BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kasus striktur esofagus jarang ditemukan, namun kasus
ini memerlukan penanganan yang optimal. Sebelum kita melakukan penatalaksanaan
terhadap striktur esofagus, perlu dilakukan diagnosis yang akurat agar dapat
memilih teknik penatalaksanaan yang tepat. Tujuan : untuk mengetahui cara
mendiagnosis dan penatalaksanaan striktur esofagus. Tinjauan pustaka : Striktur
esofagus merupakan penyempitan lumen esofagus yang dapat menyebabkan keluhan
disfagia. Berdasarkan etiologinya, striktur esofagus dibedakan menjadi striktur
esofagus benigna dan maligna. Striktur esofagus benigna disebabkan oleh GERD,
zat korosif, web, radiasi, post anastomosis esofagus, sedangkan striktur
esofagus maligna disebabkan oleh keganasan baik dari dalam maupun dari luar
esofagus. Diagnosis suatu striktur esofagus dapat ditegakkan melalui
pemeriksaan barium meal, esofagoskopi, tomografi komputer dan rontgen toraks.
Penatalaksanaan kasus striktur ini dapat berupa dilatasi dengan busi atau
balon, pemasangan stent dan terapi pembedahan. Pada kasus striktur esofagus
maligna juga dapat dilakukan terapi laser dan teknik brakiterapi. Kesimpulan:
diagnosis yang akurat perlu dilakukan sebelum memilih teknik penatalaksanaan
yang tepat, sehingga dapat mengurangi keluhan disfagia pada penderita striktur
esofagus.
(Fitri, 2014)
Setiap makhluk hidup membutuhkan makanan untuk dapat
tetap bertahan hidup. Pada umumnya, sebagaian besar makhluk hidup akan merasa
lapar dan lemas apabila kekurangan makanan. Makanan yang kita makan sangat
diperlukan untuk menjalankan reaksi kimia menghasilkan tenaga/energi sehingga
dapat melakukan aktivitas sehari-hari, mensintesis enzim, melakukan pertumbuhan
dan pembelahan sel, memperbaiki sel-sel yang rusak dan menghasilkan panas tubuh.
Makanan yang kita konsumsi sehari-hari umumnya tidak
dapat dimanfaatkan langsung oleh sel-sel tubuh. Oleh karena itu dibutuhkan
makanan harus melaluiproses mekanik dan kimiawi sehingga dapat diserap oleh
dinding intestial dan diantarkan kedalam sel melalui darah. Walaupun makanan
yang kita konsumsi sudah masuk kedalam tubuh, bahkan diserap oleh tubuh, bukan
berarti semua bahan tersebut dicerna oleh tubuh, tapi juga dapat dibuang
sebagai hasil metabolisme pencernaan ataupun memang tidak digunakan oleh tubuh.
( Tarwoto, Dkk hal 261)
1.2 Tujuan
A.
Tujuan
Umum
Untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah KMB 1 tentang saluran pencernaan bagian
esofagus
B. Tujuan Khusus
1.
Untuk menambah pengetahuan tentang pengertian
saluran pencernaan
2.
Untuk mengetahui pengertian dari esofagus
3.
Untuk menambah pengetahuan tantang
kelainan dari esofagus dan pengobatan.
1.3 Sistematika Penulisan
Bab
I : terdiri dari pendahuluan: latar belakang, tujuan, sistematika penulisan
Bab
II : terdiri dari pembahasan : pengertian saluran pencernaan, pengertian
esofagus, dan anatomi dan fisiologi tetang esofagus, dan kelainan dari
esofagus, serta pengobatan.
Bab
III : terdiri dari penutup : kesimpulan dan saran
Daftar
pustaka.
BAB
II
Tinjauan
Teori
2.1
Pengertian
A. Saluran
pencernaan
Saluran pencernaan adalah saluran
panjang yang berkelanjutan dari mulut sampai dengan anus, organ-organ tersebut
adalah mulut (oris), faring, esofagus, lambung (gaster), usus halus (terdiri
atas duodenum, yeyunum dan ileum), usus besar ( terdiri atas seikum, kolon
asenden, kolon transvesum, kolon desenden dan kolong sigmoid), rectum, anus.
Saluran pencernaan dilapisi oleh 4
lapisan (tunika) yaitu tunika mukosa, tunika submukosa, tunika muskulus
sirkules eskterna dan tunika serosa adventia. Tunika mukosa merupakan lapisan
terdalam yang terdiri lipatan-lipatan yang membentuk tonjolan ( disebut dengan
villi). Terbentuk dari epitel berlapis gepeng bertingkat yang berlanjut
kefaring bagian atas, dalam keadaan normal bersifat alkali dan tidak tahan
terhadap isi lambung yang sangat asam. Tunika submukosa terletak diantara
lapisan mukosa dan muskularis, terdapat serat elastin, pembuluh darah, saraf
dan sel ganglion. Mengandung sel-sel sekretoris yang menghasilkan mukus yang
dapat mempermudah jalannya makanan sewaktu menelan dan melindungi mukosa dari
cedera akibat zat kimia. Tunika muskulus sirkuler eksterna merupakan otot
bagian yang memungkinkan organ pencernaan dapat melakukan pergerakan atau
kontraksi. Sedangkan tunika serosa adventia terdiri jaringan ikat.
(Tarwoto,Dkk hal 264)
B. Sistem
Pencernaan
Sistem pencernaan merupakan saluran
panjang (kurang lebih 9 meter) yang terlibat dalam proses mencerna makanan, mulai dari mulut sampai
dengan anus. Saluran ini akan menerima makanan dari luar tubuh dan
mempersiapkannya untuk diserap serta bercampur dengan enzim dan zat cair
melalui proses pencernaan, baik dengan cara pengunyahan, menelan dan mencampur
menjadi zat-zat gizi dan energi.
Fungsi dari sistem pencernaan :
1. Menerima
makanan dari mulut
2. Memecah
makanan menjadi zat-zat gizi (dilakukan didalam mulut, faring, esofagus, dan lambung)
3. Menyerap
zat-zat gizi kedalam aliran darah (dilakukan oleh usus)
4. Membuang
bagian makanan yang tidak dapat dicerna dari tubuh
(Tarwoto,
Dkk hal 262)
Sistem
pencernaan berurusan dengan penerimaan makanan dan mempersiapkannya untuk
diasimilasi tubuh. Saluran pencernaan terdiri atas bagian-bagian berikut :
Mulut
Faring - Tekak
Usofagus - Kerongkongan
Ventrikulus - Lambung
Usus halus dan usus
besar
Selain
itu mulut memuat gigi untuk mengunyah makanan, dan lidah yang membantu untuk
cita rasa dan menelan. Beberapa kelenjar atau kelompok kelenjar menuangkan
cairan pencerna penting kedalam saluran pencernaan.
Seluruh
saluran pencernaan dibatasi selaput lendir (membran mukosa), dari bibir sampai
ujung akhir usofagus, ditambah lapisan-lapisan epitelium.
Selama
dalam proses pencernaan, makanan dihancurkan menjadi zat-zat sederhana yang
dapat diserap dan digunakan sel jaringan tubuh. Berbagai perubahan sifat
makanan terjadi karena kerja berbagai enzim yang terkandung dalam berbagai
cairan pencerna. Setiap jenis zat ini mempunyai tugas khusus – menyaring dan
bekerja atas satu jenis makanan dan tidak mempunyai pengaruh terhadap jenis
lainnya.
(Pearce,C Evelyn,hal 212)
C. Esofagus
Esofagus
merupakan bagian saluran pencernaan sepanjang +25 cm dan berdiameter 2
cm. Esofagus berbentuk seperti tabung berotot yang menghubungkan rongga mulut
dengan lambung dengan bagian posterior berbatasan dengan faring dengan
cartilage cricoidea dan sebelah anterior berbatasan dengan corpus vertebrae.
Ketika seorang menelan, maka spingter akan relaksasi secara otomatis dan akan
membiarkan makanan atau minuman masuk kelambung.
(
Tarwoto,Dkk hal 278)
2.2 Anatomi Tentang Esofagus
A.
Faring dan usofagus
Faring
atau tekak terletak dibelakang hidung, mulut, dan laring (tenggorokan). Faring
berupa saluran berbentuk kerucut dari bahan membrain berotot (muskulo
membranosa) dengan bagian terlebar di sebelah atas dan berjalan dari dasar
tengkorak sampai diketinggian vertebra servikal keenam, yaitu ketinggian tulang
rawan krikoid, tempat faring bersambung dengan usofagus.
Catatan:
Pada ketinggian ini laring juga bersambung dengan trakea (batang tenggorok).
Panjang faring kira-kira tujuh sentimeter dan dibagi atas tiga bagian
Nasofaring,
dibelakang hidung. Didinding pada daerah ini terdapat lubang saluran
Eustakhius. Kelenjar-kelenjar adenoid terdapat pada nasofaring.
Faring
oralis, terletak dibelakang mulut. Kedua tonsil ada didinding lateral daerah
faring ini.
Faring laringeal ialah bagian terendah yang
terletang dibelakang laring.
Didalam
faring terdapat tujuh lubang dua dari saluran Eusthakhius, dua bagian posterior
lubang hidung (nares) yang berada dibelakang rongga hidung, mulut, laring, dan
esofagus.
Struktur
faring. Dinding faring tersusun atas tiga lapisan yaitu lapisan mukosa, lapisan
fibrosa dan lapisan berotot. Lapisan mukosa yang terletak paling dalam,
bersambung dengan lapisan dalam hidung, mulut, dan saluran Eusthakius. Lapisan
dalam pada bagian atas faring ialah epitelium saluran pernapasan dan bersambung
dengan epitelium hidung. Bagian bawah faring yang bersambung dengan mulut
dilapisi epitelium berlapis.
Lapisan
fibrosanya terletak antara mukosa dan lapisan berotot. Otot utama pada faring
ialah otot konstriktor, yang berkontraksi sewaktu makanan masuk ke faring
dan mendorongnya kedalam esofagus.
Kedua
tonsil merupakan dua kumpulan jaringan limfosit yang terletak dikanan dan kiri
faring diantara tiang-tiang lengkung fauses. Tonsil dijelajahi pembuluh darah
limfe yang mengandung banyak limfosit. Permukaan tonsil ditutupi membran mukosa
yang bersambung dengan bagian bawah faring. Permukaan ini penuh dengan lekukan,
dan kedalam lekukan yang banyak ini sejumlah besar kelenjar penghasil mukus
menuangkan sekresinya. Mukus ini mengandung banyak limfosit. Dengan demikian
tonsil bekerja sebagai garis depan pertahanan dalam infeksi yang tersebar dari
hidung, mulut, dan tenggorok. Meskipun demikian tonsil bisa gagal menahan
infeksi, yaitu ketika terjadi tonsilitis (peradangan tonsil) atau sebuah akses
peritonsiler. Setelah pengobatan dengan antibiotika dan pengobatan lokal,
tonsilektomi dapat dipertimbangkan. Selaput lendir faring yang dekat lubang
posterior nares dan lubang saluran atau tuba (Eusthakius) juga mengandung
jaringan limfoid yang serupa dengan jaringan tonsil. Bila menjadi hipertrofik,
jaringan ini dapat menyumbat nares posterior dan terjadilah keadaan yang
disebut sebagai pembesaran adenoid.
Esofagus
adalah sebuah tabung berotot yang panjangnya 20-25 cm, diatas dimulai dari
faring, sampai pintu masuk kardiak lambung. Terletak dibelakang trakea dan
didepan tulang punggung. Setelah melalui toraks, menembus diafragma, masuk kedalam abdomen,
dan menyambung dengan lambung.
Esofagus
berdinding 4 lapis. Disebelah luar
terdiri atas lapisan jaringan ikat yang renggang, sebuah lapisan otot yang
terdiri atas dua lapis serabut otot, yang satu berjalan logitudinal dan yang
lain sirkular, sebuah lapisan sukmukosa, dan dipaling dalam terdapat selaput
lendir (mukosa).
Menelan
dilakukan setelah mengunyah, dan dapat dilukiskan dalam tiga tahap. Gerakan
membentuk makanan menjadi sebuah bolus dengan bantuan lidah dan pipi, dengan
melalui bagian belakang mulut masuk kedalam faring.
Setalah
makanan masuk faring, palatum lunak naik untuk menutup nares posterior, glotis
menutup oleh kontraksi otot-ototnya dan otot konstriktor faring menangkap
makanan dan mendorongnya masuk esofagus pada saat ini pernapsan berhenti, kalau
tidak maka akan tersedak. Orang tak dapat menelan dan bernafas pada saat yang
sama. Gerakan menelan pada bagian ini merupakan gerak refleks.
Makanan
berjalan dalam esofagus karena kerja peristaltik, lingkaran serabut otot
didepan makanan mengendur dan yang dibelakang makanann berkontraksi. Maka
gelombang peristaltik mengantarkan bola makanan kelambung.
Tahap
kedua dan ketiga pada gerakan menelan terjadi tidak atas kemauan sendiri,
sedangkan tahap pertama, meskipun atas kemauannya sendiri, sebagian besar
berjalan otomatis
B.
Esofagus yang dipersarafi oleh pembuluh
darah
Arteri
tiroidea inferior kanan dan kiri yang berasal dari arteri subklavia kiri dan
kanan, arteri bronkialis dekstra yang berasal dari bronkus kanan, arteri
bronkialis sinistra superior dan inferior, yang berasal dari bronkus kiri,
arteri esofagealis aorta yang berasal dari aorta, arteri frenika inferior
gastrika sinistra.
Vena
porta dan vena kava superior melalui pleksus vena didinding esofagus, hubungan
antara vena porta dan vena superior berjalan dari kaudal ke kranial melalui
vena gastrika sinistra, vena koronaria, pleksus vena di submukosa dinding
esofagus, vena hemiazigos dan vena azigos ke vena kava superior.
C.
Esofagus yang dilapisi oleh otot-otot
Otot esofagus
sepertiga bagian atas adalah otot serat lintang yang berhubungan erat dengan
otot-otot faring, sedangkan dua pertiga bagian bawah adalah otot polos yang
terdiri atas otot sirkular dan otot logitudinal. esofagus menyempit pada tiga
tempat, penyempitan pertama yang bersifat sfigter, terletak setinggi tulang
rawan krikoid pada batas antara faring dan esofagus,yaitu tempat peralihan otot
serat lintang menjadi otot polos.penyempitan kedua terletak dirongga dada
bagian tengah, akibat tertekan lengkung aorta dan bronkus utama kiri.
Penyempitan terakhir terletak pada hiatus esofagus diafragma, yaitu tempt
esofagus berakhir di kardia lambung. Otot polos pada bagian ini murni
bersisifat sfingter
D.
Menelan
Menelan
merupakan mekanisme yang kompleks, pada dasarnya karena faring sebagian besar
waktunya melakukan beberapa fungsi lain disamping menelan. Pada umumnya menelan
dapat dibagi dalam :
1.
Stadium volunter, yang memulai proses
menelan
2.
Stadium faringeal, yang secara tidak
sadar dan membentuk jalan makanan melalui faring dalam esofagus dan,
3.
Stadium esofageal, fase tidak sadar lain
yang mempermudah jalannya makanan dari faring ke lambung.
Stadium volunter menelan.
Bila makanan siap untuk ditelan”secara sadar” makanan ditelan atau didorong
kebagian belakang mulut oleh tekanan lidah keatas dan kebelakang terhadap
palatum. Jadi, lidah memaksa bolus makanan masuk kedalam faring.
Stadium faringeal menelan.
Bila bolus makanan didorong kebelakang mulut, ia merangsang daerah reseptor
menelan yang semuanya terletak sekitar pintu faring, khususnya “tonsillar
pillars” dan implus dari sini berjalan kebatang otak untuk memulai rangkaian
kontraksi otot faring otomatis.
a. Palatum
molle didorong keatas untuk menutup nares posterior, dengan cara ini mencegah
refluks makanan ke rongga hidung.
b. Arkus
palatofaringeus pada tiap sisi faring tertarik ketengah untuk saling mendekat.
Dengan cara ini, arkus-arkus ini membentuk celah sagital melalui mana makanan
harus lewat ke faring posterior.celah ini melakukan kerja selektif,
memungkinkan makanan yang telah dikunyah dengan baik lewat dengan mudah
sementara menghalangi makanan yang besar.
c. Pita
suara laring sangat berdekatan dan epiglotis mengajun ke belakang ke atas pintu
superior laring. Kedua efek ini mencegah masuknya makanan kedalam trakea.
d. Seluruh
laring ditarik keatas dan kedepan oleh otot-otot yang melekat pada os hyoideum.
Pergerakkan laring ini merengangkan esofagus. Pada saat yangsama 3 samapi 4 cm.
bagian atas esofagus yaitu suatu daerah yang dinamakan sfingter esofagus atas
berelaksasi sehingga memungkinkan makanan berjalan dengan mudah dan bebas dari
faring posterior kedalam esofagus atas. Sfingter ini, diatara waktu menelan,
tetap berkontraksi secara tonik dan kuat, karena itu mencegah udara masuk
kedalam esofagus waktu bernapas.
e. Pada
saat laring terangkat dan sfingter esofagus atas relaksasi, m kontriktor faring
superior berkontraksi, menimbulkan gelombang peristaltik cepat yang berjalan
kebawah melewati otot-otot faring dan masuk ke esofagus, serta mendorong
makanan kedalam esofagus.
Untuk meringkas mekanisme menelan
stadium faringeal-trakea tertutup, esofagus terbuka, dan gelombang peristaltik
cepat yang berasal dalam faring kemudian memaksa bolus makanan masuk ke
esofagus atas, seluruh proses berlangsung dalam 1-2 detik.
Pengaturan saraf atas
stadium faringeal menelan
Daerah
taktil yang paling peka pada faring untuk memulai stadium faringeal menelan
terletak pada cincin sekitar lubang faring, dengan kepekaan terbesar pada
“tonsillar pillar”. Implus dihantarkan dari daerah-daerah tersebut melalui
bagian sensoris. N Trigeminus dan n glosofaringeus menuju kedarah-daerah
medula oblongata yang erat hubungannya dengan trakstus solitarius yang pada
hakekatnya menerima implus sensoris dari mulut.
Stadium
proses menelan selanjutnya secara otomatis diatur secara beruntutan oleh
daerah-daerah saraf diseluruh formasio retikularis medula oblongatadan bagian
bawah pons. Rangkaian reflek menelan tetap sama dari saat menelan sampai
menelan berikutnya, dan penentuan waktu seluruh siklus tetap sama dari saat
menelan sampai menelan berikutnya. Daerah-daerah dalam medula oblongata dan
bagian bawah pons yang mengatur menelan bersama-sama dinamakan menelan atau
deglutisi.
Implus
motorik dari pusat menelan ke faring dan bagian atas esofagus yang kemudian
menyebabkan menelan dihantarkan melalui saraf otak ke V, IX, X, dan XII serta
beberapa nervus servikalis superior.
2.3 Fisiologis tentang esofagus
A.
Fungsi utama esofagus
adalah
menghantarkan makanan dan faring kelambung dan pergerakannya disusun khusus
untuk fungsi ini.
Dalam
keadaan normal, esofagus menunjukkan dua jenis gerakan peristaltik- peristaltik
primer dan peristaltik sekunder. Peristaltik primer merupakan lanjutan
gelombang peristaltik yang dimulai pada faring dan menyebar ke esofagus selama
stadium faringeal proses menelan. Gelombnag ini berjalan dari faring kelambung
kira-kira dalam waktu 5-10 detik. Bila gelombnag peristaltik primer gagal menggerakkan
semua makanan yang sudah mesuk esofagus kedalam lambung, timbul gelombnag
peristaltik sekunder akibat dari rengangan esofagus oleh makanan yang
terlinggal. Gelombnag ini pada hakekatnya sama seperti gelombang peristaltik
primer, kecuali gelombang ini berasal dari esofagus itu sendiri bukan dari
faring. Gelombang peristaltik sekunder terus dibentuk sampai semua makanan
masuk kedalam lambung.
Gelombang
peristaltik esofagus hampir seluruhnya dikontrol oleh refleks vagus, yang
merupakan sebagian dari keseluruhan mekanisme menelan. Refleks ini dihantarkan
melalui serat aferen vagus dari esofagus ke medula oblongata dan kembali lagi
ke esofagus melalui serat eferen vagus.
B. Fungsi
sfingter esofageal bawah
Pada
bagian bawah esofagus, sekitar 2-5 cm. diatas perbatasnnya dengan lambung,
terdapat otot sirkular esofagus yang berfungsi sebagai sfingter esofageal
bawah. Secara otomatis sfingter ini tidak berbeda dari bagian esofagus lainnya.
Akan tetapi secara fisiologisnya, sfingter ini tetap menutup secara tonik,
berbeda dengan bagian tengah esofagus yang dalam keadaan normal tetap
berelaksasi sempurna. Akan tetapi bila gelombang peristaltik menelan berjalan
menuruni esofagus, “relaksasi reseptif” yang disebabkan oleh isyarat nervus
mienterikus merelaksasi sfingter esofageal bawah sebelum gelombnag peristaltik,
dan memungkinkan makanan yang ditelan didorong dengan mudah masuk kelambung.
Fungsi
utama sfingter esofageal bawah adalah untuk mencegah refluks isi lambung ke
bagian atas esofagus. Isi lambung sangat asam dan mengandung banyak enzim
proteolitik. Mukosa esofagus, kecuali pada satu per delapan bagian bawah
esofagus, tidak mampu menahan kerja pencernaan sekret lambung dalam waktu yang
lama. Untung konstruksi tonik sfingter esofageal bawah mencegah refluks isi
lambung yang bermakna ke dalam esofagus, kecuali pada keadaan abnormal.
(Guyton hal 578)
C. Sekresi
esofagus
Sekresi
esofagus seluruhnya bersifat mukoid dan terutama berfungsi memberikan pelumasan
untuk pergerakan makanan melalui esofagus. Badan utama esofagus dibatasi oleh
banyak kelenjar mukosa simpleks, tetapi pada ujung gastik dan dalam arti yang
lebih sempit, pada permulaan esofagus terdapat banyak kelenjar mukosa
komposita. Mukus yang disekresi oleh kelenjar komposita pada esofagus bagian
atas mencegah ekskoriasi mukosa oleh makanan yang baru masuk, sedangkan
kelenjar komposita dekat perbatasan esofagus lambung melindungi dinding
esofagus dari pencernaan oleh getah lambung yang mengalami refluks ke esofagus
bawah. Disamping perlindungan ini, tukak peptink kadang-kadang masih dapat
terjadi pada ujung gastrik esofagus.
D. Kelainan
pada Esofagus
Esofagus
dapat terserang kardiospase atau akalasia, disebabkan kegagalan fungsi motorik
yang berupa hilangnya gerakan peristaltik dibagian bawah esofagus dan kegagalan
sfinkter kardiak untuk mengendur. Gejala utama ialah disfagia (kesukaran
menelan) dan regurgitasi.
Pengobatan konservatif yang berupa dengan
perlahan-lahan makan makanan yang mudah ditelan ada kalanya menolong. Atau
usaha untuk membuka sfinkter kardiak bila perlu dapat dilaksanakan. Kalau cara
ini gagal maka perlu dipertimbangkan tindakan pembedahan.
Akalasia
ialah suatu penyakit yang menyebabkan bagian distal esophagus (bagian yang
dekat dengan lambung) menyempit, oleh karena bagian itu tidak dapat melebar
(relaksasi). Penyebabnya belum diketahui dengan jelas, apakah kelainan
neurologic, atau psikis. Gejala akalasia Gejala yang dirasakan oleh pasien
ialah rasa tidak nyaman di perut atas, kadang-kadang Nyeri. Bila menelan
makanan dirasakan sukar turun ke lambung, dan kadang-kadang dimuntahkan
kembali.
Esofagus
Karotis Esofagitis korosif peradangan di esofagus yang disebabkan oleh luka
bakar karena zat kimia yang bersifat korosif misalnya asam kuat, basa kuat dan
zat organik. Zat kimia yang tertelan dapat bersifat toksik atau korosif. Zat
kimia yang bersifat korosif akan menimbulkan kerusakan pada saluran yang
dilaluinya, sedangkan zat kimia yang bersifat toksik hanya menimbulkan
gejalakeracunan bila telah diserap oleh darah
E. Perawatan dan Pengobatan
Akalasia Perawatan atau
pengobatan untuk mengatasi penyakit akalasia ialah dengan menggunakan obat
obatan medis, proses dilatasi, operasi serta Botulinum Toksin. Obat obatan
medis biasanya digunakan untuk merelaksasi sfingter di ujung bawah esofagus. Hal ini
biasanya diberikan ketika akalasia pertamakali didiagnosa. Semantara itu
dilatasi merupakan prosedur dimana sfingter dibuat menjadi lebih lebar.
Esofagus Karotis Mengatasi
Esofagitis korosif Pada fase akut dilakukan perawatan umum berupa perbaikan
keadaan umum pasien dan menjaga keseimbangan elektrolit dan jalan napas, jika
kejadian terjadi sebelum 6 jam dapat diberikan netralisasi dengan menggunaakan
air susu atau air jeruk untuk basa kuat dan antasida untuk asam kuat. Untuk
mencegah pengecilan saluran esophagus dapat dibantu dengan menggunakan pipa
hidung lambung.

BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Esofagus
adalah sebuah tabung berotot yang panjangnya 20-25 cm, diatas dimulai dari
faring, sampai pintu masuk kardiak lambung. Terletak dibelakang trakea dan
didepan tulang punggung. Setelah melalui toraks, menembus diafragma, masuk kedalam abdomen,
dan menyambung dengan lambung.
Fungsi
utama esofagus adalah menghantarkan makanan dan faring kelambung dan
pergerakannya disusun khusus untuk fungsi ini.
Dalam
keadaan normal, esofagus menunjukkan dua jenis gerakan peristaltik- peristaltik
primer dan peristaltik sekunder. Peristaltik primer merupakan lanjutan
gelombang peristaltik yang dimulai pada faring dan menyebar ke esofagus selama
stadium faringeal proses menelan. Gelombnag ini berjalan dari faring kelambung
kira-kira dalam waktu 5-10 detik. Bila gelombnag peristaltik primer gagal
menggerakkan semua makanan yang sudah mesuk esofagus kedalam lambung, timbul
gelombnag peristaltik sekunder akibat dari rengangan esofagus oleh makanan yang
terlinggal. Gelombnag ini pada hakekatnya sama seperti gelombang peristaltik
primer, kecuali gelombang ini berasal dari esofagus itu sendiri bukan dari
faring. Gelombang peristaltik sekunder terus dibentuk sampai semua makanan
masuk kedalam lambung.
Gelombang
peristaltik esofagus hampir seluruhnya dikontrol oleh refleks vagus, yang
merupakan sebagian dari keseluruhan mekanisme menelan. Refleks ini dihantarkan
melalui serat aferen vagus dari esofagus ke medula oblongata dan kembali lagi
ke esofagus melalui serat eferen vagus.
3.2 Saran
A.
Mahasiswa
Mahasiswa
dan mahasiswi dapat mengerti tentang saluran pencernaan, sistem saluran
pencernaan, memahami dan mengerti tentang anatomi dan fisiologis dari esofagus.
B.
Institusi
Institusi
dapat memfasilitasi dengan fasilitas yang memadai sehingga dapat mendukung
tercapainya makalah yang baik dan benar.
DAFTAR
PUSTAKA
Arthur,C
Guyton.1990.Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit.Jakarta:EGC
Fachzi,Dkk.2014.Diagnosis dan Penatalaksanaan Striktur Esofagus.
Pearce,Evelyn
C.2012.Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis.Jakarta:PT. Gramedia Pustaka Utama.
Sjamsuhidajat.2005.Ajar
Ilmu Bedah.Jakarta:EGC.
Tarwoto,DKK.2009.Anatomi
dan Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan.Jakarta:CV.Trans Info Media.
0 komentar:
Posting Komentar