Jumat, 09 Desember 2016

asuhan keperawatan pre pos hernia

Edit Posted by with 1 comment
BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Perut adalah tempat untuk melakukan Auskultasi untuk memastikan kehadiran aktif suara bising usus. Usus mungkin akan menunjukkan obstruksi dan cekikan. Untuk meraba Hernia, dokter atau perawat dengan lembut memeriksa cincin dan isinya, dengan memasukkan jari di cincin dan mencatat setiap perubahan ketika pasien batuk. Perawat tidak boleh memaksa pasien Hernia untuk mengurangi frekuensi batuk pasien, sebagai manuver ini dapat menyebabkan pecahnya usus yang terjepit. (Oswari E. Bedah dan Perawatannya. Jakarta: PT Gramedia,1993)

Kata hernia pada hakekatnya berarti “penonjolan suatu kantong peritoneum, suatu organ atau lemak praperitoneum melalui cacat kongenital atau akuisita dalam parietes muskuloaponeurotik dindin abdomen, yang normalnya tak dapat dilewati”. Hernia merupakan keadaan yang lazim terlihat oleh semua dokter; sehingga pengetahuan umum tentang manifestasi klinis, gambaran fisik dan penatalaksanaan hernia penting.
Sementara dalam tahun-tahun lampau, banyak hernia diterapi dengan terapi penunjang, namun pada saat ini hampir semua hernia dikoreksi dengan pembedahan, kecuali bila ada kontraindikasi bermakna yang menolaknya. Hernia timbul dalam sekitar 1,5% porpulasi umum di Amerika Serikat, dan 537.000 hernia diperbaiki dengan pembedahan pada tahun 1980. Sebagian besar hernia timbul dalam regio inguinalis dengan sekitar 50% dari ini merupakan hernia ingunalis indirek dan 25% sebagai hernia inguinalis direk. Hernia insisional (termasuk hernia ventralis) merupakan sekitar 10% dari semua hernia, hernia femolaris sekitar 5% dan hernia umbilikalis 3%; hernia yang jarang timbul. Jika pada masa lalu kekambuhan pasca bedah merupakan masalah, sekarang hal ini sudah jarang terjadi, dengan perkecualian hernia berulang atau hernia besar yang memerlukan penggunaan materi prostesis.
(Sabiston, 1994)

B.       Tujuan
1.      Tujuan Umum
Untuk memenuhi salah satu tugas keperawatan medikal bedah pre dan pos
2.      Tuhuan Khusus
a.    Untuk menambah pengetahuan pengertian hernia
b.    Untuk mengetahui tentang klasifikasi hernia menurut letaknya menurut terjadinya, dan menurut sifatnya.
c.    Untuk menambah pengetahuan tentang asuhan keperawatan pre pos hernia

C.       Sistematika Penulisan
Bab I : terdiri dari pendahuluan: latar belakang, tujuan, sistematika penulisan
Bab II : terdiri dari pembahasan :
Bab III : terdiri dari penutup : kesimpulan dan saran
Daftar pustaka.


















BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A.      Pengertian
Hernia adalah penonjolan sebuah organ, jaringan atau struktur melewati dinding rongga yang secara normal memang berisi bagian-bagian tersebut. Hal ini seringkali disebut “ruptur”. Hernia abnominal cenderung terjadi pada kelemahan struktural yang di dapat atau kongenital atau trauma pada dinding abnominal, yang terjadi karena peningkatan tekanan intraabdomen akibat dari mengangkat benda berat, obesitas, kehamilan, mengejan, batuk atau kedekatannya dengan tumor. Banyak jenis hernia abdominal yang terjadi, di klasifikasikan berdasarkan tempat. (Sandra M.Nettina, 2002)

Hernia merupakan prostrusi atau penonjolan isi suatu ronga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia badomen isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding perut. Hernia teridiri atas cicin kantonng dan isis hernia. Berdasarkan terjadinya hernia dibagi atas hernia bawaan atau congenital dan hernia dapatan atau akuisita letak hernia: pentral (1), epgastrik (2), umbilical (3), inguinal indirek/lateral (4), a.v epigastrika inferior (5), inguinal direk/media (6), a.v femoralis (7), femoral (8), obturatoria perineal (9), rectum (10), perineal (11), iskiadika (12), m. Performis (13), a.v iliaka komunis kiri (14). Lumbal (petit, grynfelt) (15), aorta (16), hiatus diagfragma (17), v.kava inferior
(Amin Huda Nurrarif dan Hardhi Kusuma, 2015)

Hernia diskus (cakram) intervertebralis (HNP) merupakan penyebab utama nyeri punggung bawah yang berat, kronik dan berulang (kambuh). Herniasi dapat parsial atau komplet, dari masa nukleus pada daerah vertebra L4-L5. L5-S1 atau C5-C6, C6-C7 adalah yang paling banyak terjadi dan mungkin sebagai dampak trauma atau perubahan degenaratif yang berhubungan dengan proses penuaan.
(Marliynn E Doenges, 320 )


B.       Etiologi
Hernia dapat disebabkan oleh beberapa hal yaitu :
1.    Kongenital disebabkan kelemahan pada otot merupakan salah satu faktor resiko yang berhubungan dengan faktor peningkatan tekanan intra abdomen. Kelemahan otot tidak dapat dicegah dengan cara olahraga atau latihan-latihan.
2.    Obesitas adalah salah satu penyebab peningkatan tekanan intra-abdomen karena banyaknya lemak yang tersumbat dan perlahan-lahan mendorong peritoneum. Hal ini dapat dicegah dengan pengontrolan berat badan.
3.    Pada Ibu hamil biasanya ada tekanan intra-abdomen yang meningkat terutama pada daerah  rahim dan sekitarnya.
4.    Mengedan juga dapat menyebabkan peningkatan tekanan intra-abdomen
5.    Dan terlalu seringnya mengangkat beban berat

C.      Patofisiologi
Hernia Inguinalis dibagi lagi menjadi Hernia direct dan Hernia indirect. Hernia Inguinalis indirect yang paling jenis umum dan biasanya mempengaruhi laki-laki. Hernia Inguinalis indirect disebabkan oleh penutupan saluran yang berkembang sebagai testis turun ke dalam skrotum sebelum kelahiran. Sebuah kantung yang berisi peritoneum, usus, atau omentum muncul melalui cincin Inguinalis dan mengikuti spermatika kabel melalui Kanalis Inguinalis. Sering turun ke dalam skrotum. Meskipun tidak langsung Hernia inguinalis cacat bawaan, mereka seringkali tidak menjadi jelas sampai dewasa, ketika peningkatan tekanan intra-abdomen dan pelebaran dari cincin inguinalis memungkinkan isi perut untuk memasuki saluran tersebut.

Hernia Inguinalis direct selalu cacat yang diperoleh hasil dari kelemahan dinding Inguinal posterior. Hernia Inguinalis langsung terjadi lebih sering pada orang dewasa yang lebih tua. Hernia Femoral cacat juga diperoleh di mana kantung peritoneal menonjol melalui cincin femoral. Hernia ini biasanya terjadi pada obesitas atau wanita hamil. 

Hernia Inguinalis seringkali tidak menghasilkan gejala dan ditemukan selama pemeriksaan fisik rutin. Hanya mungkin menghasilkan benjolan, bengkak, atau tonjolan di selangkang, terutama dengan mengangkat atau tegang. Pasien laki-laki biasanya terdapat pengalaman baik nyeri atau rasa nyeri yang memancar\Collaborative Care ke dalam skrotum, meskipun hanya dapat dirasakan dengan peningkatan tekanan intra-abdomen (seperti yang terjadi selama batuk) dan dalam vagina dari skrotum ke arah cincin inguinal. 

Jika Hernia Inguinalis dapat dikembalikan, isi kantung kembali ke rongga perut, baik secara spontan sebagai tekanan intra-abdomen berkurang (seperti dengan berbaring) atau dengan tekanan manual. Beberapa komplikasi yang terkait dengan Hernia direduksi. Bila isi hernia tidak dapat dikembalikan ke rongga perut, itu dikatakan dapat diminimalkan atau dipenjara. Isi Hernia yang dipenjara terjebak, biasanya dengan leher yang sempit atau membuka ke hernia. Penahanan meningkatkan risiko komplikasi, termasuk obstruksi dan cekikan.
Jika suplai darah ke isi Hernia terganggu, hasilnya adalah Hernia terjepit. Komplikasi ini dapat mengakibatkan infark usus yang terkena bencana dengan rasa sakit yang parah dan perforasi dengan kontaminasi dari rongga peritoneal. Perwujudan dari sebuah Hernia terjepit meliputi nyeri dan distensi perut, mual, muntah, takikardia, dan demam




D.      Manifestasi Klinis
1.      Berupa benjolan keluar masuk/keras dan yang tersering tampak benjolan dilipat paha
2.      Adanya rasa nyeri pada daerah benjolan bila isinya terjepit disertai perasaan mual.
3.      Terdapat gejala mual dan muntah atau distensi bila telah ada komplikasi.
4.  Bila terjadi hernia inguinalis stragulata perasaan sakit akan bertambah hebat serta kulit diatasnya menjadi merah dan panas.
5.   Hernia femoralis kecil mungkin berisi dinding kandung kencing sehingga menimbulkan gejala sakit kencing (disuria) disertai hematuria (kencing darah) disamping benjolan dibawah sela paha.
6.      Hernia diafragmatika menimbulkan perasaan sakit didaerah perut disertai sesak nafas.
7.      Bila pasien mengejan atau batuk maka benjolan hernia akan bertambah besar.
E.       Komplikasi
1.         Hernia berulang
2.         Kerusakan pada pasokan darah, testis atau saraf jika pasien laki-laki
3.         Pendarahan yang berlebihan/ infeksi luka bedah
4.         Luka pada usus( jika tidak hati-hati)
5.         Setelah herniografi dapat terjadi hematoma

F.       Klasifikasi
1.                    Hernia menurut letaknya
a.  Hernia hiatal adalah kondisi dimana kerongkongan (pipa tenggorokan) turun, melewati diafragma melalui celah yang disebut hiatus sehingga sebagian perut menonjol kedada toraks.
b.  Hernia epigastrik terjadi diantara pusar dan bagian bawah tulang rusuk digaris tengah perut. Hernia epigastrik biasanya terdiri dari jaringan lemak dan jarang yang berisi usus. Terbentuk dibangian dinding perut yang relatif lemah hernia ini sering menimbulkan rasa sakit dan tidak dapat didorong kembali kedalam perut ketika pertama kali ditemukan.
c.  Hernia umbilikal berkembang didalam dan sekitar umbilikus (pusar) disebabkan bukaan pada dinding perut, yang biasanya menutup sebelum kelahiran, tidak menutup sepenuhnya. Orang Jawa sering menyebutnya ”wudel bodong”  jika kecil (kurang dari satu sentimeter) , hernia jenis ini biasanya menutup secara bertahap sebelum usia 2 tahun.
d.  Hernia inguinalis adalah hernia yang paling umum terjadi dan muncul sebagai tonjolan diselangkangan atau skrotum. Orang awam biasanya menyebutkan “turun bero” atau”hernia”. Hernia inguinalis terjadi ketika  dinding abdomen berkembang sehingga usus menerobos kebawah melalui celah. Jika anda merasa ada benjolan dibawah perut yang lembut, kecil dan sedikit nyeri dan bengkak, anda mungkin terkena hernia ini. Hernia tipe ini lebih sering terjadi pada laki-laki dibanding perempuan.
e.    Hernia femoralis muncul sebagai tonjolan dipangkal paha. Tipe ini lebih sering terjadi pada perempuan dibanding pria.
f.     Hernia insisional dapat terjadi melalui luka pasca operasi perut. Hernia ini muncul sebagai tonjolan disekitar pusar yang terjadi ketika otot sekitar pusar tidak menutup sepenuhnya.
g.    Hernia nukleus pulposi (HNP) adalah hernia yang melibatkan cakram tulang belakang. Diantara setiap tulang belakang ada diskus intervertebralis yang menyerap goncangan cakram dan meningkatkan elastisitas dan mobilitas tulang belakang. Karena aktivitas dan usia, terjadi herniasi diskus intervertebralis menyebabkan saraf terjepit. NHP umumnya terjadi di punggung bawah pada tiga vertebra lumbar bawah.
2.                             Hernia berdasarkan terjadinya
a.    Hernia bawaaan atau kongenital, patogenesa pada jenis hernia inguinalis lateralis (indirek) : kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8 kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanan tersebut. Penurunan testis tersebut akan menarik peritonium kedaerah skrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalisperitonei. Pada bayi yang sudah lahir, umumnya prosesusini telah mengalami obliterasi sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kannlis tersebut . namun dalam beberapa hal, kanalis ini tidak menutup. Karena testis kiri turun terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih sering terbuka. Bila kanalis kiri terbuka maka biasanya yang kanan juga terbuka. Dalam keadaan normal kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia dua bulan. Bila prosesus terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi) akan timbul hernia inguinalis lateralis kongenital. Pada orang tua kanalis tersebut telah tertutup. Namun karena merupakan lokus minoris resistensi, maka pada keadaan yang menyebabkan tekanan intra-abdominal meningkat, kanal tersebut dapat terbuka kembali  dan timbul hernia inguinalis lateralis akuisita.
b.    Hernia dapatan atau akuisita, yakni hernia yang timbul karena berbagai faktor 3.        
   hernia menurut sifatnya
a.  Hernia reponibel/reducible, yaitu bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.
b.    Hernia ireponibel, yaitu bila isi kantung hernia tidak dapat dikembalikan kedalam rongga. Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritonium kantong hernia. Hernia ini disebut juga hernia akreta (accretus= perlekatan karena fibrosis). Tidak ada keluhan rasa nyeri ataupun tanda sumbatan usus.
c. Hernia strangulata atau inkarserata, yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia inkarserata berarti isi kantong terperangkap, tidak dapat kembali ke rongga perut disertai akibatnya yang berupa gangguan pasase atau vaskularisasi. Secara klinis “hernia inkarserata” lebih dimaksudkan untuk  hernia ireponibel dengan gangguan pasase, sedangkan gangguan vaskularisasi disebut sebagai “hernia strangulata”. Hernia strangulata mengakibatkan nekrosis dari isi abdomen didalamnya karena tidak mendapat darah akibat pembuluh pemasoknya terjepit. Hernia jenis ini merupakan keadaan gawatdarurat karenanya perlu mendapat pertolongan segera.
G.      Pemeriksaan Penunjang
1.      Sinar X abdomen menunjukan abnormalnya kadar gas dalam usus/obstruksi usus.
2.      Hitung darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukan hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit), peningkatan sel darah putih dan ketidakseimbangan elektrolit.
H.      Penatalaksanaan
Penanganan herni ada dua macam:
1.    Konservatif
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah diresposisi. Bukan merupakan tindakan definitive sehingga dapat kambuh kembali. Terdiri dari:
a.    Reposisi, adalah suatu usaha untuk mengembalikan isi hernia kedalam vakum peritoni atau abdomen. Reposisi dilakukan secara bimanual.reposisi dilakukan pada pasien dengan hernia reponibilis dengan memakai dua tangan. Repisisi tidak dilakukan untuk hernia inguinalis strangulata kecuali pada anak-anak.
b.    Suntikan, dilakukan cairan sklerotik berupa alkohol atau kinin didaerah sekitar hernia, yang menyebabkan pintu hernia mengalami sclerosis atau penyempitan sehingga isi hernia keluar dari vakum peritonii.
c.    Sabuk hernia, diberikan pada pasien yang hernia masih kecil dan menolak dilakukan operasi.
2.      Operatif
Operasi hernia dilakukan dalam tiga tahap:
a.       Herniotomy, membuka dan memotong kantong hernia serta mengembalikan isi hernia ke vakum abdominalis.
b.      Hernioraphy, mulai dari mengikat leher hernia dan menggantungkannya pada conjoint tendon (penebalan antara tepi bebas m.obliquus intra abdominalis dan m.transversus abdominalis yang berinsersio di tuberculum pubicum)
c.       Hernioplasty, menjahitkan conjoint tendon pada ligamentum inguinale agar LMR hilang/tertutup dan dinding perut jadi lebih kuat karena tertutup otot


I.         Manajemen kolaboratif
       1. Intervensi Terapeutik
           Jika hernia dapat dikurangi dan pasien adalah calon pasien bedah yang buruk, sebuah                          truss/penompang (bantalan dan sabuk) dapat dipasang dengan tepat di atas area hernia untuk                mencegah visera untuk ke dalam kantong hernia. Alat yang hampir sama tersedia untuk hernia            parasetamol yang dapat dikurangi.
            2. Intervensi bedah
a.       Pembedahan dianjurkan untuk memperbaiki defek dan mencegah strangulasi. Prosedur-    prosedurnya meliputi.
b.     Herniorafi- pengangkatan kantong hernia; isinya dikembalikan lagi ke abdomen; lapisan  otot dan fasia di jahit; dapat dilakukan melalui laparoskopi pada pasien rawat inap.
c.       Hernioplasti-melibatkan penjahitan penguatan, untuk memperbaiki hernia yang meluas.
d.  Reseksi usus untuk usus yang iskemik bersamaan dengan perbaikan hernia pada terstrangulasi
Intervensi Keperawatan
Pemantauan
a.         Pantau tanda-tanda obstruksi usus, komplikasi umum.
b.         Pantau pasien pascaoperasi akan adanya tanda dan gejala infeksi: demam, mengigil, malaise, diaforesis.
Perawatan Penunjang
a.         Jika di intruksikan pakaikan trus atau sabuk pada pasien jika hernia dikurangi. Anjurkan pasien untuk memakai truss di bawah pakaian, dan untuk memakainya sebelum turun dari tempat tidur di pagi hari, jika hernia dikurangi.
b.         Tempatkan pasien pada posisi Trendelenburg untuk mengurangi tekanan pada hernia
c.         Laporkan dengan segera tanda-tanda inkarserasi dan strangulasi hernia. Jaga agar pasien tetap puasa dan masukan selang nasogastrik seperti yang diarahkan untuk mengurangi tekanan pada kantong hernia
d.        Pada pascaoperasi, minta pasien untuk membelat area insisi dengan tangan atau bantal ketika batuk untuk mengurangi nyeri dan melindungi area tersebut dari peningkatan tekanan intraabdominal
e.         Berikan analgesik
f.          Periksa skrotum atau labia akan adanya pembengkakkan setelah hernia inguinal diperbaiki, dan berikan kompres es serta tindakan kenyamanan lainnya.
g.         Anjurkan ambulasi segera setelah diizinkan
h.         Beri tahukan pada pasien bahwa kesulitan berkemih adalah hal yang umum setelah pembedahan;anjurkan banyak minum untuk meningkatkan eliminasi.
i.           Periksa balutan akan adanya drainase dan insisi akan adanya kemerahan dan pembengkakkan; laporkan tanda-tanda infeksi
j.           Berikan antibiotik.

J.        Asuhan Keperawatan
1.    Pengkajian
          Dasar data pengkajian pasien pre operasi
Data yang diperoleh/ yang dikaji tergantung pada tempat terjadinya, beratnya, apakah akut/kronik, pengaruh terhadap struktur disekelilingnya dan banyaknya akar saraf yang terkompresi (tertekan).
AKTIVITAS/ISTIRAHAT
Gejala :riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat benda berat, duduk, mengemudi dalam waktu lama.
                          Membutuhkan papan/matras gerak dari ekstremitas pada salah satu bagian tubuh.
                          Penurunan rentang gerak dari ekstremitas pada salah satu bagian tubuh.
                          Tidak mampu melakukan aktivitas yang biasanya dilakukan,
Tanda :  atrotofi otot pada bagian tubbuh yang terkena
                          Gangguan dalam berjalan
ELIMINASI
Gejala : konstipasi, mengalami kesulitan dalam defekasi
                          Adanya inkontinensia/retensi urine
INTEGRITAS EGO
Gejala :ketakutan akan timbulnya paralisis, ansietas masalah pekerjaan, finansial keluarga
Tanda :tampak cemas, depresi, menghindar dari keluarga/orang terdekat
NEUROSENSORI
Gejala  :kesemutan, kekakuan, kelemahan dari tangan/kaki
Tanda  :penurunan refleks tendon dalam, kelemahan otot, hipotonia. Nyeri  tekan/spasme otot paravertebralis. Penurunan persepsi nyeri (sensori).
NYERI/KENYAMANAN
Gejala : nyeri seperti tertusuk pisau, yang akan semakin memburuk dengan adannya batuk, bersin, membengkokan badan, mengangkat, defekasi, mengangkat kaki atau fleksi pada leher; nyeri yang tidak ada hentinya atau adanya episode nyeri yang lebih berat secara intermiten; nyeri yang menjalar kaki, bokong (lumbal) atau bahu/lengan; kaku pada leher (servikal).
                        Terdengar adanya suaara “krek” saat nyeri baru timbul/saat trauma atau merasa “punggung patah”
                        Keterbatasan untuk mobilisasi/membungkuk kedepan.
Tanda : sikap dengan cara bersandar dari bagian tubuh yang terkena. Perubahan cara berjalan, berjalan dengan terpincang-pincang, pinggang terangkat pada bagian tubuh yang terkena.
                        Nyeri pada palpasi
KEAMANAN
Gejala : adanya riwayat masalah “punggung” yang baru saja terjadi.
PENYULUHAN/PEMBELAJARAN
Gejala : gaya hidup: monoton atau hiperaktif
Pertimbangan : DRG menunjukkan rerata lama perawatan : 10,8 hari
Rencana/ pemulangan : mungkin memerlukan bantuan dalam transportasi, perawatan diri dan penyelesaian tugas-tugas rumah.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Foto ronsen spinal: memperlihatkan adanya perubahan degeneratif pada tulang belakang/ruang intervertebralis atau mengesampingkan kecurigaan patologis lain, seperti tumor, osteomielitis.
Elektromiografi : dapat melokalisasi lesi pada  tingkat akar saraf spinal utama yang terkena.
Venogram epidural : dapat dilaukakan pada kasus dimana keakuratan dari miogram terbatas,
Fungsi lumbal : mengesampingkan kondisi yang berhubungan, infeksi, adanya darah.
Tanda LeSeque (test dengan mengangkat kaki lurus keatas): Mendukung diagnosa awal dari herniasi diskus intervertebralis ketika muncul pada kaki posterior.
Skan CT : dapat menunjukkan kanal spinal yang mengecil, adanya protrusi diskus intervertebralis.           
MRI : pemeriksaan noninvasif yang dapat menunjukkan adanya perubahan tulang dan jaringan lunak dan dapat memperkuat bukti adanya herniasi diskus.
Mielogram : mungkin normal atau memperlihatkan “penyempitan” dari ruang diskus, menentukan lokasi dan ukuran herniasi secara spesifik.
PRIORIITAS KEPERAWATAN
a.      Menurunkan stress pada spinal, spasme otot, dan nyeri.
b.      Meningkatkan berfungsi dengan optimal.
c.       Memberi dukungan pada pasien/keluarga/orang terdekat dalam proses rehabilitasi.
d.      Memberikan informasi yang  berhubungan dengan penyakit/prognosis dan kebutuhan pengobatannya.

2. Diagnosa Keperawatan 
    diagnosa pre operasi
     a. Nyeri, (Akut)/ Kronis berhubungan dengan sapasme otot
     b. kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dan ketidaknyamanan
     c. Ansietas berhubungan dengan gangguan berulang dengan nyeri terus menerus
     d. Kurang Pengetahuan berhubungan dengan Kesalahan informasi/kurang pengetahuan.

diagnosa post operasi
a. nyeri berhubungan dengan insisi bedah
b. nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
c. 
3. Rencana
     Diagnosa Keperawatan             : Nyeri, (Akut)/ Kronis
               Dapat dihubungkan dengan       : Agen pencedera fisik; kompresi saraf, sapasme otot
               Kemungkinan dibuktikan oleh: keluhan punggung bawah, kekakuab leher.
Berjalan dengan timpang, conjong kedepan pada sisi yang sakit saat berdiri.
Penurunan toleransi terhadap aktifitas.
Preokupasi terhadap nyeri penyempitan fokus pada diri sendiri.
Perubahan tonus otot
Wajah menahan nyeri.
Distraksi.
Respons autonomik (bila nyri akut)
Perubahan pada pola tidur
Menarik diri secara fisik/ sosial
                     HASIL YANG DIHARAPKAN/ melaporkan nyeri hilang/terkontrol.
                     KRITERIA EVALUASI PASIEN mengungkapkan metode yang memberikan
                     AKAN :                                         penghilangan.
Mendemonstrasikan penggunaan intervensi terapeutik (mis.,keterampilan relaksasi, modifikasi perilaku) untuk menghilangkan nyeri.
TINDAKAN/INTERVENSI
RASIONAL
Mandiri
Kaji adanya keluhan nyeri, catat lokasi,lamanya serangan. Faktor pencetus/yang memperberat. Minta pasien untuk menetapkan pada skala 0-10

Pertahankan tirah barinng selama fase akut. Letakkan pasien pada posisi semi fowler ndengan tulang spinal, pinggang dan lutut dalam keadan fleksi: posisi telentang dengan atau tanpa meninggikan kepala 10-30 derajat atau pada posisi lateral.
Gunakan logroll (papan) selama melakukan perubahan posisi.

Bantu pemasangan brace/korset







Batasi aktivitas selama fase akut sesuai dengan kebutuhan.





Letakkan semua kebutuhan, termasuk bel panggil dalam batas yang mudah dijangkau/diraih oleh pasien.
Membantu menentukan pilihan intervensi dan memeberikan dasar untuk perbandingan dan evaluasi terhadap terapi.



Tirah baring dalam posisi yang nyaman memungkinkan pasien untuk menurunkan spasme otot, menurunkan penekanan pada bagian tubuh tertentu dan memfasilitasi terjadinya reduksi dari tonjolan diskus.

Menururnkan fleksi, perputaran, desakan pada daerah belakang tubuh.
Berguna selama fase akut dari ruptur diskus untuk memberikan sokongan dan membatasi fleksi/terpelintir. Penggunaan dalam jangka panjang dapat menambah kelemahaan otot dan lebih lanjut menyebabkan degeneratif.
Menurunkan gaya gravitasi dan gerak yang dapat menghilangkan spasme otot dan menurunkan edema dan tekanan pada struktur sekitsr diskus intervertebrslid yang terkena.

Menurunkan risiko peregangan saat meraih.


TINDAKAN/INTERVENSI
RASIONAL
Mandiri
Instruksikan pasien untuk melakukan teknik relaksasi /visualisasi.


Instrusikan/anjurkan untuk melakukan mekanika tubuh/gerakan yang tepat.

Berikan kesempatan  untuk berbicara/mendengarkan masalah pasien




Kolaborasi
Berikan tempat tidur ortopedik atau letakkan papan di bawah kasur/matras.

Berikan obat sesuai dengan kebutuhan:
     Relaksan otot, seperti diazepam     (valium), karisoprodol (soma), metkabamol (robaxin).

     NSAID, seperti ibuprofen (Motrin, Advil), diflurisal (Dolobid), ketoprotein (Orudis), meklofenamat (Meclomen)



Analgetik, seperti asetaminofen (Tylenol) dengan  kodein, meperidin (Demerol), hidrokodon (Vicodin), butorpanol (Stadol)

Pasang penyokong fisik seperti brace lumbal kolar servikal.


Pertahankan traksi jika diperlukan.






Kolsutasikan dengan ahli terapi fisik.






Pasang/pantau penggunaan kantung pendingin atau pelembab, diatermia, ultrasound


Berikan instruksi tertentu pada pasca- prosedur mielografi jika perlu, seperti jaga jangn sampai aliran cairan terlalu cepat, posisi tidur datar atau ditinggikan 30  derajat sesuai indikasi selama beberapa jam.
Bantu dengan/persiapkan untuk pemasangan TENS.

Rujukan ke klinik nyeri.

Memfokuskan perhatian pasien, membantu menurunkan tegangan otot dan meningkatkan proses penyembuhan.

Menghilangkan/mengurangi stres pada otot dan mencegah trauma lebih lanjut.

Ventilasi rasa takut/cemas dapat membantu untuk menurunkan faktor-faktor stres selama dalam keadaan sakit dan dirawat. Kesempatan untuk memberikan informasi/membetulkan informasi yang kurang tepat.

Memberikan sokongan dan menurunkan fleksi spinal, yang menurunkan spasme.

Merelaksasikan otot dan menurunkan fleksi nyeri.
Meralaksasikan otot dan menurunkan nyeri.


Menurunkan edema dan tekanan pada akar saraf. Catatan: suntikan epidural atau gabungan obat antiinflamasi dapat dicoba jika intervensi lain tidak mampu untuk menghilankan nyeri.

Perlu untuk menghilangkan nyeri sedang sampai berat.




Sokongan anatomis/struktur berguna untuk menurunkan ketegangan/spasme otot dan menurunkan nyeri.
Pemindahan berat badan dari bagian diskus yang terkena, meningkatkan pemisahan intervertebral dan memungkinkan “lesatan diskus” tersebut untuk menggerakkan saraf.

Program latihan/peregangan yang  spesifik dapat menghilangkan spasme otot dan menguatkan otot-otot punggung, ekstensor, abdomen dan otot quadrisep untuk meningkatkan sokongan terhadap daerah lumbal.

Meningkatkan  sirkulasi pada daerah yang sakit, menghilangkan spasme, meningkatkan relaksasi pada pasien.

Menurunkan risiko terjadinya sakit kepala/kebocoran  cairan spinal.





Menurunkan stimulus dengan menghambat  transmisi nyeri.

Upaya tim yang terkoordinasi meliputi baik terapi fisik maupun terapi psikologis dapat mengatasi semua aspek yang mungkin menyebabkan nyeri kronik dan memungkinkan pasien utntuk meningkatkan aktivitas dan produktivitasnya.




      DIAGNOSA KEPERAWATAN 2: MOBILITAS FISIK, KERUSAKAN
Dapat dihubungkan dengan:        nyeri dan ketidaknyamanan, spasme otot.
Terapi restriktif, mis., tirah baring, traksi.
                                                                        Kerusakan neuromuskular
Kemungkinan dibuktikan oleh :   keluhan nyeri pada gerakan
Enggan berusaha/ kesulitan dalam gerakan yang diinginkan
Kerusakan koordinasi, keterbatasan rentang gerak, penurunan kekuatan otot.    
Hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi pasien akan :
Mengungkapkan pemahaman tentang situasi/faktor risiko dan aturan pengobatan individual.
Mendemonstrasikan teknik/prilaku yang mungkin.
Mempertahankan atau meningkatkan kekuatan dan fungsi bagian tubuh yang sakit dan/atau kompensasi.
TINDAKAN/INTERVENSI
RASIONAL
Mandiri

Berikan tindakan pengaman sesuai indikasi dengan situasi yang spesifik.
Tergantung pada bagian tubuh yang terkena/jenis prosedur aktivitas yang kurang berhati-hati akan meningkatkan kerusakan spinal (rujuk pada pembedahan diskus).
Catat respons-respons emosi/perilaku paada imobilisasi. Berikan aktivitas yangdisesuaikan dengan pasien.
Imobilitas yang dipaksakan dapat memperbesar kegelisahan. Peka rangsang. Aktivitas pengalihan membantu dalam memfoksukan kembali perhatian pasien dan meningkatkan koiping dengan keterbatasan tersebut.
Ikuti aktivtass/prosedur dengan periode istirahat. Anjurkan pasien untuk tetap ikut berperan serta dalam aktivitas sehari-hari dalam keterbatasan individu.
Meningkatkan penyembuhan dan membentuk kekuatan otot dan kesabaran. Partisipasi pasien akan  meningkatkan kemandirian pasien dan perasaan kontrol terhadap diri.
Berikan/bantu pasien untuk melakukan latihan rentang gerak pasif/aktif.
Memperkuat otot abdomen dan fleksor tulang belakang, memperbaiki mekanika tubuh.
Anjurkan pasien untuk melatih kaki bagian bawah/lutut. Nilai adanya edema, eritema pada eksremitas bawah, adanya tanda Homan.
Stimulasi sirkulasi vena/arus balik vena menurunkan keadaan vena yang statis dan kemungkinan terbentuknya trombus.
Bantu pasien dalam melakukan aktivitas ambulasi progresif.
Keterbatasan aktivitas tergantung pada kondisi yanng khsusus tetapi biasanya berkembang denngan lambat sesuai toleransi.
Demonstrasikan penggunaan alat penolong, seperti alat bantu jalan, tongkat.
Memberikan stabilitas dan sokongan untuk mengompressasi gangguan tonus/kekuatan otot dan keseimbangannya.
Berikan perawatan kulit dengan baik, masase titik yang tertekan setelah setiap perubahan posisi. Periksa keadaan kulit dibawah brace dengan periode waktu tertentu.
Menurunkan risiko iriasi/kerusakan pada kulit
Kolaborasi

Berikan obat untuk menghilangkan nyeri kira-kira 30 menit sebelum memindahkan/melakukan ambulasi pasien.
Antisipasi terhadap nyeri dapat meningkatkan ketegangan otot. Obat dapat merelasasikan pasien, meningkatkan rasa nyaman dan kerjasama pasien selama melakukan aktivitas.
Meningkatkan arus balik vena.
Pakaian stoking antiemboli sesuai kebutuhan.
Meningkatkan arus balik vena.
           
Diagnosa keperawatan



Kemungkinan dibuktikan oleh








Hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi pasien akan
Ansietas berhubungan dengan gangguan berulang dengan nyeri terus menerus



Ketakutan, ketidakpastian, ketidakberdayaan.
Mengekspresikan masalah mengenai perubahan peristiwa hidup.
Mengungkapkan ketidakmampuan untuk mengatasi.
Tegangan otot, peka rangsang umum, gelisah, insomnia/kelelahan.
Ketidakmampuan untuk memenuhi harapan peran.

Tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang pada  tingkat dapat diatasi.
Mengindentifikasi ketidak efektifan perilaku koping dan konsekuensinya.
Mengkaji situasi terbaru dengan akurat.
Mendemonstrasikan keterampilan pemecahan masalah.
Mengenbangkan rencana untuk perubahan gaya hidup yang perlu.

TINDAKAN/INTERVENSI
RASIONAL
Mandiri

Kaji tingkat ansientas pasien. Tentukan bagaimana pasien menangani masalahnya dimnasa yang lalu dan bagai mana pasien melakukan koping dengan masalah dihadapinya sekarang.

Berikan informasi yang akurat dan jawab dengan jujur.


Berikan kesempatan pasien utnuk mengungkapkan masalah yang dihadapinya, seperti kemungkinana paralisis, pengaruh terhadap fungsi seksual, perubahan dalam pekerjaan/finansial, perubahan peran dan tanggung jawab.


Kaji adanya masalah sekunder yang mungkin merintangi keinginan untuk sembuh dan mungkin menghalangi proses penyembuhannya.



Catat perilaku dari orang terdekat/keluarga yang meningkatkan “peran sakit” pasien.





Kolaborasi

Rujuk pada kelompok penyokong yang ada, pelayanan sosial, konselor finansial/konselor kerja, psikoterapi dan sebagainya


Membantu dalam mengindentifikasikan kekuatan dan keterampilan yang mungkin membantu pasiemna mengatasi keadanya  sekrang dan/atau kemungkinan lain untuk memberikan bantuan yang sesuai.

Memungkinkan pasien untuk membuat keputusan yang didasrkan atas pengentahuanya.

Kebanyakan pasien mangalami masalah yang perlu untuk diungkapkan dan diberi respons dengan informasi yang akurat untuk meningkatkan koping terhadap situasi yang sedang dihadapinya.


Pasien mungkin secara tidak sadar memperoleh keuntungan, seperti : terlepas dari tanggung jawab, perhatian dan kontrol dari yang lain. Ini perlu untuk dikerjakan secara positif untuk meningkatkan penyembuhan.

Orang terdekat/keluarga mungkin secara tidak sadar memungkinkan pasien untuk mempertahankan ketergantungannya dengan melakukan sesuatu yang pasien sendiri mampu melakukannya tanpa bantuan orang lain.



Memberikan dukungan untuk beradaptasi pada perubahan dan memberikan sumber-sumber untuk mengatasi masalah.


Diangnosa Keperawatan  
Kurang Pengetahuan berhubungan dengan Kesalahan informasi/kurang pengetahuan.



Kemungkinan dibuktikan oleh



Hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi pasien akan


Mengungkapkan pemahaman tentang kondisi, prognosis, dan tindakan.



Melakukan kembali perubahan gaya hidup.
Berpartisipasi dalam aturan tindakan.

TINDAKAN/INTERVENSI
RASIONAL
Mandiri

Jelaskan kembali proses penyakit dan prognosis serta pembatasan kegiatan, seperti hindari mengemudikan kendaraan dalam periode waktu yang lama.


Berikan informasi tentang berbagai hal dan instruksikan pasien untuk melakukan perubahan “mekanika tubuh” tanpa bantuan dan juga melakukan latihan. Termasuk informasi mengenai mekanika tubuh sendiri untuk berdiri, mengangkat dan menggunakan sepatu penyokong.

Diskusikan mengenai pengobatan dan juga efek sampingnya, seperti halnya beberapa obat yang menyebabkan kantuk yang sangat berat (analgetik, relaksan otot), yang lain dapat memperberat penyakit ulkus (NSAID).

Anjurkan untuk menggunakan papan/matras yang kuat, bantal kecil yang agak datar dibawah leher, tidur miring dengan lutut difleksikan, hindari posisi telungkup.

Diskusikan mengenai kebutuhan diet.




Hindari pemakaian pemanasn dalam waktu yang lama.


Lihat kembali pemakaian kolar leher yang lunak.






Anjurkan untuk melakukan evaluasi medis secara teratur.






Berikan informasi mengenai tanda-tanda yang perlu untuk dilaporkan pada evaluasi berikutnya seperti nyeri tusuk, kehilangan sensasi/kemampuan untuk berjalan.


Kaji kemungkinan untuk melakukan penanganan alternatif, seperti:
Kemonukleolisis







Intervensi pembedahan


Pengetahuan dasar yang memadai memungkinkan pasien untuk membuat pilihan yang tepat. Dapat meningkatkan kerjasama pasien mengenai program pengobatan dan mendapatkan penyembuhan yang optimal.

Menurunkan risiko terjadinya trauma berulang dari leher/ punggung dengan menggunakan otot-otot bokong.








Menurunkan risiko komplikasi/trauma







Dapat menurunkan regangan otot melalui dukungan struktural dan pencegahan terhadap hiperekstensi dari tulang belakang.



Diet tinggi serat dapat mengurangi konstipasi, kalori yang dibatasi dapat meningkatkan pengontrolan/penurunan berat badan yang dapat menurunkan tekanan pada diskus intervertebralis.

Dapat meningkatkan kongesti pada jaringan lokal, penurunan sensasi panas dapat menimbulkan trauma karena panas.

Mempertahankan kepala sedikit fleksi (menimbulkan pembukaan yang maksimal dari foramen intervertebralis) mungkin bermanfaat untuk menghilangkan tekanan yang ringan sampai sedang pada penyakit diskus servikal. Hiperekstensi harus dihindari.

Mengevaluasi perkembangan proses degeneratif memantau perkembangan dari bagian tubuh yang terkena/komplikasi dari efek samping obat, mungkin juga menandakan adanya kebutuhan untuk mengubah aturan pengobatan.

Perkembangan dari proses penyakit mungkin memerlukan tindakan/pembedahan lebih.





Sebagai alternatif untuk pembedahan, yaitu enzim kemopapain disuntikan kedalam diskus (menghancurkan mukoprotein diskus tanpa berpengaruh terhadap daerah sekitarnya). Meskipun beberapa pasien mengalami kesembuhan prosedur ini tidak digunakan secara meluas karena efek sampingnya dapat menimbulkan reaksi alergi pada enzim tersebut.

Mikrodiskustomi dapat dilakukan untuk mengeluarkan fragmen diskus. Cara ini lebih banyak dikerjakan dengan risiko yang lebih banyak dikerjakan dengan risiko yang lebih rendah dibandingkan dengan kebanyakan tindakan pembedahan invasif lainnya. Laminektomi dengan/tanpa fusi spinal dapat dilakukan jika tindakan konservatif tidak efektif atau ketika defisit neurologi tidak hilang dalam jangka waktu yang lama


2.      Data Dasar Pasien Pasca Bedah
Diagnosa Keperawatan                      : nyeri berhubungan dengan insisi bedah

Kemungkinan dibuktikan oleh           : laporan verbal ketidaknyamanan
                                                            Berhati-hati pada area yang sakit
                                                            Perilaku distraksi, misalnya gelisah
                                                            Penyempitan fokus (menarik diri)
                                                Perubahan pada tekanan darah, frekuensi/pernapasan
Hasil yang diharapkan/ kriteria evaluasi pasien akan
                                                            Melaporkan nyeri hilang/terkontrol
                                                Tampak rileks dan tidur/istirahat dengan baik
Berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan /dibutuhkan
TINDAKAN / INTERVENSI
RASIONAL
Mandiri

Tanyakan pasien tentang nyeri. Tentukan karakteristik nyeri. Misalnya, terus menerus, sakit menusuk, terbakar. Buat rentang intensitas pada skala 0-10
Membantu dalam evaluasi gejala nyeri karena kanker, yang dapat menyebabkan visera saraf, atau jaringan tulang. Penggunaan skala rentang membantu pasien dalam mengkaji tingkat nyeri dan memberikan alat untuk evaluasi keefektifan analgesik, meningkatkan kontrol nyeri.
Kaji pernyataan verbal dan nonverbal nyeri pasien
Ketidaksesuaian antara petunjuk verbal/non-verbal dapat memberikan petunjuk derajat nyeri, kebutuhan /keefektifan intervensi.
Catat kemungkinan penyebab nyeri patofisiologi dan psikologi
Insisi posterolateral lebih tidak nyaman untuk pasien daripada insisi anterolateral.  Selain itu takut, distres, ansietas dan kehilangan sesuai diagnosa dapat mengganggu kemampuan mengatasinya
Evaluasi keefektifan pemberian obat. Dorong pemakaian obat dengan benar untuk mengontrol nyeri, ganti obat atau waktu sesuai ketepatan
Persepsi nyeri dan hilangnya nyeri adalah subjektif dan pengontrolan nyeri yang terbaik merupakan keleluasaan pasien. Bila pasien tidakmampu memberikan masukan, perawat harus mengobservasi tanda psikologis dan fisiologis nyeri dan memberikan obat berdasarkan aturan.
Dorongan menyatakan perasaan tentang nyeri
Takut/masalah dapat meningkatkan tegangan otot dan menurunkan ambang persepsi nyeri
Berikan tindakan kenyamanan misalnya, sering ubah posisi, pijatan punggung, sokong bantal. Dorong penggunaan relaksasi, misalnya visualisasi, bimbingan imajinasi, dan aktivitas hiburan yang tepat.
Meningkatkan relaksasi dan pengalihan perhatian. Menghilangkan ketidaknyamanan dan meningkatkan efek terapeutik analgesik.
Jadwalkan periode istirahat, berikan lingkungan tenang
Penurunan kelemahan dan menghemat energi, meningkatkan kemampuan koping
Bantu aktivitas perawatan diri, pernapasan/latihan tangan, dan ambulasi
Mencegah kelemahan yang tak perlu dan regangan insisi. Mendorong dan membantu fisik mungkin diperlukan untuk beberapa waktu sebelumnya











pasien mampu/cukup percaya untuk melakukan aktivita ini karena nyeri atau takut nyeri.
Kolaborasi

Berikan analgesik rutin sesuai indikasi, khususnya 45-60 menit sebelum tindakan napas dalam/ latihan batuk. Bantu dengan PCA atau analgesik.
Mempertahankan kadar obat lebih konstan menghindari puncak periode nyeri, alat penyembuhan otot, dan memperbaiki fungsi pernapasan dan kenyamanan/koping emosi.



Diagnosa keperawatan                   : nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
Kemungkinan dibuktikan oleh :
1)    berat badan di bawah 10%-20% ideal untuk bentuk dan berat
2)   melaporkan kurang tertarik pada makanan, gangguan sensasi pengecap
3)    tonus otot buruk
hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi:
1)   menunjukkan berat badan meningkat mencapai tujuan dengan nilai laboratorium normal dan bebas tanda mal nutrisi
2)   melakukan perilaku/perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan/ atau mempertahankan berat yang tapat.
TINDAKAN/INTERVENSI
RASIONAL
Mandiri
Catat status nutrisi pasien pada penerimaan, catat turgor kulit, berat badan dan derajat kekurangan berat badan, integritas mukosa oral, kemampuan/ketidakmampuan menelan, adanya tonus usus, riwayat mual/muntah atau diare.

Berguna dalam mendefinisijan ferajat/luasnya masalah dan pilihan  intervensi yang tepat.

Pastikan pola diet biasa pasien, yang disukai/ tak disukai.

Membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan/kekuatan khusus. Pertimbangan keinginan individu dapat memperbaiki masukan diet.
Awasi masukan/pengeluaran dan berat badan secara periodik.
Berguna dalam mengukur keefektifan nutrisi dan dukungan cairan.
Selidiki anoreksia, mual, dan muntah dan catat kemungkinan hubungan dengan obat awasi frekuensi, volume, konsistensi feses
Dapat mempengaruhi pilihan diet dan mengidentifikasi area pemecahan masalah untuk meningkatkan pemasukan/penggunaan nutrien.
Dorong dan berikan periode istirahat sering.
Membantu menghemat energi khususnya bila kebutuhan metabolik meningkat saat demam
Berikan perawatan mulut sebelum dan sesudah tindakan pernafasan
Menurunkan rasa tak enak karena sisa sputum atau obat untuk pengobatan respirasi yang merangsang pusat muntah
Dorong makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi protein dan karbohidrat
Maksimalkan masukan nutrisi tanpa kelemahan yang tak perlu/kebutuhan energi dari makanan banyak dan menurunkan iritasi gaster
Dorong orang terdekat untuk membawa makanan dari rumah dan untuk membagi dengan pasien kecuali kontraindikasi
Membuat lingkungan sosial lebih normal selama makan dan membantu memenuhi kebutuhan personal dan kultural
Kolaborasi
Rujuk ke ahli diet untuk menentukan komposisi diet

Memberikan bantuan dalam perencanaan diet dengan nutrisi adekuat untuk kebutuhan metabolik dan diet
Konsul dengan terapi pernafasan untuk jadwal pengobatan 1-2 jam sebelum/sesudah makan
Dapat membantu menurunkan insiden mual dan muntah sehubungan dengan obat atau efek pengobatan pernafasan pada perut yang penuh
Awasi periksaan laboratorium, contoh  BUN, protein serum, dan albumin
Nilai rendah menunjukkan melnutrisi dan menunjukkan kebutuhan intervensi/perubahan program terapi
Berikan antipiretik tepat
Demam meningkatkan kebutuhan metabolik dan juga konsumsi kalori

Diagnosa keperawatan  : infeksi, resiko tinggi
             Faktor resiko :
1)    pertahanan primer tidak adekuat (kulit robek, pemajanan sendi)
2)   pertahanan sekunder tidak adekuat/imunosupresi (penggunaan kortikosteroid jangka panjang, kanker)
3)    prosedur invasif; manipulasi bedah; implantasi benda asing
4)    penurunan mobilitas
kemungkinan di buktikkan oleh: (tidak dapat diterapkan; adanya tanda-tanda dan gejala membuat diagnosa aktual)
hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi: mencapai dan penyembuhan luka tepat waktu, bebas drainase purulen atau eritema dan tidak demam

TINDAKAN/INTERVENSI
RASIONAL
Mandiri
Tingkatkan cuci tangan yang baik pada stafdan pasien.

Gunakan teknik aseptik atau kebersihan yang ketat sesuai indikasi untuk menguatkan/ mengganti balutan dan bila menangani drain. Intruksikan pasien tidak untuk menyentuh/menggaruk insisi.

Pertahankan alat drainase (contoh Hemovac/Jackson-Pratt). Perhatikan karakteristik drainse luka.







Kaji kulit/warna insisi, suhu dan integritas; perthatikan adanya eritema/inflamasi, kehilangan penyatuan luka.

Selidiki keluhan peningkatan nyeri pada luka, perubahan karakteristik nyeri.




Awasi suhu. Perhatikan adanya menggigil.








Dorong pemasukan cairan, diet tiggi protein dengan berentuk makanan kasar.

Menurukan resiko kontaminasi silang


Mencegah kontaminasi dan resiko infeksi luka, dimana dapat memerlukan pelepasan prostese.



Menurunkan risiko infeksi dengan mencegah akumulasi darah dan sekret pada area sendi (media untuk pertumbuhan bakteri). Drainase purulen, non- serosa, berbau mengindikasikan infeksi, dan drainase terus menerus dari insisi dapat menunjukkan terjadinya kerusaka kulit, yang berpotensi pada proses infeksi.

Memberikan informasi tentang status proses penyembuhan dan mewaspadakan staf terhadap tanda dini infeksi.

Nyeri dalam, dangkal, sakit pada area operasi dapat mengindikasikan infeksi sendi. Catatan: infeksi sangat efektif karena sendi tidak aman dari infeksi dan terjadi kehilangan prostetik.

Meskipun umunya suhu meningkat pada fase dini pascaoperasi, peninggian terjadi 5 hari atau lebih pascaoperasi dan atau adanya menggigil biasanya mengindikasikan terjadinya infeksi memerlukan intervensi untuk mencegah komplikasi lebih serius, contoh sepsis, osteomielitis, nekrosis jaringan, dan kegagalan prostetik.

Mempertahankan keseimbangan cairan dan nutrisi untuk mendukungperfusi jaringan dan memberikan nutrisi yang perlu untuk regenerasi selular dan penyembuhan jaringan.

















BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Hernia merupakan prostrusi atau penonjolan isi suatu ronga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia badomen isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding perut. Hernia teridiri atas cicin kantonng dan isis hernia. Berdasarkan terjadinya hernia dibagi atas hernia bawaan atau congenital dan hernia dapatan atau akuisita letak hernia: pentral (1), epgastrik (2), umbilical (3), inguinal indirek/lateral (4), a.v epigastrika inferior (5), inguinal direk/media (6), a.v femoralis (7), femoral (8), obturatoria perineal (9), rectum (10), perineal (11), iskiadika (12), m. Performis (13), a.v iliaka komunis kiri (14). Lumbal (petit, grynfelt) (15), aorta (16), hiatus diagfragma (17), v.kava inferior
(Amin Huda Nurrarif dan Hardhi Kusuma, 2015)
B.     Saran
1.      Mahasiswa-mahasiswi
Mahasiswa dan mahasiswi dapat mengerti tentang keperawatan medikal bedah hematologi tentang hernia
2.      Institusi
Institusi dapat memfasilitasi dengan fasilitas yang memadai sehingga dapat mendukung tercapainya makalah yang baik dan benar











DAFTAR PUSTAKA

Kahan,Scoot dan Raves J.John.2011.Master Plan Ilmu Bedah.Tangerang Selatan:Binapura Aksara
Nettina, Sandra M. 2001. Pedoman Praktik Keperawatan. Jakarta: EGC
Nurarif, Amin Huda dan Kusuma Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc.  Jogjakarta: Mediaction Jogja
R. Sjamsuhidayat, Wim de Jong. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC

Sabiston, David C. 1994. Buku Ajar Bedah. Jakarta: EGC

1 komentar:

  1. The Emperor Casino | Shootercasino
    The Emperor Casino is the ideal venue for slots players. deccasino Play and win at our great 1xbet variety of 제왕카지노 casino games including Roulette, Blackjack and Video

    BalasHapus