaerah perut disertai sesak nafas.
7. Bila
pasien mengejan atau batuk maka benjolan hernia akan bertambah besar.
E.
Komplikasi
1.
Hernia berulang
2.
Kerusakan pada pasokan darah, testis
atau saraf jika pasien laki-laki
3.
Pendarahan yang berlebihan/ infeksi luka
bedah
4.
Luka pada usus( jika tidak hati-hati)
5.
Setelah herniografi dapat terjadi
hematoma
F.
Klasifikasi
1. Hernia menurut letaknya
a. Hernia
hiatal adalah kondisi dimana kerongkongan (pipa tenggorokan) turun, melewati
diafragma melalui celah yang disebut hiatus sehingga sebagian perut menonjol
kedada toraks.
b. Hernia
epigastrik terjadi diantara pusar dan bagian bawah tulang rusuk digaris tengah
perut. Hernia epigastrik biasanya terdiri dari jaringan lemak dan jarang yang
berisi usus. Terbentuk dibangian dinding perut yang relatif lemah hernia ini
sering menimbulkan rasa sakit dan tidak dapat didorong kembali kedalam perut
ketika pertama kali ditemukan.
c. Hernia
umbilikal berkembang didalam dan sekitar umbilikus (pusar) disebabkan bukaan
pada dinding perut, yang biasanya menutup sebelum kelahiran, tidak menutup
sepenuhnya. Orang Jawa sering menyebutnya ”wudel bodong” jika kecil (kurang dari satu sentimeter) ,
hernia jenis ini biasanya menutup secara bertahap sebelum usia 2 tahun.
d. Hernia
inguinalis adalah hernia yang paling umum terjadi dan muncul sebagai tonjolan
diselangkangan atau skrotum. Orang awam biasanya menyebutkan “turun bero”
atau”hernia”. Hernia inguinalis terjadi ketika
dinding abdomen berkembang sehingga usus menerobos kebawah melalui
celah. Jika anda merasa ada benjolan dibawah perut yang lembut, kecil dan
sedikit nyeri dan bengkak, anda mungkin terkena hernia ini. Hernia tipe ini
lebih sering terjadi pada laki-laki dibanding perempuan.
e. Hernia
femoralis muncul sebagai tonjolan dipangkal paha. Tipe ini lebih sering terjadi
pada perempuan dibanding pria.
f. Hernia
insisional dapat terjadi melalui luka pasca operasi perut. Hernia ini muncul
sebagai tonjolan disekitar pusar yang terjadi ketika otot sekitar pusar tidak
menutup sepenuhnya.
g. Hernia
nukleus pulposi (HNP) adalah hernia yang melibatkan cakram tulang belakang.
Diantara setiap tulang belakang ada diskus intervertebralis yang menyerap goncangan
cakram dan meningkatkan elastisitas dan mobilitas tulang belakang. Karena
aktivitas dan usia, terjadi herniasi diskus intervertebralis menyebabkan saraf
terjepit. NHP umumnya terjadi di punggung bawah pada tiga vertebra lumbar
bawah.
2. Hernia berdasarkan terjadinya
a. Hernia
bawaaan atau kongenital, patogenesa pada jenis hernia inguinalis lateralis
(indirek) : kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan
ke-8 kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanan tersebut. Penurunan
testis tersebut akan menarik peritonium kedaerah skrotum sehingga terjadi
penonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalisperitonei. Pada
bayi yang sudah lahir, umumnya prosesusini telah mengalami obliterasi sehingga
isi rongga perut tidak dapat melalui kannlis tersebut . namun dalam beberapa
hal, kanalis ini tidak menutup. Karena testis kiri turun terlebih dahulu, maka
kanalis inguinalis kanan lebih sering terbuka. Bila kanalis kiri terbuka maka
biasanya yang kanan juga terbuka. Dalam keadaan normal kanalis yang terbuka ini
akan menutup pada usia dua bulan. Bila prosesus terbuka terus (karena tidak
mengalami obliterasi) akan timbul hernia inguinalis lateralis kongenital. Pada
orang tua kanalis tersebut telah tertutup. Namun karena merupakan lokus minoris
resistensi, maka pada keadaan yang menyebabkan tekanan intra-abdominal
meningkat, kanal tersebut dapat terbuka kembali
dan timbul hernia inguinalis lateralis akuisita.
b. Hernia
dapatan atau akuisita, yakni hernia yang timbul karena berbagai faktor 3.
hernia menurut sifatnya
a. Hernia
reponibel/reducible, yaitu bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika
berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk tidak
ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.
b. Hernia
ireponibel, yaitu bila isi kantung hernia tidak dapat dikembalikan kedalam
rongga. Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritonium
kantong hernia. Hernia ini disebut juga hernia akreta (accretus= perlekatan
karena fibrosis). Tidak ada keluhan rasa nyeri ataupun tanda sumbatan usus.
c. Hernia
strangulata atau inkarserata, yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia
inkarserata berarti isi kantong terperangkap, tidak dapat kembali ke rongga
perut disertai akibatnya yang berupa gangguan pasase atau vaskularisasi. Secara
klinis “hernia inkarserata” lebih dimaksudkan untuk hernia ireponibel dengan gangguan pasase,
sedangkan gangguan vaskularisasi disebut sebagai “hernia strangulata”. Hernia
strangulata mengakibatkan nekrosis dari isi abdomen didalamnya karena tidak
mendapat darah akibat pembuluh pemasoknya terjepit. Hernia jenis ini merupakan
keadaan gawatdarurat karenanya perlu mendapat pertolongan segera.
G.
Pemeriksaan
Penunjang
1. Sinar
X abdomen menunjukan abnormalnya kadar gas dalam usus/obstruksi usus.
2. Hitung
darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukan hemokonsentrasi
(peningkatan hematokrit), peningkatan sel darah putih dan ketidakseimbangan
elektrolit.
H.
Penatalaksanaan
Penanganan herni ada
dua macam:
1.
Konservatif
Pengobatan
konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian penyangga
atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah diresposisi. Bukan
merupakan tindakan definitive sehingga dapat kambuh kembali. Terdiri dari:
a. Reposisi,
adalah suatu usaha untuk mengembalikan isi hernia kedalam vakum peritoni atau
abdomen. Reposisi dilakukan secara bimanual.reposisi dilakukan pada pasien
dengan hernia reponibilis dengan memakai dua tangan. Repisisi tidak dilakukan
untuk hernia inguinalis strangulata kecuali pada anak-anak.
b. Suntikan,
dilakukan cairan sklerotik berupa alkohol atau kinin didaerah sekitar hernia,
yang menyebabkan pintu hernia mengalami sclerosis atau penyempitan sehingga isi
hernia keluar dari vakum peritonii.
c. Sabuk
hernia, diberikan pada pasien yang hernia masih kecil dan menolak dilakukan
operasi.
2.
Operatif
Operasi hernia
dilakukan dalam tiga tahap:
a. Herniotomy,
membuka dan memotong kantong hernia serta mengembalikan isi hernia ke vakum
abdominalis.
b. Hernioraphy,
mulai dari mengikat leher hernia dan menggantungkannya pada conjoint tendon
(penebalan antara tepi bebas m.obliquus intra abdominalis dan m.transversus
abdominalis yang berinsersio di tuberculum pubicum)
c. Hernioplasty,
menjahitkan conjoint tendon pada ligamentum inguinale agar LMR hilang/tertutup
dan dinding perut jadi lebih kuat karena tertutup otot
I.
Manajemen
kolaboratif
1. Intervensi Terapeutik
Jika
hernia dapat dikurangi dan pasien adalah calon pasien bedah yang buruk, sebuah truss/penompang (bantalan dan sabuk) dapat dipasang dengan tepat di atas area
hernia untuk mencegah visera untuk ke dalam kantong hernia. Alat yang hampir
sama tersedia untuk hernia parasetamol yang dapat dikurangi.
2. Intervensi bedah
a. Pembedahan
dianjurkan untuk memperbaiki defek dan mencegah strangulasi.
Prosedur- prosedurnya meliputi.
b. Herniorafi-
pengangkatan kantong hernia; isinya dikembalikan lagi ke abdomen; lapisan otot
dan fasia di jahit; dapat dilakukan melalui laparoskopi pada pasien rawat inap.
c. Hernioplasti-melibatkan
penjahitan penguatan, untuk memperbaiki hernia yang meluas.
d. Reseksi
usus untuk usus yang iskemik bersamaan dengan perbaikan hernia pada
terstrangulasi
Intervensi Keperawatan
Pemantauan
a.
Pantau tanda-tanda obstruksi usus,
komplikasi umum.
b.
Pantau pasien pascaoperasi akan adanya tanda
dan gejala infeksi: demam, mengigil, malaise, diaforesis.
Perawatan Penunjang
a.
Jika di intruksikan pakaikan trus atau
sabuk pada pasien jika hernia dikurangi. Anjurkan pasien untuk memakai truss di
bawah pakaian, dan untuk memakainya sebelum turun dari tempat tidur di pagi
hari, jika hernia dikurangi.
b.
Tempatkan pasien pada posisi
Trendelenburg untuk mengurangi tekanan pada hernia
c.
Laporkan dengan segera tanda-tanda
inkarserasi dan strangulasi hernia. Jaga agar pasien tetap puasa dan masukan
selang nasogastrik seperti yang diarahkan untuk mengurangi tekanan pada kantong
hernia
d.
Pada pascaoperasi, minta pasien untuk
membelat area insisi dengan tangan atau bantal ketika batuk untuk mengurangi
nyeri dan melindungi area tersebut dari peningkatan tekanan intraabdominal
e.
Berikan analgesik
f.
Periksa skrotum atau labia akan adanya
pembengkakkan setelah hernia inguinal diperbaiki, dan berikan kompres es serta
tindakan kenyamanan lainnya.
g.
Anjurkan ambulasi segera setelah
diizinkan
h.
Beri tahukan pada pasien bahwa kesulitan
berkemih adalah hal yang umum setelah pembedahan;anjurkan banyak minum untuk
meningkatkan eliminasi.
i.
Periksa balutan akan adanya drainase dan
insisi akan adanya kemerahan dan pembengkakkan; laporkan tanda-tanda infeksi
j.
Berikan antibiotik.
J.
Asuhan
Keperawatan
1. Pengkajian
Dasar data pengkajian pasien pre operasi
Dasar data pengkajian pasien pre operasi
Data
yang diperoleh/ yang dikaji tergantung pada tempat terjadinya, beratnya, apakah
akut/kronik, pengaruh terhadap struktur disekelilingnya dan banyaknya akar
saraf yang terkompresi (tertekan).
AKTIVITAS/ISTIRAHAT
Gejala :riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat
benda berat, duduk, mengemudi dalam waktu lama.
Membutuhkan
papan/matras gerak dari ekstremitas pada salah satu bagian tubuh.
Penurunan
rentang gerak dari ekstremitas pada salah satu bagian tubuh.
Tidak
mampu melakukan aktivitas yang biasanya dilakukan,
Tanda : atrotofi
otot pada bagian tubbuh yang terkena
Gangguan
dalam berjalan
ELIMINASI
Gejala : konstipasi, mengalami kesulitan dalam
defekasi
Adanya
inkontinensia/retensi urine
INTEGRITAS EGO
Gejala :ketakutan akan timbulnya paralisis, ansietas
masalah pekerjaan, finansial keluarga
Tanda :tampak
cemas, depresi, menghindar dari keluarga/orang terdekat
NEUROSENSORI
Gejala :kesemutan,
kekakuan, kelemahan dari tangan/kaki
Tanda :penurunan
refleks tendon dalam, kelemahan otot, hipotonia. Nyeri tekan/spasme otot paravertebralis. Penurunan
persepsi nyeri (sensori).
NYERI/KENYAMANAN
Gejala : nyeri seperti tertusuk pisau, yang akan
semakin memburuk dengan adannya batuk, bersin, membengkokan badan, mengangkat,
defekasi, mengangkat kaki atau fleksi pada leher; nyeri yang tidak ada hentinya
atau adanya episode nyeri yang lebih berat secara intermiten; nyeri yang
menjalar kaki, bokong (lumbal) atau bahu/lengan; kaku pada leher (servikal).
Terdengar
adanya suaara “krek” saat nyeri baru timbul/saat trauma atau merasa “punggung
patah”
Keterbatasan
untuk mobilisasi/membungkuk kedepan.
Tanda : sikap dengan cara bersandar dari bagian
tubuh yang terkena. Perubahan cara berjalan, berjalan dengan terpincang-pincang,
pinggang terangkat pada bagian tubuh yang terkena.
Nyeri
pada palpasi
KEAMANAN
Gejala : adanya riwayat masalah “punggung” yang baru
saja terjadi.
PENYULUHAN/PEMBELAJARAN
Gejala : gaya hidup: monoton atau hiperaktif
Pertimbangan : DRG menunjukkan rerata lama perawatan
: 10,8 hari
Rencana/ pemulangan : mungkin memerlukan bantuan
dalam transportasi, perawatan diri dan penyelesaian tugas-tugas rumah.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Foto ronsen spinal: memperlihatkan adanya perubahan
degeneratif pada tulang belakang/ruang intervertebralis atau mengesampingkan
kecurigaan patologis lain, seperti tumor, osteomielitis.
Elektromiografi : dapat melokalisasi lesi pada tingkat akar saraf spinal utama yang terkena.
Venogram epidural : dapat dilaukakan pada kasus
dimana keakuratan dari miogram terbatas,
Fungsi lumbal : mengesampingkan kondisi yang
berhubungan, infeksi, adanya darah.
Tanda LeSeque (test dengan mengangkat kaki lurus
keatas): Mendukung diagnosa awal dari herniasi diskus intervertebralis ketika
muncul pada kaki posterior.
Skan CT : dapat menunjukkan kanal spinal yang
mengecil, adanya protrusi diskus intervertebralis.
MRI : pemeriksaan noninvasif yang dapat menunjukkan
adanya perubahan tulang dan jaringan lunak dan dapat memperkuat bukti adanya
herniasi diskus.
Mielogram : mungkin normal atau memperlihatkan
“penyempitan” dari ruang diskus, menentukan lokasi dan ukuran herniasi secara
spesifik.
PRIORIITAS KEPERAWATAN
a. Menurunkan
stress pada spinal, spasme otot, dan nyeri.
b. Meningkatkan
berfungsi dengan optimal.
c. Memberi
dukungan pada pasien/keluarga/orang terdekat dalam proses rehabilitasi.
d. Memberikan
informasi yang berhubungan dengan
penyakit/prognosis dan kebutuhan pengobatannya.
2. Diagnosa Keperawatan
diagnosa pre operasi
a. Nyeri, (Akut)/ Kronis berhubungan dengan sapasme otot
b. kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dan ketidaknyamanan
c. Ansietas berhubungan dengan gangguan berulang dengan nyeri terus menerus
d. Kurang Pengetahuan berhubungan dengan Kesalahan informasi/kurang pengetahuan.
2. Diagnosa Keperawatan
diagnosa pre operasi
a. Nyeri, (Akut)/ Kronis berhubungan dengan sapasme otot
b. kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dan ketidaknyamanan
c. Ansietas berhubungan dengan gangguan berulang dengan nyeri terus menerus
d. Kurang Pengetahuan berhubungan dengan Kesalahan informasi/kurang pengetahuan.
diagnosa post operasi
a. nyeri berhubungan dengan insisi bedah
b. nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
c.
3. Rencana
Diagnosa Keperawatan
: Nyeri, (Akut)/ Kronis
Dapat dihubungkan dengan : Agen pencedera fisik; kompresi saraf,
sapasme otot
Kemungkinan dibuktikan oleh:
keluhan punggung bawah, kekakuab leher.
Berjalan dengan
timpang, conjong kedepan pada sisi yang sakit saat berdiri.
Penurunan toleransi
terhadap aktifitas.
Preokupasi terhadap
nyeri penyempitan fokus pada diri sendiri.
Perubahan tonus otot
Wajah menahan nyeri.
Distraksi.
Respons autonomik (bila
nyri akut)
Perubahan pada pola
tidur
Menarik diri secara
fisik/ sosial
HASIL YANG DIHARAPKAN/ melaporkan nyeri
hilang/terkontrol.
KRITERIA EVALUASI PASIEN mengungkapkan
metode yang memberikan
AKAN : penghilangan.
Mendemonstrasikan
penggunaan intervensi terapeutik (mis.,keterampilan relaksasi, modifikasi
perilaku) untuk menghilangkan nyeri.
TINDAKAN/INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Mandiri
Kaji
adanya keluhan nyeri, catat lokasi,lamanya serangan. Faktor pencetus/yang
memperberat. Minta pasien untuk menetapkan pada skala 0-10
Pertahankan
tirah barinng selama fase akut. Letakkan pasien pada posisi semi fowler
ndengan tulang spinal, pinggang dan lutut dalam keadan fleksi: posisi
telentang dengan atau tanpa meninggikan kepala 10-30 derajat atau pada posisi
lateral.
Gunakan
logroll (papan) selama melakukan perubahan posisi.
Bantu
pemasangan brace/korset
Batasi
aktivitas selama fase akut sesuai dengan kebutuhan.
Letakkan
semua kebutuhan, termasuk bel panggil dalam batas yang mudah dijangkau/diraih
oleh pasien.
|
Membantu
menentukan pilihan intervensi dan memeberikan dasar untuk perbandingan dan
evaluasi terhadap terapi.
Tirah
baring dalam posisi yang nyaman memungkinkan pasien untuk menurunkan spasme
otot, menurunkan penekanan pada bagian tubuh tertentu dan memfasilitasi
terjadinya reduksi dari tonjolan diskus.
Menururnkan
fleksi, perputaran, desakan pada daerah belakang tubuh.
Berguna
selama fase akut dari ruptur diskus untuk memberikan sokongan dan membatasi
fleksi/terpelintir. Penggunaan dalam jangka panjang dapat menambah kelemahaan
otot dan lebih lanjut menyebabkan degeneratif.
Menurunkan
gaya gravitasi dan gerak yang dapat menghilangkan spasme otot dan menurunkan
edema dan tekanan pada struktur sekitsr diskus intervertebrslid yang terkena.
Menurunkan
risiko peregangan saat meraih.
|
TINDAKAN/INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Mandiri
Instruksikan
pasien untuk melakukan teknik relaksasi /visualisasi.
Instrusikan/anjurkan
untuk melakukan mekanika tubuh/gerakan yang tepat.
Berikan
kesempatan untuk
berbicara/mendengarkan masalah pasien
Kolaborasi
Berikan
tempat tidur ortopedik atau letakkan papan di bawah kasur/matras.
Berikan
obat sesuai dengan kebutuhan:
Relaksan otot, seperti diazepam (valium), karisoprodol (soma),
metkabamol (robaxin).
NSAID, seperti ibuprofen (Motrin,
Advil), diflurisal (Dolobid), ketoprotein (Orudis), meklofenamat (Meclomen)
Analgetik, seperti
asetaminofen (Tylenol) dengan kodein,
meperidin (Demerol), hidrokodon (Vicodin), butorpanol (Stadol)
Pasang
penyokong fisik seperti brace lumbal kolar servikal.
Pertahankan
traksi jika diperlukan.
Kolsutasikan dengan ahli terapi fisik.
Pasang/pantau penggunaan kantung
pendingin atau pelembab, diatermia, ultrasound
Berikan instruksi tertentu pada pasca-
prosedur mielografi jika perlu, seperti jaga jangn sampai aliran cairan
terlalu cepat, posisi tidur datar atau ditinggikan 30 derajat sesuai indikasi selama beberapa
jam.
Bantu dengan/persiapkan untuk
pemasangan TENS.
Rujukan ke klinik nyeri.
|
Memfokuskan
perhatian pasien, membantu menurunkan tegangan otot dan meningkatkan proses
penyembuhan.
Menghilangkan/mengurangi
stres pada otot dan mencegah trauma lebih lanjut.
Ventilasi
rasa takut/cemas dapat membantu untuk menurunkan faktor-faktor stres selama
dalam keadaan sakit dan dirawat. Kesempatan untuk memberikan
informasi/membetulkan informasi yang kurang tepat.
Memberikan
sokongan dan menurunkan fleksi spinal, yang menurunkan spasme.
Merelaksasikan
otot dan menurunkan fleksi nyeri.
Meralaksasikan
otot dan menurunkan nyeri.
Menurunkan
edema dan tekanan pada akar saraf. Catatan: suntikan epidural atau gabungan
obat antiinflamasi dapat dicoba jika intervensi lain tidak mampu untuk
menghilankan nyeri.
Perlu
untuk menghilangkan nyeri sedang sampai berat.
Sokongan
anatomis/struktur berguna untuk menurunkan ketegangan/spasme otot dan
menurunkan nyeri.
Pemindahan
berat badan dari bagian diskus yang terkena, meningkatkan pemisahan
intervertebral dan memungkinkan “lesatan diskus” tersebut untuk menggerakkan
saraf.
Program
latihan/peregangan yang spesifik dapat
menghilangkan spasme otot dan menguatkan otot-otot punggung, ekstensor,
abdomen dan otot quadrisep untuk meningkatkan sokongan terhadap daerah
lumbal.
Meningkatkan sirkulasi pada daerah yang sakit,
menghilangkan spasme, meningkatkan relaksasi pada pasien.
Menurunkan
risiko terjadinya sakit kepala/kebocoran
cairan spinal.
Menurunkan
stimulus dengan menghambat transmisi
nyeri.
Upaya
tim yang terkoordinasi meliputi baik terapi fisik maupun terapi psikologis
dapat mengatasi semua aspek yang mungkin menyebabkan nyeri kronik dan memungkinkan
pasien utntuk meningkatkan aktivitas dan produktivitasnya.
|
DIAGNOSA
KEPERAWATAN 2: MOBILITAS FISIK, KERUSAKAN
Dapat dihubungkan dengan: nyeri dan ketidaknyamanan, spasme otot.
Terapi
restriktif, mis., tirah baring, traksi.
Kerusakan neuromuskular
Kemungkinan
dibuktikan oleh : keluhan nyeri pada
gerakan
Enggan
berusaha/ kesulitan dalam gerakan yang diinginkan
Kerusakan
koordinasi, keterbatasan rentang gerak, penurunan kekuatan otot.
Hasil
yang diharapkan/kriteria evaluasi pasien akan :
Mengungkapkan
pemahaman tentang situasi/faktor risiko dan aturan pengobatan individual.
Mendemonstrasikan teknik/prilaku yang mungkin.
Mempertahankan atau meningkatkan kekuatan dan fungsi
bagian tubuh yang sakit dan/atau kompensasi.
TINDAKAN/INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Mandiri
|
|
Berikan tindakan
pengaman sesuai indikasi dengan situasi yang spesifik.
|
Tergantung pada bagian
tubuh yang terkena/jenis prosedur aktivitas yang kurang berhati-hati akan
meningkatkan kerusakan spinal (rujuk pada pembedahan diskus).
|
Catat respons-respons
emosi/perilaku paada imobilisasi. Berikan aktivitas yangdisesuaikan dengan
pasien.
|
Imobilitas yang
dipaksakan dapat memperbesar kegelisahan. Peka rangsang. Aktivitas pengalihan
membantu dalam memfoksukan kembali perhatian pasien dan meningkatkan koiping
dengan keterbatasan tersebut.
|
Ikuti
aktivtass/prosedur dengan periode istirahat. Anjurkan pasien untuk tetap ikut
berperan serta dalam aktivitas sehari-hari dalam keterbatasan individu.
|
Meningkatkan
penyembuhan dan membentuk kekuatan otot dan kesabaran. Partisipasi pasien
akan meningkatkan kemandirian pasien
dan perasaan kontrol terhadap diri.
|
Berikan/bantu pasien
untuk melakukan latihan rentang gerak pasif/aktif.
|
Memperkuat otot abdomen
dan fleksor tulang belakang, memperbaiki mekanika tubuh.
|
Anjurkan pasien untuk
melatih kaki bagian bawah/lutut. Nilai adanya edema, eritema pada eksremitas
bawah, adanya tanda Homan.
|
Stimulasi sirkulasi
vena/arus balik vena menurunkan keadaan vena yang statis dan kemungkinan
terbentuknya trombus.
|
Bantu pasien dalam
melakukan aktivitas ambulasi progresif.
|
Keterbatasan aktivitas
tergantung pada kondisi yanng khsusus tetapi biasanya berkembang denngan
lambat sesuai toleransi.
|
Demonstrasikan
penggunaan alat penolong, seperti alat bantu jalan, tongkat.
|
Memberikan stabilitas
dan sokongan untuk mengompressasi gangguan tonus/kekuatan otot dan
keseimbangannya.
|
Berikan perawatan kulit
dengan baik, masase titik yang tertekan setelah setiap perubahan posisi.
Periksa keadaan kulit dibawah brace dengan periode waktu tertentu.
|
Menurunkan risiko
iriasi/kerusakan pada kulit
|
Kolaborasi
|
|
Berikan obat untuk
menghilangkan nyeri kira-kira 30 menit sebelum memindahkan/melakukan ambulasi
pasien.
|
Antisipasi terhadap
nyeri dapat meningkatkan ketegangan otot. Obat dapat merelasasikan pasien,
meningkatkan rasa nyaman dan kerjasama pasien selama melakukan aktivitas.
Meningkatkan arus balik
vena.
|
Pakaian stoking
antiemboli sesuai kebutuhan.
|
Meningkatkan arus
balik vena.
|
Diagnosa
keperawatan
Kemungkinan dibuktikan oleh
Hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi pasien
akan
|
Ansietas
berhubungan dengan gangguan berulang dengan nyeri terus menerus
Ketakutan,
ketidakpastian, ketidakberdayaan.
Mengekspresikan
masalah mengenai perubahan peristiwa hidup.
Mengungkapkan
ketidakmampuan untuk mengatasi.
Tegangan
otot, peka rangsang umum, gelisah, insomnia/kelelahan.
Ketidakmampuan
untuk memenuhi harapan peran.
Tampak
rileks dan melaporkan ansietas berkurang pada
tingkat dapat diatasi.
Mengindentifikasi
ketidak efektifan perilaku koping dan konsekuensinya.
Mengkaji
situasi terbaru dengan akurat.
Mendemonstrasikan
keterampilan pemecahan masalah.
Mengenbangkan
rencana untuk perubahan gaya hidup yang perlu.
|
TINDAKAN/INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Mandiri
Kaji
tingkat ansientas pasien. Tentukan bagaimana pasien menangani masalahnya
dimnasa yang lalu dan bagai mana pasien melakukan koping dengan masalah
dihadapinya sekarang.
Berikan
informasi yang akurat dan jawab dengan jujur.
Berikan
kesempatan pasien utnuk mengungkapkan masalah yang dihadapinya, seperti
kemungkinana paralisis, pengaruh terhadap fungsi seksual, perubahan dalam
pekerjaan/finansial, perubahan peran dan tanggung jawab.
Kaji
adanya masalah sekunder yang mungkin merintangi keinginan untuk sembuh dan
mungkin menghalangi proses penyembuhannya.
Catat
perilaku dari orang terdekat/keluarga yang meningkatkan “peran sakit” pasien.
Kolaborasi
Rujuk
pada kelompok penyokong yang ada, pelayanan sosial, konselor
finansial/konselor kerja, psikoterapi dan sebagainya
|
Membantu
dalam mengindentifikasikan kekuatan dan keterampilan yang mungkin membantu
pasiemna mengatasi keadanya sekrang
dan/atau kemungkinan lain untuk memberikan bantuan yang sesuai.
Memungkinkan
pasien untuk membuat keputusan yang didasrkan atas pengentahuanya.
Kebanyakan
pasien mangalami masalah yang perlu untuk diungkapkan dan diberi respons
dengan informasi yang akurat untuk meningkatkan koping terhadap situasi yang
sedang dihadapinya.
Pasien
mungkin secara tidak sadar memperoleh keuntungan, seperti : terlepas dari
tanggung jawab, perhatian dan kontrol dari yang lain. Ini perlu untuk
dikerjakan secara positif untuk meningkatkan penyembuhan.
Orang
terdekat/keluarga mungkin secara tidak sadar memungkinkan pasien untuk
mempertahankan ketergantungannya dengan melakukan sesuatu yang pasien sendiri
mampu melakukannya tanpa bantuan orang lain.
Memberikan
dukungan untuk beradaptasi pada perubahan dan memberikan sumber-sumber untuk mengatasi
masalah.
|
Diangnosa
Keperawatan
|
Kurang
Pengetahuan berhubungan dengan Kesalahan informasi/kurang pengetahuan.
|
Kemungkinan dibuktikan oleh
Hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi pasien
akan
|
Mengungkapkan
pemahaman tentang kondisi, prognosis, dan tindakan.
Melakukan
kembali perubahan gaya hidup.
Berpartisipasi
dalam aturan tindakan.
|
TINDAKAN/INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Mandiri
Jelaskan
kembali proses penyakit dan prognosis serta pembatasan kegiatan, seperti
hindari mengemudikan kendaraan dalam periode waktu yang lama.
Berikan
informasi tentang berbagai hal dan instruksikan pasien untuk melakukan
perubahan “mekanika tubuh” tanpa bantuan dan juga melakukan latihan. Termasuk
informasi mengenai mekanika tubuh sendiri untuk berdiri, mengangkat dan
menggunakan sepatu penyokong.
Diskusikan
mengenai pengobatan dan juga efek sampingnya, seperti halnya beberapa obat
yang menyebabkan kantuk yang sangat berat (analgetik, relaksan otot), yang
lain dapat memperberat penyakit ulkus (NSAID).
Anjurkan
untuk menggunakan papan/matras yang kuat, bantal kecil yang agak datar
dibawah leher, tidur miring dengan lutut difleksikan, hindari posisi
telungkup.
Diskusikan
mengenai kebutuhan diet.
Hindari
pemakaian pemanasn dalam waktu yang lama.
Lihat
kembali pemakaian kolar leher yang lunak.
Anjurkan
untuk melakukan evaluasi medis secara teratur.
Berikan
informasi mengenai tanda-tanda yang perlu untuk dilaporkan pada evaluasi
berikutnya seperti nyeri tusuk, kehilangan sensasi/kemampuan untuk berjalan.
Kaji
kemungkinan untuk melakukan penanganan alternatif, seperti:
Kemonukleolisis
Intervensi
pembedahan
|
Pengetahuan
dasar yang memadai memungkinkan pasien untuk membuat pilihan yang tepat.
Dapat meningkatkan kerjasama pasien mengenai program pengobatan dan
mendapatkan penyembuhan yang optimal.
Menurunkan
risiko terjadinya trauma berulang dari leher/ punggung dengan menggunakan
otot-otot bokong.
Menurunkan
risiko komplikasi/trauma
Dapat
menurunkan regangan otot melalui dukungan struktural dan pencegahan terhadap
hiperekstensi dari tulang belakang.
Diet
tinggi serat dapat mengurangi konstipasi, kalori yang dibatasi dapat
meningkatkan pengontrolan/penurunan berat badan yang dapat menurunkan tekanan
pada diskus intervertebralis.
Dapat
meningkatkan kongesti pada jaringan lokal, penurunan sensasi panas dapat
menimbulkan trauma karena panas.
Mempertahankan
kepala sedikit fleksi (menimbulkan pembukaan yang maksimal dari foramen
intervertebralis) mungkin bermanfaat untuk menghilangkan tekanan yang ringan
sampai sedang pada penyakit diskus servikal. Hiperekstensi harus dihindari.
Mengevaluasi
perkembangan proses degeneratif memantau perkembangan dari bagian tubuh yang
terkena/komplikasi dari efek samping obat, mungkin juga menandakan adanya
kebutuhan untuk mengubah aturan pengobatan.
Perkembangan
dari proses penyakit mungkin memerlukan tindakan/pembedahan lebih.
Sebagai
alternatif untuk pembedahan, yaitu enzim kemopapain disuntikan kedalam diskus
(menghancurkan mukoprotein diskus tanpa berpengaruh terhadap daerah
sekitarnya). Meskipun beberapa pasien mengalami kesembuhan prosedur ini tidak
digunakan secara meluas karena efek sampingnya dapat menimbulkan reaksi
alergi pada enzim tersebut.
Mikrodiskustomi
dapat dilakukan untuk mengeluarkan fragmen diskus. Cara ini lebih banyak
dikerjakan dengan risiko yang lebih banyak dikerjakan dengan risiko yang
lebih rendah dibandingkan dengan kebanyakan tindakan pembedahan invasif
lainnya. Laminektomi dengan/tanpa fusi spinal dapat dilakukan jika tindakan
konservatif tidak efektif atau ketika defisit neurologi tidak hilang dalam
jangka waktu yang lama
|
2. Data
Dasar Pasien Pasca Bedah
Diagnosa
Keperawatan : nyeri berhubungan dengan insisi
bedah
Kemungkinan
dibuktikan oleh : laporan verbal
ketidaknyamanan
Berhati-hati pada area yang sakit
Perilaku distraksi, misalnya gelisah
Penyempitan fokus (menarik diri)
Perubahan
pada tekanan darah, frekuensi/pernapasan
Hasil
yang diharapkan/ kriteria evaluasi pasien akan
Melaporkan nyeri hilang/terkontrol
Tampak
rileks dan tidur/istirahat dengan baik
Berpartisipasi
dalam aktivitas yang diinginkan /dibutuhkan
TINDAKAN
/ INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Mandiri
|
|
Tanyakan pasien tentang nyeri.
Tentukan karakteristik nyeri. Misalnya, terus menerus, sakit menusuk,
terbakar. Buat rentang intensitas pada skala 0-10
|
Membantu dalam evaluasi gejala
nyeri karena kanker, yang dapat menyebabkan visera saraf, atau jaringan
tulang. Penggunaan skala rentang membantu pasien dalam mengkaji tingkat nyeri
dan memberikan alat untuk evaluasi keefektifan analgesik, meningkatkan
kontrol nyeri.
|
Kaji pernyataan verbal dan
nonverbal nyeri pasien
|
Ketidaksesuaian antara petunjuk
verbal/non-verbal dapat memberikan petunjuk derajat nyeri, kebutuhan
/keefektifan intervensi.
|
Catat kemungkinan penyebab nyeri
patofisiologi dan psikologi
|
Insisi posterolateral lebih tidak
nyaman untuk pasien daripada insisi anterolateral. Selain itu takut, distres, ansietas dan
kehilangan sesuai diagnosa dapat mengganggu kemampuan mengatasinya
|
Evaluasi keefektifan pemberian
obat. Dorong pemakaian obat dengan benar untuk mengontrol nyeri, ganti obat
atau waktu sesuai ketepatan
|
Persepsi nyeri dan hilangnya
nyeri adalah subjektif dan pengontrolan nyeri yang terbaik merupakan
keleluasaan pasien. Bila pasien tidakmampu memberikan masukan, perawat harus
mengobservasi tanda psikologis dan fisiologis nyeri dan memberikan obat
berdasarkan aturan.
|
Dorongan menyatakan perasaan
tentang nyeri
|
Takut/masalah dapat meningkatkan
tegangan otot dan menurunkan ambang persepsi nyeri
|
Berikan tindakan kenyamanan
misalnya, sering ubah posisi, pijatan punggung, sokong bantal. Dorong
penggunaan relaksasi, misalnya visualisasi, bimbingan imajinasi, dan
aktivitas hiburan yang tepat.
|
Meningkatkan relaksasi dan pengalihan
perhatian. Menghilangkan ketidaknyamanan dan meningkatkan efek terapeutik
analgesik.
|
Jadwalkan periode istirahat,
berikan lingkungan tenang
|
Penurunan kelemahan dan menghemat
energi, meningkatkan kemampuan koping
|
Bantu aktivitas perawatan diri,
pernapasan/latihan tangan, dan ambulasi
|
Mencegah kelemahan yang tak perlu
dan regangan insisi. Mendorong dan membantu fisik mungkin diperlukan untuk
beberapa waktu sebelumnya
pasien mampu/cukup percaya untuk
melakukan aktivita ini karena nyeri atau takut nyeri.
|
Kolaborasi
|
|
Berikan analgesik rutin sesuai
indikasi, khususnya 45-60 menit sebelum tindakan napas dalam/ latihan batuk.
Bantu dengan PCA atau analgesik.
|
Mempertahankan kadar obat lebih
konstan menghindari puncak periode nyeri, alat penyembuhan otot, dan
memperbaiki fungsi pernapasan dan kenyamanan/koping emosi.
|
Diagnosa keperawatan : nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia
Kemungkinan dibuktikan oleh :
1) berat
badan di bawah 10%-20% ideal untuk bentuk dan berat
2) melaporkan
kurang tertarik pada makanan, gangguan sensasi pengecap
3) tonus
otot buruk
hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi:
1) menunjukkan
berat badan meningkat mencapai tujuan dengan nilai laboratorium normal dan
bebas tanda mal nutrisi
2) melakukan
perilaku/perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan/ atau mempertahankan berat
yang tapat.
TINDAKAN/INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Mandiri
Catat status nutrisi pasien pada penerimaan, catat
turgor kulit, berat badan dan derajat kekurangan berat badan, integritas
mukosa oral, kemampuan/ketidakmampuan menelan, adanya tonus usus, riwayat
mual/muntah atau diare.
|
Berguna dalam mendefinisijan ferajat/luasnya masalah
dan pilihan intervensi yang tepat.
|
Pastikan pola diet biasa pasien, yang disukai/ tak
disukai.
|
Membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan/kekuatan
khusus. Pertimbangan keinginan individu dapat memperbaiki masukan diet.
|
Awasi masukan/pengeluaran dan berat badan secara
periodik.
|
Berguna dalam mengukur keefektifan nutrisi dan
dukungan cairan.
|
Selidiki anoreksia, mual, dan muntah dan catat
kemungkinan hubungan dengan obat awasi frekuensi, volume, konsistensi feses
|
Dapat mempengaruhi pilihan diet dan mengidentifikasi
area pemecahan masalah untuk meningkatkan pemasukan/penggunaan nutrien.
|
Dorong dan berikan periode istirahat sering.
|
Membantu menghemat energi khususnya bila kebutuhan
metabolik meningkat saat demam
|
Berikan perawatan mulut sebelum dan sesudah tindakan
pernafasan
|
Menurunkan rasa tak enak karena sisa sputum atau
obat untuk pengobatan respirasi yang merangsang pusat muntah
|
Dorong makan sedikit dan sering dengan makanan
tinggi protein dan karbohidrat
|
Maksimalkan masukan nutrisi tanpa kelemahan yang tak
perlu/kebutuhan energi dari makanan banyak dan menurunkan iritasi gaster
|
Dorong orang terdekat untuk membawa makanan dari
rumah dan untuk membagi dengan pasien kecuali kontraindikasi
|
Membuat lingkungan sosial lebih normal selama makan
dan membantu memenuhi kebutuhan personal dan kultural
|
Kolaborasi
Rujuk ke ahli diet untuk menentukan komposisi diet
|
Memberikan bantuan dalam perencanaan diet dengan
nutrisi adekuat untuk kebutuhan metabolik dan diet
|
Konsul dengan terapi pernafasan untuk jadwal
pengobatan 1-2 jam sebelum/sesudah makan
|
Dapat membantu menurunkan insiden mual dan muntah
sehubungan dengan obat atau efek pengobatan pernafasan pada perut yang penuh
|
Awasi periksaan laboratorium, contoh BUN, protein serum, dan albumin
|
Nilai rendah menunjukkan melnutrisi dan menunjukkan
kebutuhan intervensi/perubahan program terapi
|
Berikan antipiretik tepat
|
Demam meningkatkan kebutuhan metabolik dan juga
konsumsi kalori
|
Diagnosa keperawatan : infeksi, resiko tinggi
Faktor
resiko :
1) pertahanan
primer tidak adekuat (kulit robek, pemajanan sendi)
2) pertahanan
sekunder tidak adekuat/imunosupresi (penggunaan kortikosteroid jangka panjang,
kanker)
3) prosedur
invasif; manipulasi bedah; implantasi benda asing
4) penurunan
mobilitas
kemungkinan
di buktikkan oleh: (tidak dapat diterapkan; adanya tanda-tanda dan gejala
membuat diagnosa aktual)
hasil
yang diharapkan/kriteria evaluasi: mencapai dan penyembuhan luka tepat waktu,
bebas drainase purulen atau eritema dan tidak demam
TINDAKAN/INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Mandiri
Tingkatkan cuci tangan yang baik pada stafdan
pasien.
Gunakan teknik aseptik atau kebersihan yang ketat
sesuai indikasi untuk menguatkan/ mengganti balutan dan bila menangani drain.
Intruksikan pasien tidak untuk menyentuh/menggaruk insisi.
Pertahankan alat drainase (contoh
Hemovac/Jackson-Pratt). Perhatikan karakteristik drainse luka.
Kaji kulit/warna insisi, suhu dan integritas;
perthatikan adanya eritema/inflamasi, kehilangan penyatuan luka.
Selidiki keluhan peningkatan nyeri pada luka,
perubahan karakteristik nyeri.
Awasi suhu. Perhatikan adanya menggigil.
Dorong pemasukan cairan, diet tiggi protein dengan
berentuk makanan kasar.
|
Menurukan resiko kontaminasi silang
Mencegah kontaminasi dan resiko infeksi luka, dimana
dapat memerlukan pelepasan prostese.
Menurunkan risiko infeksi dengan mencegah akumulasi
darah dan sekret pada area sendi (media untuk pertumbuhan bakteri). Drainase
purulen, non- serosa, berbau mengindikasikan infeksi, dan drainase terus
menerus dari insisi dapat menunjukkan terjadinya kerusaka kulit, yang
berpotensi pada proses infeksi.
Memberikan informasi tentang status proses
penyembuhan dan mewaspadakan staf terhadap tanda dini infeksi.
Nyeri dalam, dangkal, sakit pada area operasi dapat
mengindikasikan infeksi sendi. Catatan: infeksi sangat efektif karena sendi
tidak aman dari infeksi dan terjadi kehilangan prostetik.
Meskipun umunya suhu meningkat pada fase dini
pascaoperasi, peninggian terjadi 5 hari atau lebih pascaoperasi dan atau
adanya menggigil biasanya mengindikasikan terjadinya infeksi memerlukan
intervensi untuk mencegah komplikasi lebih serius, contoh sepsis,
osteomielitis, nekrosis jaringan, dan kegagalan prostetik.
Mempertahankan keseimbangan cairan dan nutrisi untuk
mendukungperfusi jaringan dan memberikan nutrisi yang perlu untuk regenerasi
selular dan penyembuhan jaringan.
|
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hernia
merupakan prostrusi atau penonjolan isi suatu ronga melalui defek atau bagian
lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia badomen isi perut menonjol
melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding perut.
Hernia teridiri atas cicin kantonng dan isis hernia. Berdasarkan terjadinya
hernia dibagi atas hernia bawaan atau congenital dan hernia dapatan atau
akuisita letak hernia: pentral (1), epgastrik (2), umbilical (3), inguinal
indirek/lateral (4), a.v epigastrika inferior (5), inguinal direk/media (6),
a.v femoralis (7), femoral (8), obturatoria perineal (9), rectum (10), perineal
(11), iskiadika (12), m. Performis (13), a.v iliaka komunis kiri (14). Lumbal
(petit, grynfelt) (15), aorta (16), hiatus diagfragma (17), v.kava inferior
(Amin Huda
Nurrarif dan Hardhi Kusuma, 2015)
B. Saran
1.
Mahasiswa-mahasiswi
Mahasiswa
dan mahasiswi dapat mengerti tentang keperawatan medikal bedah hematologi
tentang hernia
2.
Institusi
Institusi
dapat memfasilitasi dengan fasilitas yang memadai sehingga dapat mendukung
tercapainya makalah yang baik dan benar
DAFTAR
PUSTAKA
Kahan,Scoot
dan Raves J.John.2011.Master Plan Ilmu Bedah.Tangerang Selatan:Binapura Aksara
Nettina, Sandra M. 2001. Pedoman Praktik
Keperawatan. Jakarta: EGC
Nurarif,
Amin Huda dan Kusuma Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc.
Jogjakarta: Mediaction Jogja
R. Sjamsuhidayat, Wim de Jong. 2004. Buku Ajar Ilmu
Bedah. Jakarta: EGC
Sabiston, David C. 1994. Buku Ajar Bedah. Jakarta:
EGC
The Emperor Casino | Shootercasino
BalasHapusThe Emperor Casino is the ideal venue for slots players. deccasino Play and win at our great 1xbet variety of 제왕카지노 casino games including Roulette, Blackjack and Video